Pembebasan Lahan untuk Pembangunan Bandara di Kulonprogo, Aktivis Sebut Cacat Hukum

Editor: Galih Pangestu Jati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Fayyadl saat memberikan keterangan kepada awak media di dalam masjid, yang menjadi Posko perjuangan tolak pembangunan Bandara

Dilanjutkan Fayyadl, pembangunan fasilitas publik memang sangat dianjurkan.

Akan tetapi itu dilakukan jika memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

Ia ambil contoh pembangunan Masjid.

Masjid sangat mendesak untuk dibangun jika memang dalam satu kampung tidak ada tempat peribadatan. 

Dalam konteks ini, maka di kampung tersebut wajib dan harus segera dibangun masjid karena masyarakat sama-sama membutuhkan.

Adapun pembangunan Bandara, menurut pandangan Fayyadl itu bukan kebutuhan mendesak.

Toh sebagian masyarakat Kulonprogo saat ini hidup sebagai petani.

“Mereka ketika saya tanya, bahkan belum ada yang pernah naik pesawat. Artinya, mereka nantinya hanya akan menjadi penonton,”paparnya.

Senada yang disampaikan Fayydl, tokoh masyarakat sekitar, Ustaz Sofyan juga mengatakan pihaknya sangat menyayangkan terus dilakukannya pembangunan bandara baru di lahan warga Kulonprogo.

Menurut dia, pembangunan Bandara di Kulonprogo sejatinya merusak keadaan dan tatanan masyarakat yang ada, sehingga pembangunannya harus dihentikan.

Sejauh ini, pihaknya bersama sejumlah warga tetap bersikokoh untuk menolak adanya pembangunan bandara yang katanya mega proyek tersebut. 

Lantaran sikap kerasnya tersebut, ia mengaku kerap kali mendapat teror yang dilayangkan pihak-pihak tertentu lewat pesan digital. 

“Kami kerap mendapat teror lewat pesan WA, walaupun dengan bahasa halus,” ungkap Sofyan. (*)

Berita ini telah diterbitkan Tribun Jogja dengan judul "Aktivis Ini Sebut Pembangunan Bandara Kulonprogo Cacat"