3 Spot Idul Adha Menarik di Singapura yang Tawarkan Suasana Berqurban nan Hangat

Penulis: Bobby W
Editor: Astini Mega Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Sultan

TRIBUNWOW.COM - Hari Raya Idul Adha 1439 H yang diperingati setiap tanggal 10 Zulhijjah, diperkirakan akan tiba pada 22 Agustus 2018.

Idul Adha juga dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, karena peristiwanya bertepatan dengan prosesi kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.

Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram.

Pakaian tersebut melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan.

Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat.

Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Jokowi Dapat Pengawalan Ketat saat Daftar di KPU, Suryo Prabowo Beri Tanggapan

Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Kemeriahan acara sembelih qurban ini bisa dilihat di beberapa negara mayoritas muslim, dan salah satunya adalah Singapura.

Seperti halnya warga Indonesia, umat Muslim di Singapura merefleksikan iman mereka dalam doa dan gelaran qurban pada hari itu.

Bila anda kebetulan merayakan hari Idul Adha mendatang di Singapura, maka jangan lewatkan 3 spot lokasi berikut ini.

Melansir dari situs visitsingapore.com, berikut 3 tempat yang wajib anda kunjungi apabila berkunjung ke Singapura kala perayaan Idul Adha

Masjid Sultan

Masjid Sultan (visitsingapore.com)

Dengan kubah emas yang sangat besar dan tempat shalat yang sangat luas, Masjid Sultan Singapura adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika anda berada di wilayah Kampong Glam yang bersejarah.

Masjid Sultan Singapura, sebagaimana dikenal demikian, merupakan masjid terkemuka di Singapura dan merupakan salah satu bangunan agama paling mengesankan di negara ini.

Masjid ini dibangun pada tahun 1824 untuk Sultan Hussein Shah, sultan pertama di Singapura.

Sir Stamford Raffles, pendiri Singapura, memberikan dana $3.000 untuk konstruksi gedung tersebut dengan desain satu lantai dengan atap dua lapis.

Seratus tahun kemudian, masjid tua ini memerlukan perbaikan.

Susi Pudjiastuti: Kalau Ada yang Berkelahi di Sini karena Pilpres, Saya Tenggelamkan Dia

Masjid Sultan (visitsingapore.com)

Masjid yang Anda lihat saat ini didesain oleh Denis Santry dari Swan and Maclaren, firma arsitektur tertua di Singapura, dan dibangun kembali pada tahun 1932.

Sedikit sekali yang mengetahui bahwa pada masa rekonstruksi, North Bridge Road dipaksa untuk dibelokkan mengitari masjid dan diperpanjang sampai Arab Street.

Jika Anda berada di sana, lihatlah lebih dekat kubah berbentuk bawang.

Setiap dasar kubah didekorasi dengan ujung botol kaca yang disumbangkan oleh umat Muslim yang kurang mampu selama masa pembangunannya, tidak hanya umat yang kaya saja yang dapat berkontribusi.

Dikukuhkan sebagai monumen nasional pada tahun 1975, masjid tersebut merupakan titik utama masyarakat Muslim sampai dengan saat ini.

Masjid Hajjah Fatimah

Masjid Hajjah Fatimah (visitsingapore.com)

Jarang-jarang Anda menemukan masjid yang mengambil namanya dari seorang wanita bukan?

Masjid Hajjah Fatimah dinamai berdasarkan nama seorang donatur kaya, Hajjah Fatimah.

Ia merupakan pengusaha wanita yang menyumbangkan tanah untuk pembangunan masjid ini pada abad 19.

Dahulu rumahnya sendiri yang berdiri di atas tanah ini, namun sesudah dilanda perampokan dan kebakaran beberapa kali, dia memutuskan untuk pindah dan membangun masjid di sana sebagai gantinya.

Dirancang oleh seorang arsitek Inggris yang tidak dikenal, arsitektur masjid ini merupakan paduan yang menarik dari pengaruh Eropa, Melayu, dan Tiongkok.

Masjid yang didirikan pada tahun 1846 ini memiliki kubah berbentuk bawang, area wudhu yang menyerupai rumah khas Melayu dengan interior yang dihiasi ukiran kayu Melayu-Muslim tradisional.

Anda akan melihat ubin porselen Tiongkok yang mengilap di kisi-kisi tembok pembatas pada jendela dan bagian kayu, di menara masjid, dan di dinding atas tembok pembatas atap.

Namun yang paling menarik perhatian adalah menara masjidnya yang menyerupai puncak menara gereja.

Jokowi Pilih Maruf Amin, Akbar Tanjung Kecewa

Menara Masjih Hajjah Fatimah (visitsingapore.com)

Menara tiga tingkat dengan dua menara oktagonal dan satu piramida memanjang itu sering dibandingkan dengan St Andrew's Church pertama (yang digantikan oleh bangunan katedral St Andrew saat ini).

Elemen Eropa lainnya mencakup pilaster dengan pilar-pilar Dorian pada menara masjid, ambang pintu berbentuk lanset, jendela bay, dan jendela.

Selama bertahun-tahun, karena fondasinya yang berpasir, menara masjid ini mulai miring ke arah kubah, sekitar enam derajat dari bagian tengah.

Upaya pelestarian berhasil mencegah bertambahnya kemiringan, namun efeknya masih terlihat jelas, dan itu menghibur para pengunjung yang menjulukinya 'Menara Pisa' ala Singapura.

Masjid Jamae Chulia

Masjid Jamae Chulia (visitsingapore.com)


Dengan gerbang depan dan menara yang khas, Masjid Jamae terlihat unik dan mengundang rasa penasaran di tengah nuansa Tionghoa yang mendominasi Chinatown.

Namun, bersama tetangganya, Sri Mariamman Temple, Masjid Jamae menjadi spot ternama di South Bridge Road selama hampir 200 tahun dan sering menghiasi ilustrasi, foto, dan kartu pos zaman dulu.

Dibangun pada 1826, Masjid Jamae Chulia adalah masjid pertama dari tiga masjid di Chinatown yang didirikan oleh kaum Chulia, Muslim Tamil dari Coromandel Coast di India Selatan.

Itulah sebabnya masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Chulia atau Chulia Mosque.

Klarifikasi Ruben Onsu soal Kasus Driver Ojol yang Dipukuli Oknum Pegawai Geprek Bensu di Lampung

Masjid ini adalah satu dari segelintir masjid di Singapura yang membuka kelas agama dalam bahasa Tamil hingga hari ini.

Dianggap sebagai salah satu masjid tertua di Singapura, Masjid Jamae mengusung gaya arsitektur yang eklektik, meminjam elemen-elemen dari Barat dan Timur.

Pintu gerbang masuknya dipengaruhi oleh langgam Indo-Islam India Selatan, sementara ruang salatnya mengusung aksen neoklasik, yang terlihat dari tiang Dorian dan jendela besar yang berubin hijau mengilap ala Tiongok.

Fasad mewah berdesain rumit ini dilengkapi pintu kecil dan bukaan berbentuk salib – patut diamati dengan cermat.

Situs ini wajib dikunjungi bila Anda ingin melihat arsitektur awal Singapura dalam bentuk aslinya. Berbeda dengan bangunan keagamaan lain dari abad 19, Masjid Jamae belum pernah dibangun kembali, meskipun sudah diperbaiki dan dicat ulang.

Masjid Jamae Chulia ditetapkan sebagai monumen nasional pada 1974. (Tribunwow.com/Bobby Wiratama)