Breaking News:

Kolaborasi Batik Toeli & JNE Jaga Eksistensi Cagar Warisan Budaya ke Seluruh Nusantara & Mata Dunia

Bukti kolaborasi nyata Batik Toeli Laweyan dan JNE jaga eksistensi cagar budaya batik tulis

Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
Instagram @dyan.primadyka
Potret kebersamaan Dyan Primadyka bersama dua wisatawan asing yang berkunjung ke Batik Toeli di Laweyang, Solo. 

"Ketika itu kalau tidak salah tahun 2019, kami berdiskusi tiga orang, lalu kita dirikan Batik Toeli Laweyan, toeli kita sematkan di sana untuk branding keterbatasan tidak halangi teman-teman berkarya. Dan kebetulan kita juga bisa memberdayakan teman-teman toeli jadi kita sematkan nama toeli disana, jadi masyarakat kalau mau meniru kami persilakan, karena tujuan kami hanya ingin mengawali saja ingin menginspirasi saja."

"Saat itu, tercetusnya nama toeli juga berawal dari unek-unek mas Dyan yang ingin coba buat batik dengan versi berbeda, dengan menggandeng teman-teman disabilitas tuli. Karena dulu itu teman-teman mas dian banyak yang ingin tahu batik seperti apa, ingin belajar batik dan usaha batik seperti apa," jelas Taufan kepada TribunWow.com, Selasa (25/6/2024).

Setelah sepakat untuk mendirikan Batik Toeli, Dyan merekomendasikan dua rekan tuli lainnya yakni Angga dan Munir.

Angga dan Munir direkomendasikan Dyan karena saat itu keduanya belum lama harus kehilangan pekerjaannya.

Dan kebetulannya, pekerjaan Angga dan Munir sebelumnya memang berkecimpung di dunia konveksi.

"Mas dian merekomendasikan mas angga dan mas munir untuk direkrut. Kalau kami lihat dari pengalamannya itu ada korelasi dengan batik, korelasinya itu kan sama-sama dalam hal pengerjaannya, menjahit kan harus punya kesabaran, begitu pun batik juga begitu dan kebetulan juga pas keadaan itu mereka belum lama kehilangan pekerjaanya karena imbas adanya Covid-19," ungkap Taufan.

Lebih lanjut, Taufan juga membeberkan tentang metode pendekatannya kepada kawan-kawan tuli yang bekerja dengannya di Batik Mahkota dan Toeli.

Taufan menceritakan, pada mulanya, ia mempelajari cara berkomunikasi mereka dan juga mengenali kepribadiannya masing-masing.

"Yang penting kita dekat dulu saja, bagaimana kita berkomunikasi, jadi kita jangan sampai langsung mengejudge mereka apa-apa gak bisa dan gak tahu, pertama kita pendekatan dulu, ajak komunikasi itu ulangi terus ajak kerjasama memang harus tahu seluk beluk mereka dulu teknik komunikasinya gimana, kepribadiannya gimana," bebernya.

Setelah mulai akrab, Taufan secara perlahan memberikan job pertama yang saat itu ia mulai dari hobi yang mereka bisa sebelumnya.

Saat itu, kawan-kawan tuli memanfaatkan kain bekas untuk dijadikan tas dan masker.

Terobosan yang dilakukan Taufan terbukti berhasil.

Kawan-kawan Dyan tersebut perlahan tapi pasti mulai penasaran dengan bagaimana cara membuat batik.

"Setelah kami ketahui, kami berikan job, job yang pertama sesuai dengan hobinya mereka, pertama kita beri tugas hobinya mereka memanfaatkan kain-kain bekas yang ada supaya mereka olah menjadi tas dan masker, itu pendekatan awal."

"Dengan adanya itu kan, mereka dengan kami kan jadi kerjanya nyaman, mereka merasa dianggap, dengan usaha mereka, mereka juga dapat komisi, lama kelamaan kan jadi nyaman dengan kami, kami juga harus bisa menyesuaikan," jelas pria berusia 30 tahun tersebut.

Halaman
1234
Tags:
JNE Content Competition 2024JNE 33 TahunJNEConnecting HappinessBatik ToeliSolo
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved