Gubernur Jabar Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi Mau Kirim Siswa Nakal ke Barak TNI, Peneliti HAM: Potensi Mendekatkan Kultur Kekerasan
Wacana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang ingin mengirim siswa nakal ke barak TNI, menuai kontroversi.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNNEWS.COM - Wacana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang ingin mengirim siswa nakal ke barak TNI, menuai kontroversi.
Sebagian pihak mendukung rencana tersebut, sebagian lainnya memberikan kritik dan menyebutnya tak menyelesaikan masalah.
Sementara itu, Peneliti HAM dan Sektor Keamanan Setara Institute Ikhsan Yosarie menilai, kerja sama antara Pemprov Jawa Barat (Jabar) dengan TNI AD, baik yang sudah dilakukan maupun masih dalam bentuk wacana, merupakan bentuk perluasan peran dan keterlibatan militer pada ranah sipil.
Menurut Ikhsan, perluasan peran tersebut di luar koridor ketentuan UU TNI, bahkan UU TNI yang baru sekalipun.
Baca juga: Balas Sindiran Gubernur Konten, Dedi Mulyadi Pamer Pemprov Justru Irit Biaya Iklan Rp 47 Miliar
Ia menyebut, dalam UU nomor 34 tahun 2004 (UU TNI sebelum direvisi), keterlibatan tersebut berada dalam kategori Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang hanya dapat dilaksanakan atas dasar kebijakan dan keputusan politik negara.
Ikhsan mengatakan, pada UU TNI pascarevisi yakni UU nomor 3 tahun 2025, kategori OMSP tersebut dapat dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden.
Kondisi tersebut, menurutnya memperlihatkan minimnya pemahaman dan atau kepatuhan pihak-pihak terkait atas implementasi UU TNI.
Ikhsan memandang rencana kerja sama antara Pemprov Jabar dengan TNI terkait penanganan persoalan di lingkungan pendidikan terutama atas siswa yang dianggap bermasalah, semestinya dilakukan secara proporsional dan melibatkan berbagai stakeholder guna melakukan pendidikan, pembinaan hingga pengawasan.
Menurutnya banyak pihak yang dapat dilibatkan, mulai dari psikolog hingga K/L terkait yang memang fokus kepada anak dan sektor pendidikan.
Ia memandang penggunaan pendekatan militeristik melalui pembinaan oleh militer justru bukan menjadi jawaban atas persoalan tersebut.
Sebab, kata Ikhsan, pendidikan militer dibentuk dan dibangun untuk kebutuhan militer dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara.
"Pelibatan militer dalam pembinaan siswa bermasalah kepada militer justru berpotensi mendekatkan siswa-siswa tersebut dengan kultur kekerasan yang lazim terjadi di tubuh aparat negara, yang notabene potret reformasi kultural aparat yang belum tuntas," kata Ikhsan saat dihubungi Tribunnews.com pada Rabu (30/4/2025).
Selain itu, lanjut dia, pembentukan karakter siswa melalui pendekatan fisik, berpotensi melegitimasi praktik kekerasan dengan dalih pendisiplinan.
Praktik-praktik kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah kedinasan, menurutnya, semestinya menjadi pembelajaran bahwa kultur kekerasan tersebut destruktif terhadap dunia pendidikan, terutama dengan relasi negatif berkedok senior-junior.
"Mengingat ini persoalan yang memerlukan pendekatan sistemik, semestinya basis penanganan persoalan ini adalah kebijakan berbasis riset dan atau bukti," ungkap Ikhsan.
"Model ini perlu didorong agar setiap kebijakan dapat bersifat ilmiah atau terukur, serta melibatkan berbagai pihak dan ahli dalam proses penyusunannya," pungkas Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri itu.
Reaksi Menhan
Menteri Pertahanan (Menhan), Sjafrie Sjamsoeddin, memberikan tanggapannya terkait Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang ingin mengirim anak atau siswa nakal ke barak militer.
Sjafrie mengaku tak masalah dengan kebijakan pengiriman siswa nakal ke barak militer ini.
Pasalnya kebijakan tersebut dibuat untuk mendukung ketertiban dan kedisiplinan siswa.
Sehingga Sjafrie memperbolehkan jika Dedi Mulyadi ingin menitipkan para siswa nakal ini ke barak militer.
"Itu kan kebijakan mau mendukung ketertiban disiplinnya anak-anak. Ya kalau mau nitip, boleh saja," kata Sjafrie, dilansir Kompas TV, Rabu (30/4/2025).
