Breaking News:

Pilpres 2024

Poros Baru Demokrat, PKS, dan PPP Disebut Sulit Terjadi, Pengamat: Tidak Ada Capres Unggulan

Ada dua kemungkinan yang bisa dijadikan opsi oleh Partai Demokrat untuk Pilpres 2024 nanti, di antaranya membuat poros baru, atau gabung koalisi lain.

Editor: Lailatun Niqmah
Instagram @agusyudhoyono/ Kompas.com/Ardhysta
AHY bersama Partai Demokrat (kanan) dan Sandiaga Uno bersama PPP (kiri) 

TRIBUNWOW.COM - Keluarnya Partai Demokrat dari Koalisi Perubahan yang mengusung bakal capres Anies Baswedan kini tengah menjadi sorotan.

Ada dua kemungkinan yang bisa dijadikan opsi oleh Partai Demokrat untuk Pilpres 2024 nanti, di antaranya membuat poros baru, atau bergabung dengan koalisi lain.

Terkait pembuatan poros baru, misalnya Partai Demokrat-PKS-PPP seperti yang santer dibicarakan publik, disebut sepertinya akan sulit terjadi.

Baca juga: Demokrat Resmi Cabut Dukungan pada Anies Baswedan, Potensi Buat Poros Baru atau Gabung Koalisi Lain?

Hal ini disampaikan oleh Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, yang menilai sulit terbentuknya poros baru dari ketiga partai itu lantaran tidak ada sosok capres unggulan dalam internal mereka.

Ujang Komarudin menilai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sama-sama tidak memiliki capres yang secara elektabilitas mampu bersaing dengan tiga nama capres yang sudah ada saat ini, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

"Kalau saya llihat sih sulit ya poros Demokrat-PKS-PPP itu. Ya kalau terbentuk, terjadi, bagus-bagus saja. Sudah 20 persen lebih ya. Tapi ya susah, karena di Demokrat, PKS, PPP itu, tidak ada capres unggulan," kata Ujang, saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (3/9/2023).

"Tidak ada capres yang memiliki elektabilitas yang tinggi yang bisa bersaing dengan Prabowo, Ganjar, maupun Anies," sambungnya.

Adapun Ujang menilai, sejumlah sosok seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno lebih menjual jika dipasang sebagai calon wakil presiden (cawapres).

"Kan berkoalisi itu ingin menang. Maka harus ada capres, termasuk cawapres yang dijual. Kalau cawapresnya ada yang bisa dijual, misal AHY bisa dijual sebagai cawapres, Sandiaga Uno juga masih bisa dijual sebagai cawapres. Tapi untuk capresnya enggak ada yang mumpuni. Enggak ada yang bisa menandingi figur-figur yang diusung di koalisi Demokrat PKS PPP kalau terbentuk," ucap Ujang.

"Hampir tidak ada tokoh selain dari tiga orang yang ada saat ini, yang elektabilitasnya selalu yang tertinggi ya mereka-mereka itu, Prabowo, Ganjar, Anies," lanjut pengamat politik itu.

Sehingga, menurut Ujang, kalaupun poros koalisi ini terbentuk, akan sulit untuk mendapatkan kemenangan di Pilpres 2024 mendatang.

Baca juga: Diberi Jaminan Menang, Cak Imin Beberkan Ucapan Surya Paloh saat Minta Jadi Cawapres Anies

Terlebih, lanjut Ujang, PKS sendiri tampak setia mendukung Anies Baswedan, meski saat ini koalisi pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu telah berubah.

"Karena berkoalisi untuk menang, maka mereka sulit terjadi Demokrat-PKS-PPP. Apalagi PKS nya kan akan mendukung Anies. Karena Anies ini identik dengan PKS. Saya melihat PKS rasional saja, kayaknya PKS mendukung Anies Baswedan, walaupun koalisinya sudah berubah dengan NasDem dan PKB."

Diberitakan sebelumnya, Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai sosok yang disebut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ada menteri aktif dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) membujuk Demokrat berkoalisi dengan PPP dan PKS adalah Menparekraf sekaligus Ketua Bappilu PPP, Sandiaga Uno.

Hal tersebut, kata Adi, dapat dilihat dari adanya upaya Sandiaga mendekati Demokrat lantaran dianggapnya poros Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) akan bubar.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Pilpres 2024Partai DemokratPartai Persatuan Pembangunan (PPP)PKSAnies Baswedan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved