Bang Nizam, Pudek III rada bingung karena saya sering sekali mondar mandir masuk ruangan Dekan. Dan dari prof Djatun keluar kata, “Fahri, di luar memang Suharto berkuasa, tapi di dalam kampus ini kita tidak boleh diganggu, kamu bebas bikin kegiatan”. #SaveKampus.
Di zaman otoriter, kalimat seperti itu jarang kita dengar, tapi keakraban membuat kami saling terbuka. Bang Nizam mendapat izin, FSI sejak saat itu mendapatkan SK meski kami berkoordinasi dengan SMFEUI menjadi FSI-SMFEUI. Sampai sekarang semua berjalan positif. #SaveKampus.
• Perawat Razan Al-Najjar Tewas Ditembaki Tentara Israel Mencuri Perhatian Dunia, Simak Fakta-faktanya
Negara harus dikelola dengan kecerdasan yang memadai. Otak mini merusak iklim negara. Apa yang biasa menjadi kacau. Soal kecil menjadi besar dan yang besar diabaikan menjadi anarki yang tak tertangani. Inikah suasana kampus kita sekarang. #SaveKampus.
Negara tidak boleh kelihatan gelagapan. Menjadikan isu teroris masuk kampus sebagai prestasi terbuka padahal ini soal gampang dihadapi. Mahasiswa itu punya siklus. Mereka cukup dewasa untuk memahami diri. Apa guna institusi?
Dan dosen, dekan dan rektor itu, sungguh memalukan apabila mereka mulai membungkuk pada kekuasaan. Lalu apakah kampus masih sanggup mengajarkan kebenaran apabila semua ingin menjadi pelayan kekuasaan? Masa depan yang suram. #SaveKampus
Memang, bangsa kita sedang dipimpin oleh akal yang kurang sehat. Kegagalan dianggap prestasi dan semua menyembah mediokrasi. Ini krisis yang akan segera berakhir. Insya Allah cahaya akan datang sebentar lagi. Amin," cuitnya.
(TribunWow/Dian Naren)