Terkini Daerah
Buntut Kericuhan yang Terjadi di Pulau Rempang, Presiden Jokowi: Itu Komunikasi yang Kurang Baik
Presiden Jokowi ikut mengomentari kasus bentrokan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam yang sempat ramai di khalayak publik.
Penulis: Aulia Majid
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Buntut terjadinya kerusuhan di Pulau Rempang, Batam antara warga dan pihak kepolisian, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akhirnya buka suara.
Dilansir TribunWow.com, beberapa waktu lalu sempat terjadi kerusuhan di Pulau Rempang, Batam antara warga yang menolak adanya pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City di lokasi tersebut.
Alhasil, polisi yang berjaga sempat menggunakan gas air mata dan water cannon untuk membubarkan massa yang menggelar aksi pada Kamis, 7 September 2023 lalu.
Baca juga: Viral Bayi 8 Bulan Jadi Korban Gas Air Mata Rempang, Ayah Korban: Tembakan di Belakang Rumah
Kini, Presiden Jokowi turut memberikan responsnya terkait kerusuhan dan bentrokan yang terjadi di Pulau Rempang tersebut.
Dilansir dari kanal YouTube Kompas TV pada Selasa, 12 September 2023, Presiden Jokowi menilai kerusuhan dan bentrokan di Pulau Rempang adalah bentuk komunikasi yang kurang baik antara kedua belah pihak yang bersengketa.
Presiden Jokowi juga menyebut warga yang terdampak karena penggusuran di Pulau Rempang bakal mendapat kompensasi berupa lahan sebesar 500 meter dan rumah bangunan bertipe 45.
Namun, Presiden Jokowi menyayangkan adanya komunikasi yang kurang sehingga akhirnya terjadi bentrokan.
"Ya itu komunikasi yang kurang baik lah. Saya kira kalau warga diajak bicara, diberikan solusi, karena di situ sebetulnya sudah ada kesepakatan bahwa warga akan diberikan lahan 500 meter."
"Plus bangunannya tipe 45, tapi ini kurang dikomunikasikan dengan baik sehingga terjadi masalah," tutur Presiden Jokowi saat ditemui wartawan di Pasar Kranggot, Banten, Selasa 12 September 2023.

Baca juga: Kesaksian Guru Siswa Kena Gas Air Mata saat Bentrok di Rempang Batam, sampai Sembunyi di Hutan
Untuk menindaklanjuti kerusuhan yang terjadi di Pulau Rempang tersebut, Presiden Jokowi bakal mengutus Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, yakni Bahlil Lahadalia untuk datang langsung ke lokasi.
Kedatangan Bahlil Lahadalia sendiri adalah untuk memberi penjelasan kepada warga Pulau Rempang sesuai dengan arahan dari Presiden Jokowi.
"Tapi menurut saya mungkin besok atau lusa Pak Menteri Bahlil akan ke sana akan memberi penjelasan," pungkas Presiden Jokowi.
Akibat bentrokan di Pulau Rempang tersebut, gas air mata yang dipakai pihak kepolisian untuk membubarkan massa sempat merembet ke beberapa daerah, termasuk sekolah-sekolah di sekitar tempat kejadian.
Bahkan, beberapa siswa sekolah SMPN 22 Batam sampai bersembunyi di hutan untuk menghindari gas air mata yang dikeluarkan dalam bentrokan tersebut.
Baca juga: Bentrok Proyek Rempang Eco City: Bayi 8 Bulan Jadi Korban Gas Air Mata, Kapolda Akui Telah Humanis
Para siswa dan guru yang terkena gas air mata itu bahkan nyaris pingsan.
Dilansir TribunBatam.id, lokasi SMPN 22 Batam hanya berjarak sekira 100 meter dari ruas jalan Trans Barelang.
Gas air mata yang ditembakkan aparat ke udara seketika terbawa angin ke kawasan sekolah.
