Tanya Ustaz: Apakah Ada Keutamaan Kirim Pesan Maaf-maafan saat Ramadhan? Simak Penjelasannya

TRIBUNWOW.COM- Simak penejelasan mengenai manfaat mengirim pesan maaf-maafan saat Ramadhan, apakah terdapat keutamaan di dalamnya atau tidak.

Ramadhan bukan hanya bulan dimana umat muslim meningkatkan amal kebaikan, tetapi juga momen untuk mempererat tali silaturahmi dan membersihkan hati. 

Tradisi yang semakin berkembang di masyarakat adalah saling mengirim pesan maaf-maafan menjelang atau selama Ramadan.

Namun, apakah tradisi ini memiliki keutamaan dalam ajaran Islam? Simak penjelasan berikut ini:

Baca juga: Tanya Ustaz: Apa Hukumnya Banyak Tidur saat Bulan Ramadhan? Simak Penjelasannya

Dikutip dari kanal YouTube Tribunnews Wahid Ahmadi menjelaskan bahwa mengirim pesan maaf-maafan saat Ramadhan tidak memiliki keutamaan dalam konteks ajaran agama islam.

"Sebetulnya tidak ada aturan semacam itu. Ya kalau keutamaan ada manfaatnya" ujarnya.

Wahid Ahmadi juga menjelaskan bahwa salah satu manfaat dari mengirim pesan maaf-maafan saat bulan Ramadan adalah meningkatnya komunikasi antara sesama Muslim.

Tradisi ini dapat menjadi jembatan untuk mempererat hubungan, serta menghilangkan kesalahpahaman.

Dengan saling memaafkan dan mendoakan satu sama lain, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan hati yang lebih bersih, serta bebas dari dendam atau beban emosional. 

Selain itu, kebiasaan ini juga dapat memperkuat nilai persaudaraan dalam Islam, sehingga Ramadan menjadi momentum yang benar-benar membawa berkah dan kedamaian bagi semua umat muslim.

"Ya mungkin ada manfaatnya karena orang kalau ada komunikasi baik, dia minta maaf, dia minta doa restunya, itu akan membuat hati yang akan menerima juga menjadi lebih lapang dada."

"Akan merasa lebih dekat dan dianggap, itu membuat suasana hati menjadi lebih bagus. Itu manfaatnya" ujar Wahid Ahmadi.

Baca juga: Tanya Ustaz, Mencicipi Makanan Apakah Membatalkan Puasa? Simak Penjelasan Hukumnya

Namun, Wahid Ahmadi juga menegaskan bahwa mengirim pesan maaf-maafan saat Ramadan bukanlah suatu ajaran agama yang memiliki dasar dalil yang mengharuskannya.

Artinya, tidak ada kewajiban bagi seorang Muslim untuk meminta maaf terlebih dahulu agar puasanya menjadi sah.

Puasa tetap sah meskipun seseorang belum meminta atau menerima maaf dari orang lain.

Islam tidak memberikan syarat bahwa sebelum menjalankan ibadah puasa, seseorang harus terlebih dahulu menyucikan hatinya dengan meminta maaf kepada sesama.

"Tapi itu bukan ajaran agama, dalam arti ada dalilnya, harus melakukan itu."

"Sehingga kalau tidak pun juga tidak masalah, karena orang berpuasa itu tidak perlu kesannya mensucikan hatinya dimaafkan dulu dosanya oleh orang lain baru sah berpuasa, tidak harus begitu" ujarnya.

Meskipun tidak ada kewajiban dalam agama untuk meminta maaf sebelum berpuasa, tradisi ini tetap dapat memberikan dampak yang baik dalam menjaga hubungan antar sesama. 

Namun, ia mengingatkan agar kebiasaan ini tidak sekadar menjadi basa-basi semata.

Menurutnya, hal yang keliru adalah ketika tradisi ini dilakukan tanpa ketulusan, hanya sebatas formalitas mengirim pesan tanpa makna.

"Tetapi namanya interaksi sosial, apapun yang baik itu tetap bermanfaat, jadi silakan saja" ujar Wahid Ahmadi.

"Tapi jangan basa-basi ya, yang keliru adalah itu jadi semacam tradisi sekedar basa-basi, tidak dari hati, sekedar mengirim pesan begitu saja."

"Seperti kalau tidak ikut-ikutan tidak tren, itu yang tidak ada manfaatnya, yang semacam itu" tambahnya.

(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Mumammadiyah Karanganyar/Najwa Nandhita Divananda)

Baca berita menarik lainnya di Google News