"Pendukung utama dari tauhid wal jihad di Irak yang dipimpin oleh abu Muhammad Maqdisi, itu juga mengusung ideologi Takfiri, yang konsep utamanya adalah Tauhid, yaitu segala sesuatu harus berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT," ucap dia.
Konsekuensinya, bagi siapa saja yang tidak sesuai dan tidak berasal dari Tuhan maka dianggap haram atau kafir.
"Sehingga mereka menentang demokrasi Pancasila karena dianggap kafir atau kufur. Sehingga pendukung ideologi ini, pendukung negara ini, tentaranya dan Polri dianggap thagut (setan). Kemudian bagi mereka yang tidak satu aliran adalah kafir," ujarnya.
"Kafir harbi adalah kafir yang dianggap atau dianggap memusuhi mereka, menyerang mereka. Sedangkan kafir kafir dzimi adalah yang tidak menyerang mereka tapi harus tunduk kepada mereka. Nah, Polri bagi mereka adalah kafir harbi," tutupnya.
Analisis Kapolri Terkait bom di Terminal Kampung Melayu
Tito juga memiliki analis terkait peledakan bom di Termminal Kampung Melayu.
Menurutnya teror yang terjadi tersebut merupakan bagian dari fenomena serngan global.
"Mereka ini pendukung ISIS. Karena di tingkat pusat di Syria ditekan oleh Rusia dan negara barat, sehingga ada fenomena yang namanya desentralisasi," ujar Tito, dikutip dari KOMPAS.com.
Situasi yang menyudutkan ISIS ini mengakibatkan jaringan ISIS di seluruh dunia ikut bergerak melawan melalui beberapa aksi teror di sejumlah negara.
Diketahui, juga terjadi teror bom di Manchester Arena, dan baku tembak di Filipina sebelum peristiwa bom di Terminal Kampung Melayu terjadi.
"Sentralnya diserang, mereka memecah dan memerintahkan sel-sel pendukung di berbagai negara untuk melakukan serangan untuk mengalihkan perhatian," papar Tito.
Analisis Tito ini berdasarkan identifikasi pelaku peledakan, berinisial AS dan INS yang merupakan jaringan kelompok JAD.
JAD yang ada di Indonesia telah di Indonesia terhubung dengan warga negara Indonesia (WNI) yang sudah mendeklarasikan diri bergabung dengan ISIS, yakni Bahrun Naim.
"Maka yang kita lihat (aksi teror) terjadi di Manchester, di Filipina, dan secara khusus di Indonesia, itu adalah sel yang terkait dengan individu bernama Bahrun Naim, WNI yang ada di Rakha, Suriah," ujar Tito.(TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)