Guru yang saat itu tengah mengajar langsung mengajak siswa keluar dari dalam kelas.
Siswa yang tak kuat menahan gas air mata pun pingsan di dalam kelas.
Delia, seorang guru SMPN 22 Batam mengungkapkan, kondisi saat gas air mata itu masuk ke ruang kelas.
"Kami sangat kaget, nggak tahu awalnya gimana, pas saat saya mengajar tiba-tiba udara tak sedap memekik pernapasan," ungkap dia.
Ia tak tahu dari mana gas air mata itu berasal.
Namun, suasana mendadak jadi berubah, udara yang menyelimuti ruang kelas membuat pernapasan sesak dan mata pedih.
"Kayak mau mati rasanya, langsung kami sama anak-anak berhamburan keluar."
"Di luar ruangan kelas pun hal yang sama terjadi, terpaksa kami bawa anak-anak masuk ke hutan," jelasnya.
Saat kejadian, Delia melihat beberapa siswa jatuh pingsan.
Namun, ia bersama para guru berusaha menyelamatkan ratusan siswa lainnya dari gas air mata.
"Tadi gak terbayangkan, banyak juga anak-anak siswa yang sampai lompat pagar, masuk hutan bersembunyi," bebernya.
Sementara itu, beberapa siswa SMPN 22 Batam mengaku sangat tersiksa saat udara ruang kelas mereka dipenuhi gas air mata.
"Pekik tadi, macam nak mau mati. Pedih, sesak, panas. Ternyata begitu rasanya gas air mata iya," ujar seorang siswa SMPN 22 Batam bernama Sevi.
Suasana mencekam saat bentrokan juga terjadi di sejumlah SD di Pulau Rempang.
Arsyid, seorang guru di SD Pulau Rempang langsung berinisiatif mengumpulkan semua siswa di satu kelas.
Anak didiknya berteriak histeris saat terdengar suara bentrokan di sekitar sekolah mereka.
Kepanikan terjadi saat mereka mendengar letupan seperti suara pistol.
"Saat itu sedang proses belajar mengajar. Namun, setelah terdengar suara letupan seperti suara pistol, anak yang sebelumnya tenang belajar, seketika berteriak histeris," ucap Arsyid, dilansir Kompas.com.
Setelah itu, para siswa dijemput orang tua mereka.
"Alhamdulillah, para orang tua spontan menjemput anak-anak mereka."
"Karena lokasi gedung sekolah cukup dekat sekali dengan lokasi kericuhan yang terjadi," jelasnya.
Sementara untuk siswa yang tidak dijemput diungsikan ke rumah warga terdekat.
Hal itu lantaran sebagian anak-anak sudah menangis hingga tersedu-sedu.
Baca juga: Respons Presiden Jokowi saat Menterinya Bakal Maju untuk Pilpres 2024: Yang Dulu-dulu Juga Gitu
Kronologi Bentrokan
Dikutip dari Kompas.com, bentrokan terjadi lantaran warga menolak pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City.
Petugas gabungan mendatangi lokasi sekira pukul 10.00 WIB.
Sementara itu, ratusan warga memblokir jalan, mulai dari Jembatan 4.
Warga saat itu menolak masuknya tim gabungan yang hendak mengukur lahan dan pemasangan patok di Pulau Rempang.
Pemblokiran itu dilakukan dengan membakar sejumlah ban.
Tak hanya itu, warga juga merobohkan pohon di akses jalan masuk menuju kawasan Rempang.
Kendati demikian, petugas gabungan tetap memaksa untuk melakukan pemasangan patok.
"Pemblokiran (terjadi) ditempat-tempat sentra perlintasan masyarakat, baik orang maupun barang."
"Tepatnya di Jembatan Barelang di mana di salah satu jembatan ada massa menduduki serta melakukan swiping kepada masyarakat yang hendak melintas," kata Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol Zhwani Pandra Arsyad. (TribunWow.com)
Baca berita lainnya