Ramadan 2025
Tanya Ustaz: Apakah Itikaf di Bulan Ramadhan Harus Berdiam 24 Jam di Masjid? Simak Penjelasannya
Simak penjelasan mengenai hukum i'tikaf di masjid saat bulan Puasa Ramadhan 2025, serta ketentuannya.
Penulis: Magang TribunWow
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Simak penjelasan mengenai hukum i'tikaf di masjid saat bulan Puasa Ramadhan 2025, serta ketentuannya.
Apakah i'tikaf harus dilakukan selama 24 jam berdiam di masjid?
I’tikaf merupakan ibadah yang dianjurkan di bulan Ramadhan, terutama di 10 malam terakhir bulan suci.
Amalan ini menjadi momen bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan ibadah, seperti sholat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir.
I'tikaf biasanya dilakukan dengan cara berdiam diri di masjid.
Namun sebagian umat muslim bertanya mengenai ketentuan i'tikaf, apakah harus dilakukan selama 24 jam penuh di masjid atau tidak?
Berikut ini penjelasan dari Mantan Ketua Ikatan Dai (Ikadi) Jawa Tengah, Wahid Ahmadi:
Baca juga: Tanya Ustaz: Apa Pengertian dan Amalan saat Malam Lailatul Qadar? Simak Penjelasannya
Dikutip dari kanal YouTube Tribunwow Official, Wahid Ahmadi menjelaskan bahwa I’tikaf merupakan satu di antara bentuk ibadah yang dilakukan dengan berdiam atau menyendiri di dalam masjid, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW menjalankan i’tikaf secara rutin, terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Selama periode tersebut, beliau tetap berada di dalam masjid dan tidak keluar kecuali untuk keperluan mendesak atau hal-hal yang sifatnya darurat.
"Itikaf itu adalah ibadah yang bentuknya berdiam atau menyendiri di dalam masjid. Itu yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW."
"Beliau melakukannya pada akhir Ramadan, selama 10 hari, tidak keluar dari masjid kecuali untuk keperluan yang darurat," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Rasulullah SAW menjalankan i’tikaf hingga hari terakhir Ramadhan.
Bahkan, ketika tiba waktu Idul Fitri, beliau langsung berangkat dari masjid untuk melaksanakan sholat Id.
Bentuk i’tikaf yang ideal yaitu berdiam diri di masjid sepanjang 10 malam terakhir Ramadhan hingga berakhirnya bulan Ramadhan.
10 malam tersebut dianggap sebagai momen penuh keistimewaan, dan memiliki keutamaan besar.
Karena itu, Rasulullah SAW menjalankan i’tikaf di akhir Ramadhan sebagai bentuk ibadah dan mencari ridha Allah, serta mengharapkan keberkahan malam Lailatul Qadar.
"Sampai Beliau salat Idul Fitri itu juga berangkat dari masjid. Itu Itikaf yang ideal, pada akhir bulan Ramadan."
"Karena dianggap 10 akhir Ramadhan itu adalah hari-hari yang paling agung, yang paling spesial, dan istimewa, sehingga Rasulullah melaksanakan itu," ujarnya.
Bagi umat Muslim yang ingin menjalankan i’tikaf, bentuk paling ideal adalah melakukannya selama 24 jam penuh dalam 10 hari terakhir Ramadan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Namun Jika tidak mampu melaksanakan i’tikaf selama 10 hari penuh, seseorang tetap diperbolehkan untuk mengambil sebagian waktu i’tikaf sesuai dengan kemampuannya.
Baik itu sehari penuh, beberapa jam, atau bahkan hanya sebentar berdiam di masjid dengan niat i’tikaf, semuanya tetap bernilai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Tentu besarnya pahala yang diperoleh bergantung pada durasi dan kesungguhan seseorang dalam menjalankan i’tikaf.
Baca juga: Tanya Ustaz: Bagaimana jika Makan dan Minum Dilakukan setelah Dengar Imsak? Apa Hukumnya?
"Bagi umatnya, pertama jika bisa lakukan yang ideal itu 24 jam penuh selama 10 hari di akhir Ramadan," ungkap Wahid Ahmadi.
"Tetapi kalaupun tidak, boleh mengambil beberapa saja dari waktu Itikaf, apakah sehari, atau bahkan sekadar beberapa saat tinggal di masjid dengan niat Itikaf, itu sudah mendapatkan pahala Itikaf."
"Tentu saja besarnya pahala disesuaikan seberapa lama kita beritikaf di situ," tambahnya.
Wahid Ahmadi juga menyampaikan tidak ada aturan khusus mengenai aktivitas apa saja yang harus dilakukan di masjid saat menjalankan i’tikaf.
Karena rinsip utama dari i’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Agar i’tikaf lebih bernilai dan memberikan manfaat maksimal, dianjurkan untuk mengisi waktu dengan berbagai aktivitas ibadah, seperti berzikir, membaca Al-Qur’an, sholat sunnah dan sebagainya.
Ia juga menjelaskan jika selama i’tikaf seseorang berbincang dengan teman, berdiskusi, atau sekadar mengobrol dalam batas wajar, maka hal itu tidak membatalkan i’tikaf.
Tetapi perlu di ingat bahwa i’tikaf bukan hanya sekadar tinggal di masjid, tetapi juga bagaimana seseorang memanfaatkannya untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Allah.
"Tidak ada aturan yang khusus ngapain aja di masjid, karena prinsipnya adalah tinggal di masjid," terang Wahid Ahmadi.
"Kalau ingin lebih afdol di masjid tentu saja kita melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat ubudiyah, zikir, baca buku, mengaji, dan lain-lain."
"Tapi kalaupun misalnya di masjid kita ada kawan-kawan di situ, berbincang-bincang, ngobrol, diskusi, itu tidak ada salahnya juga, dan tidak membatalkan Itikaf," pungkasnya.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Mumammadiyah Karanganyar/Najwa Nandhita Divananda)
Baca berita menarik lainnya di Google News
Sumber: TribunWow.com
Kapan Batas Terakhir Bayar Zakat Fitrah Ramadhan? Simak Waktu yang Dianjurkan hingga Bacaan Niatnya |
![]() |
---|
Bacaan Doa Niat Mandi Wajib untuk Pria dan Wanita, Lengkap dengan Tata Cara Mandi Junub |
![]() |
---|
Jadwal Imsakiyah dan Azan Subuh Kota Semarang, Puasa Ramadhan Hari Ini, Sabtu 29 Maret 2025 |
![]() |
---|
Jadwal Imsakiyah Jabodetabek Ramadhan Hari Ini, Sabtu 29 Maret 2025, Dilengkapi Resep Soto Sulung |
![]() |
---|
Hari Ini Terakhir Sholat Malam Lailatul Qadar 29 Ramadhan 2025, Cek Tata Cara dan Doa Niatnya |
![]() |
---|