Pilpres 2019

Bicara soal Capres Baru, Fahri Hamzah Ungkap Masa Muda Yusril dan Ngaku Pernah Cemburu Padanya

Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yusril Ihza Mahendra dan Fahri Hamzah

Saya memang jadi wartawan sejak mahasiswa. #CapresBaru

Reaksi Mahfud MD saat Dibilang Pasti Mudiknya Lewat Bandara dan Tol yang Dibangun Jokowi

Saya lupa Persis tahun-nya, sekitar 1993, Keluarga Bulan Bintang dan ICMI-Jakarta membuat seminar tentang “Pemikiran Politik Mohammad Natsir”.

Ada banyak narasumber tetapi yang sangat memukau adalah @Yusrilihza_Mhd yg maaih muda. 25 tahun lalu. #CapresBaru

Saya ingat waktu itu semua tokoh senior hadir termasuk Dr. Anwar Haryono sebagai yang paling dituakan di KBB setelah wafatnya pak Natsir 6/2/ 1993.

Di ruangan itu semua berseru bahwa @Yusrilihza_Mhd adalah Natsir Muda. Saya menyimak.

Saya masih ingat pemaparan prof @Yusrilihza_Mhd dalam seminar itu, bikin saya bengong karena memang di zaman orba, kajian tentang tokoh2 besar terbatas.

Di situlah saya mengerti betapa besar M. Natsir, Perdana Menteri ke-5 RI yang fenomenal.

Prof @Yusrilihza_Mhd menggambarkan sosok Natsir yang besar; Ulama, negarawan, politisi, menteri dan perdana menteri, tokoh dan pejuang Islam Indonesia dan Dunia.

Beliau juga memimpin Liga Muslim Dunia dan Dewan Masjid Dunia.

Niat Lengkap Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Anak, Istri hingga Keluarga dan Tata Caranya

Saya cemburu sebetulnya karena prof @Yusrilihza_Mhd sempat dekat dan menjadi sekretaris pak Natsir sementara saya hanya sempat mengantarkan jenazahnya ke pemakaman.

Saya belum pernah lagi melihat pemakaman diikuti manusia sebanyak itu sampai sekarang di Jakarta.

Sejak itu saya sering menggali prof @Yusrilihza_Mhd dan mewawancara beliau di sela2 mengajar di depok.

Beliau bicara banyak isu soal Islam, negara, demokrasi, filsafat hukum dan isu kontemporer.

Beliau berpengetahuan luas.

Maka beliau berkarier cemerlang; seorang dosen, intelektual, pengacara besar yang disegani, menjadi menteri 3 kali, dan membantu Indonesia dalam transisi sulit dari presiden Soeharto ke Presiden Habibie. Dia terlalu mengerti banyak hal.

Halaman
123