Konflik Rusia Vs Ukraina
Akui Ukraina Dikirimi Senjata yang Semakin Canggih, Rusia Susun Strategi Putus Bantuan Negara Barat
Pasukan militer Rusia kini tengah mencari cara untuk memutus jalur pasokan bantuan negara-negara barat terhadap Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia mengakui saat ini Ukraina mendapat bantuan senjata yang semakin canggih dari negara-negara barat.
Menanggapi bantuan-bantuan tersebut, kini pasukan militer Rusia menyusun strategi untuk memutus jalur pasokan bantuan negara barat ke Ukraina.
Dikutip TribunWow dari aljazeera, hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sebuah acara televisi, Rabu (28/12/2022).
Baca juga: Kepala Intelijen Ukraina Sebut Konflik Lawan Rusia Jalan di Tempat, Keduanya Sama-sama Kesulitan
"Kami amati, Ukraina kini menerima senjata barat yang semakin baik dan bagus," ujar Lavrov.
Lavrov mengatakan, para ahli di militer telah mengusulkan untuk menyerang jalur atau rute bantuan senjata negara barat ke Ukraina.
Lavrov berharap bantuan senjata dari negara barat ke Ukraina dapat dihentikan.
Satu dari beberapa taktik yang telah dilakukan oleh Rusia di antaranya adalahmerusak infrastruktur Ukraina seperti fasilitas sumber energi.
Lavrov menekankan, Rusia akan berhasil mencapai tujuannya karena rasa sabar dan gigih yang dimiliki.
Lavrov juga menyampaikan, Rusia tidak terburu-buru untuk mencapai tujuannya di medan perang.
"Kami orang yang sabar. Kami akan melindungi rekan-rekan kami, masyarakat dan lahan yang telah dimiliki oleh Rusia sejak berabad-abad yang lalu," kata dia.
Dalam acara televisi tersebut, Lavrov juga menekankan bahwa Rusia ingin membebaskan Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhia dari pengaruh Nazi Ukraina.

Baca juga: Pria Australia Dilaporkan Tewas karena Rusia, sang Ibu: Sage Meninggal dalam Aksi Membela Ukraina
Baca juga: Rusia Bunuh 4 Tentara Ukraina yang Berusaha Menyusup untuk Lakukan Sabotase, Berikut Identitasnya
Sudah 10 bulan berlalu konflik antara Ukraina dan Rusia berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Pada konflik yang berlangsung hampir satu tahun ini, total ada 6.884 warga sipil yang tewas dalam konflik.
Dikutip TribunWow dari aljazeera, data ini disampaikan oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
