Mereka hanya duduk dan mendengarkan para tamu yang sanggup membayar dari balik dinding kayu tersebut.
Saking tingginya dinding pemisah itu, para tamu yang tak membayar bahkan tak sanggup melihat apapun yang ada didepannya.
Setelah foto-foto tersebut viral pada akun jejaring sosial Facebook, Komisi Hak Asasi Manusia Quintana Roo telah menerima beberapa keluhan tentang hal tersebut dan diminta untuk menjelaskan tindakan diskriminasi itu.
Seorang advokat publik Cosumel telah berbicara mengenai masalah ini dan mengatakan bahwa pihak kampus tak bertanggung jawab sehingga membiarkan hal tersebut terjadi.
"Mereka (pihak kampus) mengatakan jika semua ini adalah salah perusahaan pengelola pesta, namun seharusnya hal tersebut tak terjadi, ini jelas sebuah diskriminasi," jelas pihak investigasi, Harley Sosa Guillen.
Banyak dari warga net yang setuju jika tembok kayu itu merupakan bentuk deskriminasi dan menyalahkan para petinggi kampus atas kejadian tak menyenangkan itu.
Namun sebagian warga net juga banyak yang berpendapat jika itu merupakan hal yang wajar.
Karena mereka (party organizer) telah berbaik hati mengijinkan pihak yang tak membayar ikut datang ke pesta wisuda meskipun tak langsung menikmati pestanya.
Menurut kamu gimana guys?
TribunWow.com/Lolita Valda Claudia