Di antara yang menemani Jokowi adalah Juru Bicara FPI sekaligus Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis, Ketua Umum (Ketum) Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam, dan Anggota Dewan Pembina GNPF Yusuf Marta.
Menurut Jubir PA 212, Novel Bamukmin mengatakan pertemuan antara pihaknya dengan Jokowi adalah untuk membahas sejumlah hal yang menjadi isu nasional, termasuk soal Pilpres 2019.
• Soal Partai Allah, Mahfud MD: Silahkan Kalau Mau Buat Polling, Saya Sih Mending Ngerjain yang Lain
Meskipun begitu, Novel Bamukmin juga mengatakan jika pertemuan tersebut adalah pertemuan lanjutan untuk mencari solusi dari pertemuan sebelumnya yang diadakan pada Juni 2017.
Pda Juni 2017, yang menjadi topik pembicaraan adalah terkait kriminalisasi ulama, aktivis, dan sebagainya.
Sementara itu, Fadli Zon sebagai salah satu anggota dari partai oposisi mengatakan jika dirinya mengapresiasi pertemuan antara Jokowi dengan PA 212.
Menurut Fadli Zon, dalam pertemuan tersebut, PA 212 juga menanyakan soal janji-janji Jokowi.
"Saya belum tahu hasilnya seperti apa, nanti kita lihat saja. Tapi yang namanya dialog sangat bagus, apalagi bisa disampaikan secara langsung, dijawab juga secara langsung, menurut saya sih bagus-bagus saja," kata Fadli Zon, dikutip Kompas.com, Rabu (25/4/2018).
• Amien Rais Prediksi Jokowi Tak Akan Bisa Menang di Pilpres 2019: Itu Seperti Mission Impossible
"Saya mendapatkan informasi dari pertemuan itu dari PA 212 juga menanyakan apa yang menjadi janji-janji Pak Jokowi terutama terkait dengan akan menghentikan kriminalisasi terhadap ulama dan tokoh-tokoh yang terkait aktivis 212 itu," imbuhnya.
Meski demikian, Fadli Zon juga menyebut jika pertemuan itu sedikit terlambat.
"Ya mungkin agak sedikit terlambat sih, harusnya dari dulu-dulu dong. Jangan baru mau Pemilu kemudian mendekati dan kemudian berusaha meyakinkan. Kenyataannya apa yang sudah terjadi, sudah terjadi begitu," sambungnya. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Sempat Tuai Kontroversi, Rocky Gerung Beri Klarifikasi soal Fiksi: Saya Mau Selamatkan Istilah Itu