Jubir PSI: Pengentasan Kemiskinan Bukan Program Jangka Pendek

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Fachri Sakti Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi atau yang akrab yang disapa Uki

TRIBUNWOW.COM - Dedek Prayudi selaku Juru Bicara Bidang Kepemudaan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memberikan sejumlah tweet terkait pengentasan kemiskinan, Jumat (20/7/2018).

Melalui Twitternya, @Uki23, Dedek mengatakan jika pengentasan kemiskinan itu bukan program short term effect (efek jangka pendek).

Menurut Dedek, pengentasan kemiskinan merupakan long term effect (efek jangka panjang).

Politikus PSI ini pun juga memberikan tanggapan terkait anggapan pembangunan yang bersifat estafet, bukan reset.

TGB Minta Bertemu SBY, Ferdinand Hutahaean: Segera Kirim Saja Pengunduran Dirinya dari Demokrat

Berikut ini tweet Dedek Prayudi yang dirangkum TribunWow.com.

"Pengentasan kemiskinan itu bukan program yang melulu soal short term effect. Program fundamental nya justru tergolong long term effect.

Saya sangat setuju sekali ketika ada yang bilang "kemiskinan menurun sejak doi menjabat belum tentu karena program pembangunan doi".

Bisa jadi karena pemerintahan sebelumnya. In fact, yang namanya pembangunan itu sifatnya estafet, bukan reset.

Artinya kesuksesan/kegagalan pembangunan pemerintah era sebelumnya sangat berpengaruh sekali dengan kelancaran pembangunan era sekarang.

Faktanya, pembangunan di Indonesia dibagi kedalam beberapa periode pembangunan, yakni RPJPN (Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional - setiap 20 tahun) dan RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Dari sana baru diturunkan menjadi Renstra dan RKP.

Seorang politisi memiliki kewajiban untuk ganda kepada publik. Pertama, kewajiban edukasi publik. Kedua, kewajiban meyakinkan publik dan memenangkan kontestasi politik.

Ketika kita melihat ini, adalah pantas kita apresiasi Presiden Jokowi sebagai institusi Presiden atas komitmennya memerangi kemiskinan. Tapi prestasi ini bukan hanya prestasi bangsa jaman ini, melainkan prestasi bangsa Indonesia dari waktu ke waktu," tulis Dedek Prayudi.

Disebut Masuk dalam Bursa Cawapres Jokowi, Moeldoko: Saya Orang yang Setia Pada Tugas

Di akhir tweetnya, Dedek pun mentautkan presentase kemiskinan terendah selama dua dekade.

Tweet Dedek Prayudi (Capture Twitter)

Dikutip dari Tribunnews, dengan presentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.

"Maret 2018 untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin berada di dalam 1 digit. Kalau dilihat sebelumnya 2 digit. Jadi ini memang pertama kalinya dan terendah," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (16/7/2018).

Apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni September 2017, angka kemiskinan tercatat sebesar 10,12 persen atau setara dengan 26,58 juta orang.

Jika dilihat lebih rinci penurunan angka kemiskinan ini terjadi di perkotaan dan perdesaan, penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2018 sebesar 7,02 persen, turun dibandingkan September 2017 sebesar 7,26 persen.

Mantan Menristek Komentari Pernyataan Fahri tentang Kondisi PKS: Tragis karena Diucapkan Pendirinya

Sementara di perdesaan angka presentasi penduduk miskin pada Maret 2018 sebesar 13,20 persen, turun dari 13,47 persen pada bulan September 2017.

Selain meraih tingkat kemiskinan terendah, BPS juga mencatat komoditi tersebesar kedua penyumbang garis kemiskinan di Indonesia.

Rokok kretek dianggap penyumbang komoditi penyumbang kemiskinan berdasarkan profil kemiskinan per Maret 2018 yang diperlihatkan melalui Garis Kemiskinan (GK) menurut daerah perkotaan dan pedesaan.

"Secara nasional, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK pada Maret 2018 sebesar 73,48 persen. Ini menampakkan peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (16/7/2018) seperti dikutip TribunWow.com dari Kompas.com.

Suhariyanto menjelaskan, ada tiga komoditas makanan terbesar yang memberi sumbangan terhadap kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, serta telur ayam ras.

Tiga komoditas ini merupakan penyumbang terbesar terhadap kemiskinan, baik yang terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.

Jubir PSI Doakan Kesembuhan dan Ungkap Memori Lama Bersama SBY

Beras tercatat menyumbang 20,95 persen terhadap kemiskinan di perkotaan dan 26,79 persen di perdesaan.

Kemudian rokok kretek filter menyumbang 11,07 persen terhadap kemiskinan di perkotaan serta 10,21 persen di perdesaan.

Sementara telur ayam ras berkontribusi terhadap kemiskinan 4,09 persen di perkotaan serta 3,28 persen di perdesaan.

Adapun komoditi berikutnya yang menyumbang terhadap angka kemiskinan di antaranya daging ayam ras, mi instan, hingga gula pasir di mana sama-sama didapati di perkotaan maupun perdesaan, namun hanya berbeda urutannya.

Adapun komoditi bukan makanan yang ikut memberi sumbangan terbesar untuk kemiskinan, baik di perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, hingga perlengkapan mandi. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)

Bahas kali Item, Guntur Romli: Akan Membanggakan kalau Anies Baswedan Bisa Membersihkan Sungai