Konflik Rusia Vs Ukraina
NATO Isyaratkan Pengiriman Senjata Berat ke Ukraina, Sebut akan Terus Beri Pasokan untuk Usir Rusia
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg membeberkan akan adanya pengiriman senjata berat secara periodik ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memuji janji pengiriman senjata berat baru-baru ini dari sekutu Barat ke Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, Jens Stoltenberg mengatakan pengiriman senjata tersebut diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.
Adapun pembahasan ini dilakukan di tengah gencarnya serangan balasan Rusia ke Ukraina.
Baca juga: 60 Orang Tewas setelah Rusia Luncurkan Misil ke Komplek Apartemen Ukraina di Dnipro
Stoltenberg membuat komentar tersebut pada hari Minggu (15/1/2023), sehari setelah gelombang serangan Rusia di Ukraina menewaskan sedikitnya 30 orang.
Rusia kembali menargetkan infrastruktur penting dan bangunan tempat tinggal di kota Dnipro.
"Janji untuk pengiriman peralatan perang berat baru-baru ini begitu penting, dan saya berharap akan ada lebih banyak dalam waktu dekat," kata Stoltenberg dikutip Al Jazeera.
Baca juga: Mayoritas Warga Jerman Tak Setuju Negara Mereka Kirimi Ukraina Tank untuk Perangi Rusia
Pernyataan tersebut disampaikannya kepada harian Handelsblatt Jerman menjelang pertemuan pejabat pertahanan dari blok tersebut pada hari Jumat lalu.
Adapun pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengoordinasikan pengiriman senjata ke Kyiv.
Para anggota Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina akan mengadakan pertemuan ketiganya di Pangkalan Udara Ramstein AS di negara bagian Rhineland-Palatinate Jerman pada hari Jumat.
Saat ditanya apakah Jerman juga harus bergerak untuk menyediakan senjata yang lebih berat ke Ukraina, Stoltenberg membenarkan.
"Kami berada dalam fase perang yang menentukan. Kami mengalami pertempuran sengit. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk menang dan untuk melanjutkan sebagai negara merdeka," sebut Stoltenberg.
Pada hari Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan permintaan pengiriman senjata Barat yang lebih berat.
Ia mengatakan bahwa teror Rusia hanya dapat dihentikan di medan perang.
"Apa yang dibutuhkan untuk ini? Senjata-senjata yang ada di gudang mitra kami," kata Zelensky.
Dia berbicara tak lama setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji untuk menyediakan tank Challenger 2 ke Ukraina, menjadikannya negara Barat pertama yang memasok tank berat ke Kyiv.
Polandia dan Finlandia juga telah mengisyaratkan kesediaan mereka untuk menyediakan Ukraina dengan tank Leopard 2 buatan Jerman, meningkatkan tekanan pada Kanselir Jerman Olaf Scholz dan pemerintah koalisinya.
Tren tersebut mewakili kemungkinan pergeseran yang lebih luas bagi sekutu Eropa, yang telah menolak secara langsung memasok senjata berat ke Ukraina sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari 2022.
Hal terjadi di tengah klaim Rusia atas keberhasilan medan perang signifikan pertamanya setelah berbulan-bulan mengalami kerugian dan stagnasi.
Kementerian pertahanan Rusia mengumumkan minggu lalu bahwa mereka telah menyelesaikan pembebasan Soledar, sebuah kota yang dekat dengan persimpangan transportasi Bakhmut di wilayah Donetsk timur.
Ukraina membantah klaim tersebut dan mengatakan pertempuran sengit masih berlanjut di Soledar.
Institut Studi Perang yang berbasis di AS mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukan Ukraina sangat tidak mungkin untuk tetap memegang posisi di Soledar.
Baca juga: 100 Tentara Ukraina akan Dikirim ke AS, Dilatih Gunakan Sistem Rudal Patriot untuk Melawan Rusia
Konflik di Ukraina Diprediksi Membesar
Posisi Jenderal Sergey Surovikin sebagai komando tertinggi pasukan Rusia di Ukraina kini telah digantikan oleh Valery Gerasimov.
Gerasimov sendiri merupakan panglima pasukan militer Rusia yang menjadi pimpinan tertinggi angkatan bersenjata Rusia.
Dikutip TribunWow dari aljazeera, pergantian komando ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, Rabu (11/1/2023).
Baca juga: 100 Tentara Ukraina akan Dikirim ke AS, Dilatih Gunakan Sistem Rudal Patriot untuk Melawan Rusia
Pergantian komando ini disebut-sebut merupakan pertanda bahwa perang antara Rusia dan Ukraina akan semakin membesar dan berbahaya.
Prediksi ini disampaikan oleh Dmitry Trenin yang merupakan analis politik di Moskow.
"Penunjukan Gerasimov menunjukkan pentingnya operasi dan ruang lingkup operasi dapat berkembang melampaui apa yang kita lihat sekarang. Itu sangat signifikan," ujar Trenin.
"Perang semakin membesar, semakin berbahaya," kata Trenin.
Di sisi lain, Surovikin yang dicopot dari komando tertinggi operasi militer Rusia di Ukraina kini berperan menjadi wakil Gerasimov.
Total hanya tiga bulan Surovikin memegang komando tertinggi dalam operasi militer Rusia di Ukraina.
Selama tiga bulan tersebut, Surovikin sempat menunjukkan keganasannya menyerang sejumlah infrastruktur Ukraina yang menyebabkan krisis energi di beberapa kota di Ukraina.
Namun Surovikin juga disalahkan atas mundurnya pasukan militer Rusia dari Kherson hingga serangan yang menewaskan 89 tentara Rusia di Makiivka.(TribunWow.com/Via/Anung)