Tiga Fakta Mengerikan Skip Challenge, dari Pingsan hingga Berujung Kematian

Penulis: Maya Nirmala Tyas Lalita
Editor: Rendy Adrikni Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Skip Challenge

TRIBUNWOW.COM - Permainan Skip Challenge yang belakangan ini ramai diikuti oleh remaja ternyata mengundang bahaya.

Seperti dilansir dari Kompas.com, tantangan yang kerap dilakukan oleh kalangan laki-laki ini memiliki potensi mematikan.

Pasalnya, permainan lama yang telah beredar di berbagai negara tersebut sempat menelan beberapa korban jiwa.

Berbicara tentang bahaya permainan ini, berikut rangkuman fakta mengapa Skip Challenge dapat merenggut nyawa.

1. Kadar oksigen menurun

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Harapan Kita, Yoga Yuniadi, menjelaskan, tekanan pada bagian dada saat melakukan permainan itu mengakibatkan penurunan kadar oksigen darah atau disebut hipoksia.

"Berdasarkan video, yang terjadi adalah penekanan dada yang cukup keras untuk menghalangi upaya napas, tapi tidak cukup keras untuk mengubah pola denyut jantung. Jadi akibatnya kadar oksigen darah menurun," jelas Yoga seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (10/3/2017).

2. Kerusakan Otak

Hipoksia pertama kali akan berdampak pada otak.

Kekurangan oksigen pada bagian otak itu lah yang menyebabkan pingsan hingga kejang.

Tanpa disadari, hal itu justru berdampak kerusakan otak permanen.

"Hipoksia otak bila terjadi 4 menit akan menyebaban kerusakan otak yang bersifat permanen," kata Yoga.

3. Tukak lambung

Lebih lanjut, hipoksia juga berakibat kerusakan pada dinding lambung.

Tukak lambung alias luka pada permukaan dinding lambung tidak melulu disebabkan oleh peningkatan asam lambung.

Hipoksia juga merupakan salah satu pemicu penyakit tersebut.

Untungnya, pada kasus ini, tubuh masih memiliki daya adaptasi untuk mengatasi dan menyembuhkan luka itu.

Tentang Skip Challenge

Skip challenge atau passout memang sedang heboh diperbincangkan di dunia maya.

Sejatinya, tantangan membahayakan ini memiliki beberapa versi.

Cara memainkannya sederhana, hanya menekan jalan napas atau aliran darah sejenak kemudian dibuka kembali.

Biasanya penekanan ini dilakukan pada bagian dada, letaknya pusat saluran pernapasan.

Tujuannya tak lain untuk mendapat sensasi "high".

Masih tentang bahayanya, permainan ini sempat menelan korban di California pada Maret 2016 silam.

Adalah seorang anak usia 11 tahun bernama Da'Vorius Gray yang tewas setelah melihat permainan tersebut di internet.

Diduga setelah melihat permainan itu, Gray menirukannya hingga kemudian ditemukan tak bernyawa di kamar mandi rumahnya sendiri.

Sebelum Gray, Erik Robinson (12) juga tewas di ruang tamu setelah memainkan tantangan tersebut.

Lalu Karnel Haughton asal Birmigham Inggris juga menjadi korban permainan yang dianggap seru namun berbahaya ini.

Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih berusaha mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan permainan maut tersebut.

Lantaran kebanyakan peminatnya adalah siswa sekolah, himbauan ini dikhususkan bagi guru dan karyawan sekolah agar lebih tegas kepada siswanya yang diketahui melakukan tantangan itu.