Mayoritas penduduk sini rupanya tidak memiliki kepercayaan terhadap suatu agama, bahkan Tuhan.
Tapi sebagian mereka percaya bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari diri mereka.
Ada yang menarik, tanpa kepercayaan terhadap agama tertentu, mereka begitu menjunjung tinggi nilai moral dan kemanusiaan.
Memiliki rasa syukur yang begitu besar atas semua kenikmatan yang mereka peroleh, dengan cara menghormati setiap makhluk hidup, makanan dan alam.
Memiliki kesadaran tinggi akan ketertiban, kedisiplinan, dan kebersihan.
Sulit menemukan tempat sampah di sini, tapi juga sulit menemukan sampah berceceran di setiap sudut nya.
Hampir tidak ada. (Mungkin saya belum mengunjungi semuanya, tapi sejauh mata ini melihat, memang setiap sudutnya terlihat rapih dan bersih).
Satu hal lain yang menarik perhatian saya, ketika saya menemukan beberapa penduduk asli yang tiba-tiba ingin memeluk suatu kepercayaan.
Kemudian saya bertanya, kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama?
Tulisan itu kemudian mendapat komentar lagi dari netizen pengguna akun @tanpaAGAMA.
"Setelah jadi pembawa acara keberbagai belahan dunia, dia dapat perbandingan budaya, pemikiran, akhirnya doi sadar dan tercerahkan. Mungkin saat ini sedang dalam posisi galau, transisi dari percaya ke ragu ragu. Akibat belajar dan mikir," kicau akun tersebut.
"Kalau doi terlalu terbuka dengan pemikiran dan kegalauannya, dia bisa dimusuhi bahkan diserang oleh kaum bumi datar. Kehilangan sahabat, fens, dibully, atau mungkin diseret kepenjara. BTW masa masa galau itu adalah masa yg sangat berat. masa transisi," cuit akun @tanpaAGAMA.
Apa hak netizen?
Linimasa tengah dihebohkan dengan keputusan artis sekaligus presenter Rina Nose melepas jilbabnya.
Bukan cuma itu, gara-gara lepas jilbab, nama presenter tersebut langsung merangsek menjadi trending topic alias topik teratas yang paling dicari di jejaring sosial Twitter.