Terkini Internasional
Jepang dan Amerika Serikat akan Lakukan Latihan Militer secara Besar-besaran pada Bulan November
Sebanyak 36 ribu personel, 30 kapal dan 370 pesawat dari pasukan bela diri Jepang dan militer AS siap berpartisipasi dalam latihan militer
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan negaranya akan melakukan latihan militer besar-besaran dengan Amerika Serikat.
Dikutip Today Online, Jepang dan Amerika Serikat dikabarkan melangsungkan latihan itu pada 10 November 2022 mendatang.
Latihan itu dilakukan karena negara di kawasan itu semakin waspada terhadap kekuatan dan ketegasan militer China yang berkembang.
Baca juga: Sempat Berseteru, PM Jepang Bersedia Bertemu Kim Jong Un untuk Pembahasan Nuklir di Pyongyang
Latihan Jepang dan Amerika Serikat ini dijuluki Pedang Keen, kata Kementerian Pertahanan, Minggu (23/10/2022).
Agenda ini dilakukan kedua negara itu dua tahun sekali.
Sebanyak 36 ribu personel, 30 kapal dan 370 pesawat dari pasukan bela diri Jepang dan militer AS siap berpartisipasi.
Latihan militer ini dijadwalkan selesai dalam 19 hari atau pada 19 November 2022.
"Dengan menunjukkan keinginan dan koordinasi kuat Jepang dan Amerika Serikat, kami bertujuan untuk berkontribusi membela Jepang dan mengamankan perdamaian dan keamanan kawasan," kata Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada kepada wartawan.
Baca juga: Nasib Shohei Matsunaga: Jebolan Schalke, Primadona Persib dan PSIS, Kini Main di Klub Amatir Jepang
Selain dua negara itu, beberapa negara lain juga ikut berpartisipasi.
Seperti Kanada yang mengirim dua kapal, lalu ada Australia dan Inggris yang masing-masing mengirim satu kapal.
Lokasi pelatihan lapangan termasuk pulau-pulau barat daya Jepang termasuk Tokunoshima, yang lebih dekat ke Taipei daripada ke Tokyo.
Sebelumnya, pada pertemuan Partai Komunis China, Presiden China Xi Jinping menyerukan rencana pembangunan militer.
China akan membangun militer kelas dunia.
Xi Jinping mengatakan negaranya tak akan pernah melepaskan hak untuk menggunakan kekuatan dalan konflik Taiwan.
China mengklaim Taiwan memerintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri.
Sementara pemerintah Taiwan sangat menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depannya. (TribunWoW.com/ Tiffany Marantika)