Pilpres 2024
Jika Prabowo Tak Pilih Muhaimin Jadi Cawapres, PKB Disebut Bakal Evaluasi Kontrak dengan Gerindra
Jika Prabowo Subianto tak memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya di Pilpres 2024, maka PKB akan evaluasi kerja sama politik dengan Gerindra.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai bakal mengevaluasi kerja sama politik mereka dengan Partai Gerindra bila Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar batal mendapatkan tiket calon wakil presiden (cawapres).
Dilansir Kompas.com, hal ini disampaikan oleh Pakar politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam pada Jumat (28/7/2023).
Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat ini tengah menghadapi dilema untuk menentukan cawapresnya di Pilpres 2024.
Baca juga: Prabowo Pilih Erick Thohir atau Muhaimin Jadi Cawapresnya di 2024? Pengamat Nilai sang Menhan Dilema
Pasalnya ada sejumlah nama yang berpotensi menjadi cawapres Prabowo Subianto, beberapa di antaranya adalah Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Jika proposal pencawapresan Cak Imin tidak dikabulkan Prabowo (Subianto, Ketua Umum Gerindra), besar kemungkinan PKB akan mengevaluasi total skema koalisi," kata Umam
"Itu wajar, karena PKB telah mengikhtiarkan itu sejak awal dan tata cara komunikasi politik yang tertib, bukan asal menikung di persimpangan," ujar dia.
Hampir setahun sudah, Prabowo meneken kerja sama politik dengan PKB.
Baca juga: Prabowo Ditagertkan Raih 65 Persen Suara dari Jawa Timur, Pengurus Partai Gerindra Diminta Kompak
Sementara itu, PKB ngotot agar nama Muhaimin bisa tampil di surat suara pada Pilpres 2024, minimal untuk kursi RI 2.
Namun, Prabowo yang elektabilitasnya moncer sebagai capres justru kian mesra dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang raihan elektabilitasnya untuk kursi RI 2 lebih mentereng dari Muhaimin.
Umam menyebut bahwa Prabowo mungkin bimbang karena elektabilitas Muhaimin belum memberi insentif elektoral yang menggiurkan dibandingkan Erick.
Kedua sosok ini memang dianggap dapat mengkapitalisasi suara Nahdliyin.
Muhaimin tumbuh dari basis Nahdliyin tulen. Bukan cuma orang pesantren, ia menapaki karier politiknya sejak muda, ketika menjadi pentolan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi yang punya kedekatan sejarah dengan NU.
PKB merupakan partai yang didirikan untuk menyalurkan aspirasi politik praktis nahdliyin, diarsiteki pembentukannya oleh Pengurus Besar NU ketika Orde Baru tumbang.
Namun, belakangan, hubungan Muhaimin dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf kurang harmonis sejak awal periode kepemimpinan Yahya.
Baca juga: VIRAL Momen Prabowo Ajak Polantas & Polisi Militer Makan Nasi Timbel di Bandung, Warganet Terharu
Yahya justru menunjukkan kedekatannya dengan Erick lebih daripada Muhaimin.
Bahkan, Erick yang tak berakar dari basis Nahdliyin tulen laiknya Muhaimin diberi posisi Ketua Dewan Pengarah "Satu Abad NU" awal tahun ini.
Sebelumnya, Erick juga didapuk sebagai anggota kehormatan Barisan Ansor Serbaguna (Banser), jaringan Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang dipimpin Yaqut Cholil Coumas, Menteri Agama sekaligus adik Yahya.
"Kondisi ini mempengaruhi keyakinan Prabowo untuk bergandengan dengan Cak Imin," ujar Umam.
Prabowo dianggap sudah menyadari betapa krusialnya suara Nahdliyin buat pemenangan pilpres.
Dari sisi pencalonan sendiri, Prabowo sangat butuh PKB karena partai berlambang bumi itu meraup 10,09 kursi di DPR RI yang dapat mempermudahnya lolos ambang batas pencalonan presiden.
Menurut Umam, wajar Prabowo bimbang karena jika ia tak memberi tiket pencalonan untuk Muhaimin, pria 56 tahun itu tak segan angkat kaki.
"Prabowo paham ia sangat membutuhkan tiket politik dan dukungan dari PKB dan Cak Imin," kata Umam.
Apalagi, di sisi lain, PKB sedang didekati secara intensif oleh PDI-P yang bahkan terang-terangan memasukkan nama Muhaimin sebagai kandidat potensial calon wakil presiden yang kelak mereka usung.
Ketua Bidang Politik DPP PDI-P Puan Maharani bahkan mengatakan bahwa Muhaimin Iskandar kini masuk sebagai salah 1 dari 5 sosok yang potensial menjadi bakal calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo.
Puan bahkan blak-blakan menyindir Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang tak kunjung berbuah hasil setelah 11 bulan lebih.
Waketum PKB Jazilul Fawaid mengaku "tak tahan" dengan godaan yang belakangan diluncurkan PDIP untuk berkoalisi bersama menghadapi Pilpres 2024.
Ia juga mengakui bahwa 11 bulan tanpa kepastian bagi PKB cukup membuat gerah.
"Karena, kalau godaan makin banyak, mana tahan juga lama-lama. Ini juga bukan kaleng-kaleng, partai pemenang pemilu ini (PDI-P)," ujar Jazilul kemarin.
Sebelumnya, Muhaimin tak menampik bahwa arah koalisi mereka mungkin berubah.
"Itu (perubahan arah koalisi) takdir yang akan menentukan," ujar Muhaimin ditemui setelah acara syukuran hari lahir (harlah) ke-25 PKB, Minggu (23/7/2023) sore, di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah. (*)
Baca berita Pilpres 2024 lainnya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PKB Dinilai Bakal Evaluasi Kontrak dengan Gerindra jika Prabowo Tak Pilih Muhaimin Cawapres"
Sumber: Kompas.com
Sapa 3 Partai Pendukung Ganjar-Mahfud, Megawati Sebut Tak Ada Koalisi dan Oposisi: Kerjasama |
![]() |
---|
Anies Baswedan Kaget Dirinya Cetak Sejarah dengan Datang ke Agenda Penetapan Presiden Terpilih |
![]() |
---|
Momen Jokowi Kenalkan Prabowo saat Membuka World Water Forum di Depan Para Negara Delegasi |
![]() |
---|
Reaksi 2 Kepala Negara saat Prabowo Kenalkan Gibran sebagai Wakil Presiden Terpilih: Sangat Muda |
![]() |
---|
2 Faktor Penyebab Prabowo dan Megawati Tak Kunjung Bertemu seusai Pilpres 2024 Menurut Pengamat |
![]() |
---|