Tragedi Arema Vs Persebaya
Jokowi Beri Santunan Rp 50 Juta untuk 125 Korban di Kanjuruhan, Mahfud MD: Nyawa Tak Bisa Dinilai
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan santunan senilai Rp 50 juta untuk setiap korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akan memberikan santunan sebesar Rp 50 juta untuk korban jiwa tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Dilansir TribunWow.com, kabar ini disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut santunan tersebut sebagai bentuk empati.
Mahfud MD berharap uang tersebut dapat membantu meskipun tak bisa menutup rasa duka yang dialami keluarga.
Baca juga: Mahfud MD Bentuk Tim Usut Tragedi Kanjuruhan, Desak Polri Temukan Tersangka dalam Hitungan Hari
Dari total tersebut, kebanyakan korban berasal dari kalangan remaja.
Namun dalam insiden di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022), terdapat juga sejumlah korban anak-anak.
Melalui konferensi pers, Mahfud MD menyampaikan bela sungkawa dan menuturkan perkembangan pengusutan.
Selain membentuk tim independen, pemerintah juga akan memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai bagi keluarga korban jiwa.
Meskipun saat ini sudah terkumpul dana bantuan dari berbagai lembaga untuk masing-masing korban sekira Rp 15 juta.
"Gubernur Jawa Timur sudah menyediakan santunan dalam bentuk uang tunai," tutur Mahfud MD dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Senin (3/10/2022).
"Bank Jatim, Badan Amir Zakat, Basarnas, Bupati dan Walikota juga sudah memberikan santunan kepada korban masing-masing yang kisarannya antara Rp 10-15 juta."

Baca juga: Ungkap Respons FIFA, Media Asing Rangkum Kesaksian Penonton yang Selamat dari Stadion Kanjuruhan
Di samping itu, Jokowi disebutkan sudah menyiapkan dana sebesar Rp 6,25 miliar guna dibagikan pada 125 korban jiwa.
Sehingga, nantinya masing-masing keluarga korban akan mendapat Rp 50 juta dari pemerintah.
Meski begitu, Mahfud MD mengakui bahwa tak ada nyawa yang bisa digantikan oleh nominal uang.
Ia menyebutkan jumlah tersebut diberikan sebagai bentuk duka cita dan empati dari Presiden.
"Untuk ini, Presiden sebagai tanda bela sungkawa, meskipun tentu hilangnya nyawa setiap orang itu tidak bisa dinilai dengan uang berapa pun harganya," tutur Mahfud MD.
"Tapi Presiden berkenan untuk juga memberi santunan kepada setiap korban jiwa sebesar Rp 50 juta."
"Dan ini akan segera dilaksanakan tinggal kami mencocokkan dulu data-data administratif dengan Pemda atau lembaga yang mengurus."
Baca juga: Kesaksian soal Detik-detik Kerusuhan di Kanjuruhan: Tembakan Gas Air Mata Diarahkan ke Semua Tribun
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 02.45:
Penggunaan gas air mata disebut-sebut menjadi faktor penyumbang terbesar jatuhnya korban jiwa dalam kerusuhan yang terjadi di pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) kemarin.
Terakhir dikabarkan pada Minggu (2/10/2022) malam, total ada 125 korban tewas dan 224 luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dilansir TribunWow, berikut adalah sejumlah fakta mengenai penggunaan gas air mata saat terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan:
Baca juga: Media Portugal Ulik Kesaksian Abel Camara Ceritakan Kronologi 8 Fan Arema FC Tewas di Depan Matanya
Gas Air Mata Dilarang FIFA
Berdasarkan regulasi dari FIFA, penggunaan gas air mata dalam teknis pelaksanaan pertandingan sepak bola dilarang.
Dalam pasal 19 yang mengatur tentang keselamatan dan keamanan di Stadion menyebutkan, bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang digunakan untuk mengamankan massa.
"No fi rearms or “crowd control gas” shall be carried or used (Senjata api atau "gas pengendali massa" tidak boleh dibawa atau digunakan)," bunyi aturan FIFA yang tertuang pada pasal 19 terkait Stadium Safety dan Security.
Ibu-ibu dan Bocah Korban Gas Air Mata
Rezqi Wahyu adalah seorang penonton yang saat itu menyaksikan pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Dikutip TribunWow dari tribunnews, Rezqi yang merupakan seorang Aremania mengaku melihat langsung bagaimana tembakan gas air mata mengenai ibu-ibu hingga anak-anak yang kemudian menyebabkan kerusuhan para penonton berdesak-desakkan berebut keluar dari stadion.
Rezqi yang membagikan kisah lewat medsos tak menampik awalnya ada sejumlah oknum suporter yang anarkis seusai pertandingan berakhir dengan kekalahan Arema.
Ia bercerita selain mengkritik para pemain, oknum Aremania ada juga yang melempar beragam benda ke arah lapangan.

Baca juga: Bongkar Penyebab Korban Meninggal di Tragedi Arema FC Vs Persebaya, Dokter: Itu Memperberat Kondisi
Setelah para pemain masuk ke ruang ganti, Rezqi menyebut para suporter justru semakin rusuh.
"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung (dipukul) dengan tongkat panjang, 1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," ungkap Rezqi.
Rezqi bercerita, setelah kondisi semakin rusuh, akhirnya aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah penonton.
"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata."
Menurut Rezqi, tembakan gas air mata tersebut menyebabkan kepanikan di antara penonton.
"Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion."
Klarifikasi Polisi soal Gas Air Mata
Dikutip TribunWow dari Kompas, pihak kepolisian menegaskan tembakan gas air mata digunakan untuk mencegah oknum suporter bertindak anarkis.
Terkait sesak napas, pihak kepolisian menyebut hal tersebut terjadi karena penumpukan penonton di satu pintu stadion.
"Para suporter berlarian ke salah satu titik di Pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah, banyak yang mengalami sesak napas," ungkap Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022) pagi.
Menurut informasi dari Nico ada 42.288 penonton di tribun saat itu, namun yang turun ke lapangan hanya ada 3 ribu suporter.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," ujarnya.
Dikutip TribunWow dari Tribunnews, kerusuhan pertama kali terjadi saat sekira ribuan orang penonton masuk ke lapangan saat Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Baca juga: Akhirnya Buka Suara Insiden Arema FC Vs Persebaya Surabaya, Presiden FIFA: Tragedi di Luar Pemahaman

Saat para penonton turun ke lapangan, aparat terlihat kewalahan menangani kericuhan tersebut hingga akhirnya menembakkan gas air mata ke kerumunan.
Penyebab tewasnya para korban sementara ini diduga karena terinjak-injak saat terjadi kericuhan, hingga sesak napas akibat semprotan gas air mata dari aparat keamanan. (TribunWow.com/Via/Anung)