Keduanya sama-sama merupakan kader PKS.
Berawal dari cuitannya Tifatul Sembiring yang mengatakan,"Di PKS itu nggak biasa, kader menunjukkan ambisi utk dapatkan suatu jabatan, apalagi berlebihan... Di PKS itu nggak biasa, kader menolak utk dipindahkan amanah yg telah diberikan, apalagi sampai melawan... Iyyaa, nggak biasa aja...:)) *CandaSore*"
Rupanya cuitan Tifatul ini mendapat respon dari Fahri Hamzah.
@Fahrihamzah: Begitu bilang “Di PKS”, menjadi seolah semua ideal dan yang di luar menjadi tidak ideal. Sekarang ini di PKS ada orang lagi dihukum dipromosi dll. Kalau saya buka semuanya nanti rusak, berapa banyak yg merusak nama partai sejak korupsi sampai urusan rumah...aman!.
Baca: Balas Fahri Hamzah, Tifatul Sembiring: Jangan Sombong! Semua Omongan dan Sikap Dicatat Malaikat
3. Guru SD Diterkam Buaya saat Mencari Kepiting di Sungai Benanain, Hasil Pencarian Korban Masih Nihil
Lusia Hoar (50), guru sekolah dasar (SD) GMIT Makthian diterkam buaya, Jumat (9/2/2018) sekitar pukul 15.00 Wita.
Warga Desa Makthian, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka ini tewas dimangsa buaya saat menangkap kepiting di Sungai Benanain, Desa Naas, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saat kejadian, Lusia Hoar sedang menurunkan bakul perangkap untuk menjerat kepiting.
Peristiwa ini dibenarkan Kepala Desa Makthian, Lambert saat dikonfirmasi Pos Kupang via telepon seluler.
Lambert menuturkan, Jumat sekitar pukul 14.30 Wita, korban bersama anaknya pergi menjerat kepiting.
Korban tidak melihat ada buaya di sekitarnya.
Saat hendak menurunkan bakul perangkap kepiting, tiba-tiba korban diterkam seekor buaya.
Setelah menyambar tubuh Lusia Hoar, secepat kilat buaya membawa korban menjauh.
"Kejadiannya sangat cepat. Saat itu, korban bersama anaknya hendak menangkap kepiting. Saat korban masuk ke dalam sungai untuk menenggelamkan bakul perangkap kepitingnya, langsung diterkam buaya. Buaya tersebut lalu membawa tubuh korban ke dasar sungai," ujar Lambert.
Baca di sini: Guru SD Diterkam Buaya saat Mencari Kepiting di Sungai Benanain, Hasil Pencarian Korban Masih Nihil