Breaking News:

Kabar Terkini

Tak Perlu Menunggu Kaya, Tukang Bakso Bakar Millenial Sukses Wujudkan Mimpi Kecilnya untuk Naik Haji

Perjuangan tukang bakso bakar milenial yang berhasil berangkat haji setelah menabung lama dan pada akhirnya berangkat pada bulan Juni 2024 lalu.

|
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
HO TribunWow.com/Adi Manggala S
Potret Tukang Bakso Bakar asal Dibal, Boyolali, Jawa Tengah, saat tengah melayani pembeli yang juga tengah mengantre, Rabu (30/11/2024). Perjuangan tukang bakso bakar milenial yang berhasil berangkat haji setelah menabung lama dan pada akhirnya berangkat pada bulan Juni 2024 lalu. 

TRIBUNWOW.COM - Hiruk pikuk ayam berkokok dan dinginnya udara pagi buta menemani kegiatan rutin yang dilakukan ayah empat anak asal Dibal, Boyolali, Lukman Busra.

Datang ke penggilingan daging seraya menyisipkan asa bisa membahagiakan keluarga dan mewujudkan keinginannya untuk menunaikan ibadah haji.

Pulang dari tempat penggilingan, jari jemari terampilnya dengan cekatan langsung mengolah daging yang dibentuknya menjadi bakso.

Percikan air mendidih menjadi wadahnya untuk memasukkan olahan bakso tersebut untuk direbus.

Setelah matang, bakso lantas di kukus terlebih dahulu sebelum akhirnya dimasukkan satu per satu ke dalam tusuk.

Tak lupa, bumbu bakaran, saos dan kecap juga disiapkan.

Semua ditata menjadi satu di dalam gerobak motornya.

Tak terasa, sengatan matahari mulai terasa, Lukman lantas memutuskan untuk berisitirahat sejenak.

Ba'da ashar, Lukman bergegas untuk kembali mengecek bahan-bahan yang hendak digunakan untuk berjualan.

Setelah dirasa lengkap, pria berusia 36 tahun itu lantas mengendarai gerobak motornya.

Menuju ke selatan Bandara Adi Soemarmo, Solo untuk menjajakan bakso bakar dagangannya.

Di bawah pepohonan rindang, Lukman menunggu kedatangan para pembelinya dengan sabar.

Tak terasa, sudah 11 tahun lamanya kegiatan-kegiatan itu dilakukan Lukman.

Di mana, ia sudah merintis usaha bakso bakarnya sejak 2013 silam tak lama setelah menikah.

"Jualan bakso bakar di selatan Bandara Adi Soemarmo, Solo, berjualan dari tahun 2013, saya berjualan bakso bakar setelah menikah sampai sekarang."

"Untuk kegiatan sebelum berjualan, dari pagi ke Pasar Mangu, giling daging ke pasar, setelah itu dibuat bakso bakar, dan mulai berjualan sore jam 3 sampai maghrib," jelas Lukman kepada TribunWow.com, Rabu (24/10/2024).

Berjualan bakso bakar rutin dilakukan Lukman selama enam hari.

Lukman hanya memutuskan untuk libur dari aktivitas berjualannya pada hari Jumat.

Untuk Sabtu dan Minggu, Lukman menambah porsi bakso bakar dagangannya.

"Kalau hari biasa itu bawanya 300-400, kalau hari minggu itu bawanya dua kali lipat, kadang sampai 1000. Keuntungan di hari biasa, biasanya dapat Rp 100-150 ribu, tapi kalau hari minggu bisa sampai Rp. 400 ribu," bebernya.

Sosok Tukang Bakso Bakar asal Dibal, Boyolali, Jawa Tengah, saat tengah membakar bakso pesanan pembeli.
Sosok Tukang Bakso Bakar asal Dibal, Boyolali, Jawa Tengah, saat tengah membakar bakso pesanan pembeli, Rabu (30/11/2024).. (HO TribunWow.com)

Cerita Inspiratif Tukang Bakso Bakar Bisa Naik Haji

Tentu, tak banyak yang menyangkan seorang tukang bakso bakar bisa menunaikan ibadah haji yang diketahui menelan biaya cukup besar.

Berkat tekad dan perjuangan Lukman, pesimistis banyak orang itu terbantahkan.

Semua bermula dari mimpi Lukman sejak kecil yang sangat menginginkan bisa pergi ke tanah suci.

Di mana, sejak kecil, Lukman kerap melafalkan doa haji yang membuat tekadnya semakin bulat untuk bisa merealisasikan keinginannya itu.

Dikit demi sedikit, laba dari hasilnya berjualan bakso bakar ditabungkan.

Nominalnya memang tak seberapa, namun, berkat ketekunannya menabung itu lah Lukman bisa merealisasikan keinginan masa kecilnya pada Juni 2024 lalu.

"Untuk ibadah haji, alhamdulilah saya berkesempatan untuk beribadah ke tanah suci berkat bantuan dari Allah."

 "Jalannya sampai bisa ibadah haji itu ya dari cita-cita semasa kecil,  saat itu di TPA saya sudah diajari doa haji, jadi doanya itu 'Allahumma ballighna Makkata wal Madiinata wal 'Arafata wa Ruzqnal hajjal mabruuro wardha 'anna wahgfirlanaa warhamnaa Anta Maulaana fanshurnaa 'Alal qoumil Kaafiriina, nah doa itu saya panjatkan terus sampai sekarang ini."

"Dan akhirnya, alhamdulilah kini benar-benar terlaksana, meski hanya dengan berjualan bakso bakar, Allah menolong saya, setiap habis berjualan, saya upayakan bisa menyisihkan Rp 50-100 ribu," ungkapnya.

