TRIBUNWOW.COM - Mantan Ketua Konstitusi (MK), Mahfud MD membeberkan hubungannya dengan Ketua Partai PBB, Yusril Ihza Mahendra usai perdebatan soal RUU Pilkada.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd, Jumat (13/4/2018).
Diketahui, pada tahun 2014, Yusril bertemu dengan SBY di Kyoto, Jepang.
“Presiden SBY menanyakan kepada saya mengenai RUU Pilkada.
Menjawab pertanyaan Presiden SBY, saya berpendapat bahwa apa yang telah dituangkan dalam RUU Pilkada dan telah disepakati antara Presiden dengan DPR agar tetap dipertahankan,” tambahnya.
• Sindir Abu Janda yang Laporkan Rocky Gerung, Akhmad Sahal: Norak Banget Sih
Menurut Yusril, Dalam RUU yang telah disahkan itu Pilkada dilakukan oleh DPRD, tidak dipilih langsung lagi.
Bahwa RUU itu jika tidak ditanda-tangani oleh Presiden SBY akan otomatis berlaku setelah 30 hari, umumnya orang faham.
Tetapi, kata Yusril, didasarkan pada masa jabatan Presiden SBY yang segera akan berakhir waktu itu, waktu 30 hari berlakunya UU tsb akan terjadi pada saat Presiden SBY telah habis masa jabatannya.
“Saya menyarankan lebih baik Presiden SBY tidak tandatangani, dan kemudian serahkan kepada Presiden baru bagaimana akan menyikapi RUU tersebut.
Setelah itu, saya berkomunikasi dengan Jokowi.
“Saya katakan kepada Pak Jokowi bahwa saya akan membantu menjelaskan permasalahan ini ke publik. Saya terus mengamati permasalahan ini dari Tokyo," ujarnya.
• Terbongkar Pendidikan Rocky Gerung hingga Ia Mengajar di UI
Setelah itu, SBY kembali ke Jakarta dan saya membaca berita dari Jakarta bahwa Pak Mahfud mengatakan bahwa usul saya di Tokyo itu sebagai “jebakan batman”.
Antara saya dengan Pak Mahfud memang tdk ada komunikasi apa-apa sebelumnya, sehingga saya tidak berkesempatan untuk menjelaskan pembicaraan kami di Kyoto,” tambah Yusril menjelaskan.
Setelah itu, Yusril mengaku Presiden SBY tidak melaksanakan apa yang kami bahas di Kyoto, tetapi kemudian mengeluarkan Perpu.
Dalam Perpu itu, Pilkada kembali dilakukan secara langsung.
Terkait perbedaan pendapatnya dengan Mahfud MD, Yusril mengaku tidak menyinggungnya sama sekali.
“Saya samasekali tidak menyinggung bagaimana pendirian Pak Mahfud mengenai Pilkada ini, apa beliau setuju pilkada langsung atau cukup melalui DPRD. Mungkin ada yang mengembangkannya ke arah seolah-olah saya “menuduh” bahwa Pak Mahfud adalah pendukung Pilkada langsung. Akibatnya muncullah reaksi Pak Mahfud bahwa ucapan saya “tendensius”, “menyesatkan” dan sejenisnya,” ujarnya.
• Isu PKS Usung 2 Nama Capres, Mardani Ali Sera: Tidak Benar, Jangan Terpengaruh Hasutan
Yusril menambahkan Mudah-mudahan dengan penjelasan ini, masalahnya menjadi terang. “Saya mohon maaf kalau berbagai penulisan di media kemudian menimbulkan kesalah-fahaman reaksi sedemikian rupa khususnya dari Pak Mahfud,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Mahfud MD juga ikut memberikan klarifikasi bahwa ia dengan Yusril baik dan bersahabat.
"Perbedaan pendapat sy dgn Pak @Yusrilihza_Mhd sdh selesai. Masalahnya clear, ada media yg mengembangkan interpretasinya sendiri di luar yg dikatakan Pak Yusril. Sy sdh berkomunikasi dgn Pak Yusril. Kami adl sahabat akademis yg sama2 pernah memimpin institusi/kementerian bdg hukum," cuitnya.
Setelah itu, Mahfud MD menceritakan bahwa ia kerap berbeda pendapat, namun hal itu tidak merubah hubungan dekat mereka.
"Di forum ekspressi publik saya sering berbeda dgn Pak @Yusrilihza_Mhd Tapi kalau bertemu langsung kami sangat akrab. Pak Yusril memanggil sy dgn al-mukarrom sedang sy memanggil Pak Yusril dgn al-ustadz. Tak bisa ada yg mengadu domba antara kami, percayalah," tulisnya.
Netizen yang melihat postingan tersebut sontak meninggalkan komentar:
@pendekarmalu: alhamdulillah .. orang-2 akademis bila ada masalah .. akan diselesaikan dengan cara elegan .. bisa untuk ditiru.
@NapaBabiat: Mantap pak...berbeda pendapat biasa tp tetap bersatu.
@asep_suryawan: Inilah yang saya sukai dari keduanya. Mengedepankan kejujuran dan selalu berfikir baik demi masa depan bangsa. (TribunWow.com/Woro Seto)
• Cuitan Guntur Romli soal Kitab Suci Adalah Fiksi yang Diyakini, Andi Arief: Ini Orang Munafik