Namun Sjafrie menegaskan, penitipan siswa di barak militer ini diperbolehkan hanya sebatas untuk latihan kedisiplinan.
Sjafrie akan menolak jika penitipan ini digunakan untuk latihan militer.
Kemudian terkait eksekusi dan koordinasinya, Sjafrie menyerahkan kepada Panglima Kodam (Pangdam) wilayah masing-masing.
Karena kebijakan ini adalah kebijakan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jabar, maka hal ini cukup dikoordinasikan dengan Pangdam.
"Di tingkat provinsi dengan Pangdam saja. Titip latihan disiplin itu boleh. Tapi bukan latihan militer," tegasnya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Pilih Libatkan Aparat dalam Pendidikan Anak Nakal Termasuk yang Fisiknya Bermasalah
Rencana Kerja Sama
Diberitakan sebelumnya, Markas Besar TNI Angkatan Darat menyatakan akan ada kerja sama antara Kodam III Siliwangi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terkait penanganan siswa bermasalah.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana mengungkapkan rencana tersebut akan dibicarakan secara lebih rinci dengan Pemprov Jabar.
Hal tersebut, kata Wahyu, sesuai hasil komunikasi dengan Staf Teritorial Angkatan Darat dan Staf Teritorial Kodam III/Siliwangi.
"Bahwa akan dilaksanakan kerjasama antara Kodam III/Siliwangi dan Pemprov Jabar terkait penanganan siswa yang bermasalah. Untuk rencana waktu pelaksanaan akan dibicarakan secara lebih rinci dengan Pemprov Jabar," kata dia saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Selasa (29/4/2025).
Soal tempat pelaksanaannya, ia mengatakan sementara ini sudah ada beberapa wilayah yang direncanakan sesuai pertimbangan dari Pemprov Jabar.
Akan tetapi, dia mengakui rencana tersebut belum mencakup semua wilayah di Jabar.
Sedangkan untuk mekanisme penentuan siswa yang akan dikirim, kata Wahyu, tentunya sesuai yang disampaikan oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Apa yang disampaikan Dedi, kata Wahyu, yakni para siswa dipilih berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orang tua, dengan prioritas pada siswa yang terlibat tawuran, terlibat geng motor dan siswa yang orang tuanya sudah tidak mampu lagi untuk mendidik secara etika dan perilaku.
"Jadi sekali lagi, untuk penentuan ini berdasarkan rencana dari Pemprov Jabar yang melibatkan orang tua atau tetap berdasarkan kesepakatan dengan orangtua masing-masing siswa," ungkapnya.
Sedangkan untuk programnya sendiri, ungkapnya, secara umum juga seperti yang sudah disampaikan Dedi Mulyadi.
Program itu, kata Wahyu, yaitu pembinaan karakter bagi siswa-siswa yang memiliki sikap perilaku negatif meliputi pendidikan etika, pengetahuan, pertanian, dan kedisiplinan.
Sedangkan waktu pembinaannya, kata Wahyu, akan ditentukan setelah dilaksanakan koordinasi teknis dengan Pemprov Jabar.
"Sebelum pelaksanaan pembukaan program tersebut tentu akan ada pemberitahuan dan semua akan dilaksanakan setelah segala sesuatu sudah terkomunikasikan secara tekhnis antara Kodam III/Siliwangi dan Pemprov Jabar," pungkas dia.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Gita Irawan)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Respons Rencana Dedi Mulyadi Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer, Menhan: Kalau Mau Nitip Boleh Saja
Sumber: Tribunnews.com
Dedi Mulyadi soal Tragedi Maut di Pernikahan Anak: Tidak Ada Kesiapan untuk Antisipasi Jumlah Orang |
![]() |
---|
3 Fakta Tragedi Pernikahan Anak Dedi Mulyadi di Garut: 3 Orang Tewas, Kronologi, hingga Kata KDM |
![]() |
---|
Sempat Doakan Jelek, Begini Before dan After Cucu Eks Bupati Bekasi setelah Ketemu Dedi Dulyadi |
![]() |
---|
Reaksi Dedi Mulyadi Dilaporkan ke Bareskrim Imbas Kebijakan Kirim Siswa ke Barak oleh Wali Murid |
![]() |
---|
Imbas Kebijakan Kirim Siswa ke Barak, Dedi Mulyadi Dilaporkan ke Bareskrim, Ini Sosok Pelapornya |
![]() |
---|