TRIBUNWOW.COM - Bambang Tri Mulyono yang menjadi tersangka dalam kasus penulisan dan penyebaran buku 'Jokowi Undercover' menjalankan sidang putusan oleh majelis hakim yang digelar di Pengadilan Negeri Blora, Jawa Tengah, Senin (29/5/2017).
Setelah kasus dilimpahkan dari Polri, pembacaan vonis dilakukan hari ini pada pukul 09.55 WIB.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Bambang Tri Mulyono ditetapkan sebagai tersangka atas perbuatannya menulis buku 'Jokowi Undercover'.
Namun, buku tersebut dinilai berbau Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
Untuk mendistribusikannya, Bambang menggunakan media sosial, tidak ada toko buku yang menjual buku tersebut.
Perjalanan Panjang Kasus Buku Jokowi Undercover: Penangkapan hingga Pembacaan Vonis!
Setelah kasusnya ini mencuat, nama Bambang Tri Mulyono menjadi bahan perbincangan publik.
Sebelum buku hasil karyanya tersebut menyebarluas, tak ada yang mengenal siapa sosok Bambang Tri Mulyono di dunia literasi Indonesia.
Berikut fakta-fakta mengenai Bambang Tri Mulyono yang dihimpun oleh tim TribunWow.com!
Simak selengkapnya!
Penulis Buku Jokowi Undercover Hadapi Vonis, Inilah Dugaan Fitnah yang Ditulis Bambang Tri
Bambang Tri mengidolakan sosok Prabowo Subianto
Melansir dari Tribun Jateng, Endang, kakak sulung Bambang Tri Mulyono mengatakan bahwa adik bungsunya tersebut sudah lama mengidolakan sosok Prabowo Subianto.
Ia mengidolakan Mantan Danjen Kopassus tersebut lantaran perhatian terhadap nasib petani, nelayan, dan orang terpinggirkan lainnya.
Hal ini diungkapkan Endang kepada tim Tribun Jateng pada 3 Januari 2017 silam.
Diketahui, pada gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2014 silam, Bambang mendukung Prabowo Subianto.
Menurut Endang, dalam kacamata Bambang Tri, dalam gelaran Pilpres 2014 saat itu, seharusnya yang menang adalah Prabowo Subianto, bukan mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
Endang pun juga sempat mengingatkan bahwa pada kenyataannya yang menang dan yang menjadi Presiden Indonesia saat ini adalah Jokowi dan menganggap sang adik sudah bisa menerimanya.
Namun, tentunya ia terkejut bahwa sang adik tetap melanjutkan proyek penulisan buku 'Jokowi Undercover' tersebut.
Meski seperti itu, Endang meyakini bahwa tidak ada motif politik tertentu dari Bambang Tri saat menulis bukunya.
Motif Bambang Tri bikin buku 'Jokowi Undercover'
Bambang Tri Mulyono mengaku menulis buku yang penuh kontroversi itu karena ingin membuat sesuatu yang berbeda.
Berdasarkan Tribun Jateng, pengakuan tersebut dikatakan oleh Bambang Tri saat diperiksa penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri soal motif pembuatan buku, 11 Januari 2017 silam.
Namun, pengakuannya tersebut didalami oleh pihak kepolisian.
Kabag Penum Mabes Polri, Martinus Sitompul menambahkan bahwa penyidik tidak mengejar pengakuan dari Bambang Tri, melainkan mengejar fakta.
Pihaknya tidak langsung mempercayai begitu saja pengakuan yang diungkapkan oleh Bambang saat itu dan tetap melakukan kroscek dari yang disampaikan oleh Bambang.
Bambang Tri lulusan SMA
Melansir dari Tribun Timur, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan bahwa Bambang Tri tidak lulus S1 melainkan lulusan SMA.
Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Blora, pada tahun 1988 Bambang Tri melanjutkan studinya ke Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengambil jurusan peternakan.
Ia hanya bertahan selama dua semester lantaran tidak betah di Undip. Kemudian, ia mengikuti tes masuk perguruan tinggi kembali dan diterima di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Fakultas Pertanian.
Kakak sulung Bambang, Endang mengatakan bahwa sebenarnya di Unsoed dirinya hanya tinggal skripsi saja namun tidak diselesaikan.
Sebelum menulis 'Jokowi Undercover', Bambang pernah menulis beberapa buku tentang ketuhanan dan bekerja di sebuah surat kabar
Sebelum menulis buku 'Jokowi Undercover', Bambang sudah menerbitkan sebuah buku tentang ketuhanan.
Melansir Tribun Timur, buku tersebut berjudul 'Adam 31 Meter, Mencari Tanda Tangan Tuhan & Ayat-ayat Emas Evolusi dalam Alquran'.
Buku yang diketahui setebal 264 halaman tersebut diterbitkan oleh Pustaka Pesantren, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013.
Tak hanya menulis buku, Bambang Tri juga sempat bekerja di sebuah surat kabar dan juga sering mengirimkan tulisannya ke media massa.
Hanya saja, Bambang tidak suka juka karya tulisnya banyak di-edit atau direvisi oleh orang lain, oleh karena itu ia memutuskan untuk keluar dan tidak bekerja di bidang media lagi.
Bambang sosok yang berani menyangkal Teori Darwin dan gemar mengkritik dari kecil
Dijelaskan di Tribun Timur, pada sampul belakang buku ketuhanan Bambang tersebut dijelaskan, maksud penulis adalah ingin mengupas firman Allah.
Tak hanya itu, Bambang juga menginginkan keselarasan dengan sains modern.
Melalui buku karyanya tersebut, Bambang ingin menyangkal teori evolusi Darwin yang menyebut manusia berasal dari monyet.
Selain itu, Bambang juga mengkritisi teori Hanun Yahya yang menafirkan keberadaan evolusi.
Sikapnya yang kritis ini memang sudah tertanam sejak Bambang masih kecil.
Endang sang kakak mengungkapkan, sejak kecil adik bungsunya tersebut gemar menulis dan mengkritik apa saja yang menurutnya tidak benar.
Jarang Bergaul
Karena sikapnya yang keras hati dengan pendiriannya yang ia anggap benar, Bambang menjadi sosok yang jarang bergaul dengan orang-orang di sekitarnya.
Berdasarkan Tribun Timur, Bambang sosok yang jarang mau menerima masukan dari pihak lain.
Endang pun merasakan hal tersebut karena ia sendiri juga jarang mengobrol lama dengan adiknya tersebut.
Terkadang ia juga memberikan nasihat dan masukan, tetapi tak jarang pula Bambang tidak berkenan dengan apa yang disampaikan oleh kakaknya.
Selain itu, Bambang memang dikenal sosok yang tertutup, jarang sekali mengungkapkan apa yang sedang dialami dan dirasakannya kepada orang lain.
Di lingkungannya pun Bambang jarang berkumpul, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan rumahnya saja. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)