Meski begitu, ia juga mengakui bahwa pengetahuan ilmuwan tentang kekuatan dunia ini tidak sempurna.
Dengan demikian, orang masih harus bergantung dengan yang namanya "iman".
Gara-Gara Berdiam Diri di Sauna Terlalu Lama, Pria Ini Alami Hal Mengerikan!
Einstein juga menyebutkan orang yang serius mengejar ilmu pengetahuan juga percaya bahwa beberapa "roh" terwujud dalam hukum alam yang jauh lebih unggul dari manusia.
Dengan begitu, pengejaran ilmu pengetahuan mengarah pada perasaan religius atau spiritualitas yang istimewa.
Ia juga menambahkan, perasaan religius ini berbeda dengan religiusitas kebanyakan orang.
Secara eksplisit, dalam surat tersebut Einstein memberikan isyarat bahwa ia penganut panteisme, yang gagasan utamanya "Tuhan adalah segalanya".
Hal tersebut senada juga sempat ia ekspresikan pada seorang rabbi bernama Herbert S. Goldstein.
"Aku percaya pada Tuhannya Spinoza, yang mengungkapkan dirinya dalam harmoni alam semesta, bukan Tuhan yang memperhatikan dirinya sendiri dengan takdir dan perbuatan manusia," katanya seperti yang dikutip dalam Big Think, Jumat (29/9/2017).
Ia juga mengungkapkan bahwa ia terpesona pada panteisme Spinoza.
Panteisme dapat didefinisikan sebagai keyakinan bahwa semuanya identik dengan Tuhan.
Beberapa orang dengan pandangan ini percaya Tuhan adalah alam semesta, kosmos, atau segala hal menjadi satu dengan Tuhan.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa esensi Ilahi ada dalam segala hal tanpa menjadi bagian dari Tuhan.
Panteisme Spinoza yang diyakini Einstein sendiri berpendapat bahwa alam semesta ini identik dengan Tuhan.
Meski menganut panteisme, Einstein tetap mempertahankan tradisi Yahudi tertentu, walaupun dalam tradisi Yahudi, ia sering dipandang ateis.