Ombudsman Temukan Banyak TKA, Said Didu: Saya 1 Tahun Lalu Ungkap Masalah Itu, tapi Selalu Dibully

Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jokowi Said Didu

Laode sudah menyampaikan hasil temuan ombudsman ini kepada lembaga terkait, yakni Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Tenaga Kerja, Kepolisan, hingga Badan Kerjasama dan Penanaman Modal.

Bahkan Laode menyebut Dari hasil temuannya, sebanyak 10 provinsi dengan penyebaran TKA terbanyak. "Di Sulawesi ada dua yaitu Sulteng dan Sultra karena itu fokus pembangunan smelter. Lalu ada di Papua Barat, Kaltim, Sumut, Kepri, Jakarta, Banten, Jabar, Jatim," ujar laode.

Rupanya, temuan Ombudsman itu rupanya menarik sejumlah tokoh politik, diantaranya Fahri Hamzah.

"Pertama, setelah laporan @OmbudsmanRI137 kemarin maka, fakta bahwa telah terjadi penyusupan TKA secara massif tidak ke wilayah NKRI tidak bisa ditolak lagi. Temuan yang menyebutkan TKA berpusat di 10 Provinsi juga mengagetkan," tulis Fahri Hamzah.

Rupanya, hal serupa juga dialami oleh Muhammad Said Didu yang telah mengetahui kasus tersebut setahun yang lalu.

Foto Balita Ini Kini Jadi Aktor Bertubuh Atletis hingga Inul tak Malu Makan Sambil Duduk Gelesotan

Namun, Muhammad Said Didu kecewa lantaran dirinya justru dibully ketika mengungkap fakta itu.

"Saya sdh sktr 1 tahun selalu dibully kalau ungkap masalah ini. Bahkan lebih dari itu. Apa sebenarnya yg terjadi?" cuitnya Said Didu

Cuitan Said Didu (twitter)

Netizen yang melihat cuitan tersebut ikut memberikan komentar:

@aewin86: Biar tidak dibully harusnya siapkan pernyataan anda dengan baik, sistematis, didukung data yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

@iniakunasli: pribumi dibuli pribumi lain membela.bangsa ini punya hak merdeka atas tanah air sendiri.

@tahamaaruf: Gampang kok penjelasannya.... hutang ke RRT satu paket dengan pekerja kasar mereka. Smg tidak ada kegiatan intelijen aja. (TribunWow.com/Woro Seto)

Temuan Ombudsman soal TKA, Fahri Hamzah: Saya Jelaskan Kelakuan Pemerintah, Ini Serius dan Berbahaya