Kabar Tokoh
Kisah Brigjen TNI Nugraha Gumilar Anak Yatim Jadi Jenderal: Jangan Menyerah, Andalkan Tuhan
Brigjen TNI Nugraha Gumilar menyebut sukses adalah tidak pernah menyerah akan kegagalan dan dan tetap mengandalkan pertolongan Tuhan.
Editor: Rekarinta Vintoko
Namun kedua orangtua Gumilar tetap menerimanya sebagai titipan Tuhan.
Ternyata, di awal hidupnya pun Tuhan sudah turun tangan menolong.
Bayi yang tidak diharapkan itu ternyata membawa keberuntungan.
Ketika ia lahir, sang ayah Nazar Gumbira berkesempatan sekolah di Belanda.
Karena itulah ia lantas diberi nama Nugraha Gumilar yang artinya anugerah yang terhampar.
Pertolongan Tuhan terus dirasakan Gumilar dan keluarga.
Pun saat ayahnya, Nazar Gumbira meninggal dunia akibat jatuhnya Pesawat Casa 212 Nurtanio pada Januari 1980.
Baca juga: Fadli Zon Sebut Prabowo Subianto Pegang Remote Control Sendiri, Bandingkan dengan Bakal Capres Lain
Gumilar yang kala itu masih berusia 12 tahun terpaksa menjadi Yatim.
Sejak itu Gumilar tidak punya figur bapak dan dibesarkan oleh ibu yang berjuang membesarkan ketujuh anak-anaknya.
“Ibu saya jualan di pasar. Karena bapak mendadak meninggalnya (kecelakaan pesawat-red), dia tidak siap ditinggalkan, lain halnya jika sakit kan sudah siap. Ibu lagi makan pagi tiba-tiba ada berita kecelakaan pesawat itu, ibu merasakan seakan langit rumah runtuh,” papar Gumilar.
Menurut dia, ibunya waktu itu bingung mau berbuat apa karena cuma berjualan di pasar harus menghidupi anak yang masih kecil-kecil.
“Hanya satu yang sudah menikah baru setahun artinya kehidupan ekonominya pun masih berat. Saya masih SD, jadi belum ada yang bisa dijadikan pegangan,” kenang Gumilar.
Tuhan pun bekerja.
Ketika kesulitan semakin terasa, sekitar tahun 1982, atau 2 tahun sepeninggal ayahnya, Nurtanio memberikan kesempatan kepada para janda korban keselakaan pesawat Casa untuk membuka usaha kantin di Nurtanio.
Hal ini tentu saja mendatangkan perbaikan hidup keluarga.