TRIBUNWOW.COM - Tempat penukaran bitcoin di Korea Selatan dinyatakan bangkrut setelah diretas oleh hacker.
Dilansir money.cnn, Rabu (20/12/2017), hacker telah mencuri hampir seperlima kepemilikan kliennya pada Selasa (19/12/2017).
Hal tersebut merupakan kedua kalinya Youbit kehilangan bitcoin pelanggan.
Sebelumnya, pada bulan April, hacker berhasil mencuri 38 miliar won atau setara $ 35 juta dalam mata uang digital.
Kali ini, Youbit tidak mengumumkan berapa banyak yang diambil oleh hacker.
Tak hanya itu, Youbit juga tidak memberitahukan rincian bagaimana hal tersebut terjadi.
Badan Keamanan dan Internet Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya berkerjasama dengan polisi untuk menyelidiki peretasan terhadap Youbit.
Akan tetapi belum diketahui siapa yang bertanggung jawab terhadap kejadian itu.
Youbit mengatakan bahwa pelanggan akan mendapatkan kembali sekitar tiga perempat nilai mata uang digital yang mereka simpan di akun perusahaan.
Baca: Kelebihan dan Kekurangan Xiaomi Redmi 5A yang Perlu Kamu Ketahui Sebelum Membelinya
Sisanya akan dikembalikan setelah proses kebangkrutan.
Ini bukanlah pertama kalinya bitcoin diretas oleh hacker.
Awal bulan ini hacker mencuri lebih dari $ 70 juta senilai bitcoin dari platform mata uang digital Nicehash.
Tahun lalu, penukaran bitcoin di Hong Kong Bitfinex sempat ditutup setelah hacker mencuri lebih dari $ 60 juta bitcoin.
Tim Wellsmore, direktur intelijen ancaman di firma keamanan dunia maya FireEye, mengatakan bahwa perusahaan bitcoin dinilai lamban dalam menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh hacker.
"Karena harga bitcoin dan mata uang virtual serupa terus naik, kami mengharapkan penanganan yang lebih serius tentang siapa yang mencurinya," katanya.
Pihak Korea Selatan mencurigai Korea Utara di balik peretasan di Youbit tersebut.
Baca: Sandiaga Uno Cabut Subsidi Transjakarta, Ini Alasannya
Polisi Korea Selatan menuduh hacker Korea Utara menargetkan setidaknya empat bursa yang berbeda tahun ini.
Targetnya adalah mereka yang memperdagangkan bitcoin dan mata uang digital lainnya di Korea Selatan.
Sementara itu, Korea Utara membantah adanya peran dalam serangan cyber internasional.
Bitcoin, yang menawarkan lapisan anonimitas, telah lama menjadi magnet bagi pelaku kejahatan cyber.
Tidak seperti mata uang tradisional seperti dolar AS, mata uang digital tidak berada di bawah kendali bank sentral dan sebagian besar tidak diatur.
Korea Selatan telah menjadi pusat aktivitas bitcoin.
Pada hari tertentu, negara tersebut mengambil bagian sekitar 20% perdagangan kripto di seluruh dunia.
Bitcoin sangat diminati sehingga para pedagang bisa membayar premi antara 15% dan 20% dibandingkan dengan harga di tempat lain.
Dengan banyaknya investor kecil Korea Selatan yang terjun ke dalam bitcoin, pihak berwenang semakin khawatir akan potensi kejahatan cyber.
Baca: Astaga! Predator Seks Perkosa Guru Muda dan Menularinya Penyakit Berbahaya
Pemerintah awal bulan ini mengatakan bahwa pihaknya membentuk sebuah satuan tugas khusus untuk mempelajari masalah uang digital.
Sementara itu di Indonesia, lonjakan harga bitcoin hingga lebih dari 1.300 persen membuat banyak investor mulai mempertimbangkan bitcoin untuk investasi mereka.
Pada Januari 2017, harga bitcoin hanya bekisar 12 juta rupiah, dan pada bulan Desember ini harganya mencapai 239 juta rupiah.
Meski sempat dilarang oleh Bank Indonesia (BI), nyatanya makin banyak yang tertarik dengan bitcoin.
Bitcoin Indonesia mencatat setidaknya 700 ribu anggota yang sudah tergabung dalam perusahaan miliknya.
Baca ini: Viral! Mahasiswa Bentrok Saling Lempar Batu di Medan: Tolong-tolong, Aku Gak Salah Jangan Ditangkap
Pihak Bank Indonesia pun memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati dengan bitcoin.
"Masyarakat harus hati-hati karena teman-teman kan bisa lihat sendiri, dalam kurun waktu sepuluh / sebelas bulan, bitcoin ini hampir 1300% kenaikannya. Nah, bisa dibayangkan kalau sewaktu-waktu ini di wipe out, kan masyarakat juga yang rugi. Padahal tidak ada legal basis yang melindungi teman-teman semua," ucap Asisten Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Yosamarta. (*)
Baca juga: Donald Trump Ancam PBB Terkait Resolusi Yerusalem, Ia Akan Melakukan Hal Ini