Lebih lanjut, Lukman juga menceritakan awal mula dirinya mendaftarkan haji di tahun 2013 lalu.

"Setelah bakso bakar booming, namanya rezeki mungkin ini jalan saya untuk haji, saya langsung mendaftar untuk kursi haji, setelah mendaftar, tinggal menunggu, nah menunggu itu juga sembari mengumpulkan uang untuk haji, karena kan haji itu panggilan khusus dari Allah, kalau kita tidak berusaha ya tidak mungkin, dan juga haji itu kan membutuhkan biaya yang tidak sedikit," lanjutnya.

Keberhasilannya menunaikan ibadah haji di usia yang terbilang muda membuat Lukman sampai saat ini masih merasa tak menyangka.

"Saya bersyukur bisa berkesempatan untuk melaksanakan ibadah haji karena tidak semua umat islam bisa melaksanakan ibadah haji."

"Di tahun 2024 ini jumlah jamaah haji terbilang jadi yang terbanyak sepanjang masa. Jadi, saat menunaikan ibadah haji, saya bertemu dengan banyak jamaah yang pastinya menguras fisiknya karena saling berdesakan," ucap Lukman.

Di sisi lain, Lukman merasa terkesan dengan fasilitas haji yang sudah disiapkan pemerintah Indonesia.

Baik dari segi fasilitas maupun sampai dengan pelayanan administrasinya.

"Untuk fasilitas baik, untuk pelaksanaan ibadah haji Indonesia itu sudah baik jadi ya tinggal dilaksanakan dengan baik dan pelayanannya juga sudah bagus," bebernya.

Sosok tukang bakso bakar asal Dibal Boyolali, Lukman Busra ketika tengah menunaikan ibadah haji pada Juni 2024 lalu.
Sosok tukang bakso bakar asal Dibal Boyolali, Lukman Busra ketika tengah menunaikan ibadah haji pada Juni 2024 lalu. (HO TribunWow.com)

Momen Tak Terlupakan Lukman saat Menunaikan Ibadah Haji

Ada beberapa momen tak terlupakan dialami Lukman ketika menunaikan ibadah haji.

Lukman menceritakan, perjuangan beratnya menunaikan rukun dan syarat haji di tanah suci.

Paling terasa yakni cuaca ekstrem yang mencapai 50 sampai dengan 53 derajat.

"Cerita yang paling luar biasa itu pas pelaksanaan haji namanya Armuzna, pas puncaknya haji, ketika itu saya bersama satu rombongan haji melaksanakan ibadah haji dengan jalan kaki, jadi tidak ikut dalam rombongan bis, pada waktu itu di Arafah itu suhunya mencapai 50 derajat sampai dengan 53 derajat dan waktu itu hanya di tenda biasa seperti haji backpacker tapi kita resmi."

"Kita ikut jalan kaki karena secara fisik ya masih mampu untuk berjalan kaki. Saat itu, keadaannya memang sangat berat dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun Alhamdulilah, atas pertolongan dari Allah, kami akhirnya kuat untuk berjalan dari Arafah, Musdalifah sampai ke Mina," ungkap Lukman.

Tak cuma itu, Lukman juga memiliki pengalaman mengesankan saat melakukan proses lempar jumrah dan ibadah di Masjidil Haram.

"Lempar jumrah itu juga sangat berkesan dan jadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan, karena saat itu ikut berjalan kaki serentak dengan semua umat Islam di dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Begitu juga ketika ibadah di Masjidil Haram, bertemu dengan banyak orang luar," lanjutnya.

Rupanya, ada satu alasan di balik keinginan Lukman untuk berjalan kaki dari Arafah, Musdalifah sampai ke Mina ketimbang turut serta naik bis.

Lukman dkk saat itu memutuskan untuk berjalan kaki agar bisa mengenang tapak tilas perjuangan para nabi.

Padahal, secara jarak tempuh, Lukman dan rekan-rekannya harus berjalan sejauh 30 km atau harus menempuh waktu 2 hari lamanya mulai dari tanggal 8 sampai dengan malam ke-9 Arafah.

"Alasannya jalan kaki karena kita ingin mengikuti tapak tilas nabi, itu bisa dilakukan cuma dengan berjalan kaki, kalau pakai bus sudah berbeda rutenya, jarak tempuhnya antara 30 km dan dikerjakan selama 2 hari, dari tanggal 8 sampai malam ke 9 Arafah, dan tanggal 9 Arafah itu sudah harus disana, jadi setelah itu terus berjalan ke Musdalifah lalu berjalan ke Mina lagi," ucapnya.

Lebih lanjut,  Lukman juga turut memberikan saran dan pesan kepada para pelaku UMKM sepertinya dan juga para generasi muda agar berani mengambil keputusan menjalani ibadah haji sesegera mungkin.

"Kesabaran terutama masalah ekonomi, saya kan berjualan tidak pasti, terkadang ramai terkadang sepi, kalau ramai kita menyisihkan uang agak banyak, kalau sepi ya sedikit kita menyisihkan dan kita syukuri. Serta jangan lupa berdoa, kalau untuk kebutuhan yang lain yang tidak mendesak kita tunda dulu."

"Untuk pesannya, semua umat islam terutama untuk generasi muda yang masih produktif, untuk melaksanakan haji, segera untuk mendaftar dan jangan menunggu kaya, intinya kalau ingin ibadah haji ya jangan menunggu kaya, karena kalau sudah tua ibadah haji itu berat sekali, karena sayang sekali jika kita ibadah haji lalu jika kurang maksimal bakal jadi kerugian bagi kita sendiri," pungkasnya.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News 

Tags:
Ibadah HajiMilenialBadan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH)Boyolali
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved