TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menyatakan jika Republik Indonesia sudah tidak akan ada lagi di tahun 2030.
Hal ini ia ungkapkan dalam acara Konferensi Nasional dan Temu Kader Partai Gerindra yang diunggah dalam akun resmi Gerindra, Senin (19/3/2018).
Menanggapi hal tersebut, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menyampaikan pendapatnya soal topik tersebut ke dalam unggahan Twitternya dengan akun @AntoniRaja, Kamis (22/3/2018).
"Kami beda dengan Pak @prabowo Prabowo ketum @Gerindra yang pesimis dan menebar ketakutan akan masa depan Indonesia. Kami #GenerasiOptimis
Kami generasi muda, generasi baru politik melihat Indonesia dgn kacamata optimistik
Tentu kita masih punya masalah. Mungkin banyak masalah. Tp secara umum kita on the right track mengurai masalah-masalah itu.
Jadi kami #GenerasiOptimis yg melihat gelas setengah terisi. Bukan gelas setengah kosong.
Tentu saja optimisme berdasarkan data. Bukan asumsi, insinuasi dan konspirasi.
Tanya Pak @prabowo dan @Gerindra: data indonesia bubar 2030 itu dari mana? Kabarnya dari novel ya?
BACA Jawaban Djarot saat Ditanya Apakah Ahok Akan Maju Cawapres 2019 Jika Sudah Bebas Nanti
Berikut sebagaian data yang membuat kami #GenerasiOptmis sangat optimis akan masa depan Indonesia.
Indonesia yang memiliki populasi terbesar ke-4 dunia, menjadikannya memiliki potensi pasar domestik.
Bonus demografi yg puncaknya di 2030an, jadikan Indonesia sebagai salah satu negara dgn tenaga kerja produktif terbesar.
World Economic Forum nyatakan bahwa Indonesia berkontribusi sebesar 2,5% untuk pertumbuhan ekonomi Dunia di 2017-2019.
Kontribusi itu tempatkan Indonesia di peringkat ke-5 setelah China (35,2%), AS (17,9%), India (8,6%), dan Ekonomi Eropa (7,9%).
Melihat data2, dapat dinyatakan kembali bahwa saat ini Indonesia masih “on-track” untuk menjadi negara superpower baru.
Standard Chartered (2010) katakan bahwa Indonesia akan tergabung dalam G-7 di 2030. 7 besar ekonomi dunia. Buka bubar loh.
PwC katakan 2030, GDP Indonesia dalam PPP mencapai US$ 5,424 triliun atau ke 5 setelah Tiongkok, AS, India, dan Jepang.
Sementara di 2050, akan mencapai US$ 10,5 triliun, atau berada di peringkat ke-4 setelah Tiongkok, India, dan AS.
Ini data yang membuat kita patut optimis dan menolak retotika menakutkan Indonesia bubar 2030.
Tapi kita mesti akui masih ada masalah yg hrs diselesaikan bersama semua anak bangsa. Masalah sbg tantangan bukan ketakutan.
BACA Lama Tak Ada Kabar, Abu Janda Tulis Doa yang Penuh Kontroversi
Masalah utamanya dua. 1. KORUPSI; 2. INTOLERANSI.
Korupsi secara sistematis kurangi hak rakyat dlm layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, layanan sosial lainnya.
Korupsi juga buruk bagi pertumbuhan ekonomi. Ekonomi biaya tinggai tidak membuka lapangan kerja bagi anak muda.
Penegakan hukum yang adil mesti menjadi panglima kita hidup berbangsa para Generasi Optimis.
Soal INTOLERANSI: kita mesti sadar kemajemukan adalah modal utama kita sebagai bangsa Indonesia.
Bangsa kita ternacam bubar bila intoleransi berkembang. Spirit primordialisme merebak.
Bisnis dan lapangan kerja pasti hancur bila kita menjadi negara yang sektarian.
Afghanistan contoh kongkret bila negara dikalahakan oleh sekrarinisme, masyarakat semakin miskin. Konflik berdarah.
So, izinkan kami menjadi #GenerasiOptimis akan masa depan kami. Masa depan Indonesia.
Dengan optimisme, kerja keras, doa dan istiqomah melawan korupsi dan intoleransi InsyaAllah kita mejadi bangsa besar.
#GenerasiOptimis berjalan menuju Baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur: negeri yang maju dan penuh berkah Tuhan YME
Tidak alasan unk tdk bergabung di barisan #GenerasiOptimis
Sekian. Salam Solidaritas. Salam #GenerasiOptimis" ujarnya.
BACA Heboh Ucapan Prabowo soal Indonesia Bubar di Tahun 2030, Begini Penerawangan Mbah Mijan
Tak tinggal diam melihat cuitan dari Sekjen PSI tersebut, akun yang mengaku dirinya sebagai Generasi Muda Partai Gerindra melakukan pembelaan dengan akun @TidarJKTSelatan.
"Berbicara tentang genarasi muda dan optimisme, kami generasi muda Partai @Gerindra akan sedikit memberikan pencerahan untuk kalian @psi_id perihal ‘warning’ yang disampaikan Pak @prabowo.
Menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor 5 di dunia pada tahun 2030. Asusmsi yang dipakai adalah pendapatan per kapita Indonesia mencapai US$ 18.000, inflasi 4.2%, PDB 5.1 triliun dollar, pertumbuhan ekonomi 6-7% per tahun.
