Ketika ditanya pers, apa sdh ada komunikasi dgn parpol-parpol maka saya jawab, ya, sdh ada komunikasi informal.
Istilahnya saling bergurau melempar bola politik untuk coba2. Komunikasi formal tidak ada.
Apa saya bersedia jd cawapres?. Jawaban saya tetap, "saya tidak ingin tapi bukan tidak mau".
Atas jawaban "tidak ingin tapi tak mau" itu ada wartawan yang menyeletuk, "Kok jawabannya bersayap, artinya bersedia, kan?".
Mau menjawab bagaimana lagi? Itulah sikap saya. "Kalau bilang ingin saya bisa dinilai tak tahu diri tapi kalau bilang tidak mau bisa dinilai sombong dan tak nasionalis".
BACA Sering Kritisi Pemerintahan hingga Reshuffle, Begini Tanggapan Rizal Ramli Terhadap Sosok Jokowi
Dikabarkan sebelumnya, Mahfud sempat digadang sebagai wakil ideal Jokowi.
Namun, Mahfud mengaku hanya menyerahkan sepenuhnya terhadap mekanisme yang ada di masing-masing parpol serta Jokowi sendiri.
Sebab, kata Mahfud, pada akhirnya yang memutuskan siapa cawapres bagi Jokowi ialah partai koalisi pemerintahan dan Jokowi.
Selain itu, Mahfud juga mempersilahkan kepada partai-partai mengolah namanya sebagai cawapres Jokowi.
Penilaian ideal ini dikemukakan oleh Koordinator Divisi Korupsi Politik ndonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz.
Donal menilai, Mahfud memenuhi tiga syarat capres dan cawapres yang ideal menurut ICW.
Kriteria tersebut, yakni harus sosok bersih dan negarawan, memiliki visi penegakan hukum dan demokrasi yang kuat dan konsisten, berani melawan mafia hukum dan mafia bisnis. (TribunWow/Dian Naren)