Luar biasa, ini merupakan optimisme yang sangat berani dan percaya diri. Bagaimana tidak? Jika kita melihat kondisi kekinian bangsa Indonesia, maka optimisme itu bagaikan mimpi yang sangat mewah.
Kondisi Indonesia saat ini tidaklah mendukung optimisme Indonesia 2030 itu. Pendapatan per kapita kita saat ini hanya US$ 1.600, pertumbuhan ekonomi dalam sepuluh tahun tekhir tak pernah lebih dari 6%, dan beberapa tahun terakhir berada di bawah rata-rata dunia.
Cuma orang bodoh yang menyalahkan sebuah ‘Warning!’. Kebenaran yang salah; Kesalahan yang dibenarkan; Kebenaran yang disalahkan; Kebenaran yang benar.
Product Domestic Bruto hanya sebesar Rp 3.3 triliun, pengangguran, inflasi tinggi, korupsi di setiap level birokrasi, inkonsistensi penegakan hukum, dan otonomi daerah yang salah kaprah, semuanya menjadikan Indonesia sebagai tempat bisnis yang high cost economy.
BACA Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan 2018, Bagaimana dengan Menag Lukman Hakim?
Inflasi masih terus menjadi perennial dilemma bagi ekonomi Indonesia. Fluktuasi harga minyak dunia merupakan ancaman utama bagi inflasi. Data historis menunjukkan kenaikan harga BBM di dalam negeri akan berdampak peningkatan inflasi 1-2%.
Mengingat pemerintah masih harus terus mengurangi dan menghapus subsidi BBM, maka ancaman inflasi tinggi masih menjadi poin of concern bagi partai @Gerindra dan Pak @prabowo.
Pencabutan subsidi pasti akan berimpak secara politis, dan partai-partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan yang ada akan segera memanfaatkan ’politik infrastruktur’ untuk mencapai tujuan masing-masing.
Maka, situasi yang dihasilkan tentu saja menjadikan Indonesia tidak investment friendly. Padahal, masuknya investasi adalah syarat mutlak bagi pertumbuhan ekonomi dan penanganan pengangguran. Mana janji lapangan kerja mu!??
Tidak berfungsinya peran intermediasi bank juga menjadi catatan khusus. Ketatnya peraturan dan tingginya tingkat kehati-hatian akibat pengalaman buruk dengan tingginya tingkat kredit bermasalah membawa perbankan memilih cara aman dengan memanfaatkan instrumen SBI.
Idle money dalam SBI seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi portofolio kredit investasi yang bisa merangsang pertumbuhan ekonomi.
Trend BI rate masih menujukkan grafik yang naik turun, mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi masih dipacu oleh tingginya konsumsi, bukan pada sektor investasi dan ekspor.
Masih adanya pola hubungan negatif patron-client, dimana politisi sebagai pemegang kekuasaan politik dan pengusaha sebagai pemilik sumber daya ekonomi, atau bahkan pemegang sumberdaya politik juga sekaligus pemilik sumber daya ekonomi.
BACA Sekjen Partai Demokrat Beri Surat Terbuka kepada Sekjen PDIP: Rasanya Tak Pantas
Hal tadi mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan yang ada untuk kepenting kelompok sendiri sehingga menjadikan ketidakseimbangan mekanisme pasar dan menimbulkan pasar yang termonopoli dan koruptif.
Keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter merupakan suatu keharusan, tetapi itu bukanlah satu-satunya syarat ke arah pertubumbuhan ekonomi yang tinggi.
Banyak kebijakan fundamental yang lain yang diperlukan untuk menutupi kelemahan struktural seperti halnya PENEGAKAN HUKUM yang konsisten dan birokrasi yang bersih.
Janji Presiden @SBYudhoyono dalam kampanye pilpres tahun 2004 untuk memcapai pertumbuhan 6.6% per tahun belum juga tercapai.
Demontrasi buruh di banyak kota, anak-anak kurang gizi, flu burung, dan bencana alam masih menjadi agenda yang gawat-darurat dan mesti diatasi bangsa pada saat itu.
Jadi klaim Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nomor lima di dunia dengan segala asumsinya dua dekade mendatang menurut kami generasi muda itu MASIH merupakan angan belaka.
Setiap orang Indonesia pasti bermimpi bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan disegani di dunia.
Kami generasi muda partai @Gerindra dan Pak @prabowo tidak ragu sedikitpun tentang hal itu. Namun impian tersebut haruslah dalam sebuah kerangka berfikir yang realistis!!
Dengan tata pemerintahan yang bersih dan baik serta PENEGAKAN HUKUM yang konsisten, maka Indonesia akan memiliki fundamental yang sangat kuat untuk bisa bersaing.
Memliki tingkat kemakmuran yang setara dengan negara industri baru seperti Malaysia, tingkat pengangguran yang lebih terkontrol, inflasi yang manageable.
Mengikatkan fungsi perbankan hingga mencapai rasio LDR 80%, adalah prestasi yang lebih realistis untuk bisa dicapai terlebih dahulu! Paham?
Itu semua harus didukung birokrasi yang bersih dari korupsi, penegakan hukum yang konsisten. Meski terlambat, kini saatnya membuktikan janji-janji dan nawacita yang kalian gaung2kan. Berhenti bermimpi macam-macam! Buktikan dulu janji kalian!"
(TribunWow/Dian Naren)