Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky Resmi Daftarkan Keanggotaan Ukraina ke NATO Buntut Pencaplokan 4 Wilayahnya oleh Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengambil langkah tegas dengan mendaftarkan negaranya menjadi anggota NATO.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Setelah peringatannya tak digubris Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa Ukraina secara resmi mengajukan keanggotaan NATO.
Dilansir TribunWow.com, langkah ini dilakukan Zelensky beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin resmi menyatakan bahwa ia sudah mencaplok empat provinsi Ukraina dalam sebuah upacara di Rusia.
Pencaplokan empat wilayah tersebut diklaim setelah Rusia mengadakan referendum sepihak dengan meminta para penduduk memilih di bawah tekanan.
Baca juga: Rusia Disalahkan, 23 Orang di Ukraina Tewas akibat Serangan Misil saat Konvoi Bantuan Kemanusiaan
Dilaporkan The Guardian, Jumat (30/9/2022), dalam pidato yang direkam di luar kantor kepresidenannya di Kyiv, Zelensky mengatakan dia mengambil langkah tegas ini untuk melindungi seluruh komunitas Ukraina.
Dia berjanji peresmian keanggotaan Ukraina ke NATO akan terjadi dalam cara yang dipercepat.
"De facto, kami sudah pergi ke NATO. Secara de facto, kami telah membuktikan kompatibilitas dengan standar aliansi. Mereka nyata untuk Ukraina – nyata di medan perang dan dalam semua aspek interaksi kita," kata Zelensky.
"Kami saling percaya, kami saling membantu, dan kami saling melindungi. Ini adalah aliansi. Secara de facto. Hari ini, Ukraina mengajukan permohonan untuk membuatnya secara de jure."
Presiden menandatangani formulir aplikasi, seperti yang dilakukan ketua parlemen, Ruslan Stefanchuk, dan perdana menteri, Denys Shmyhal.

Baca juga: Polisi Rusia Dituding Rudapaksa dan Ancam Lecehkan Ramai-ramai Pendemo Anti-Wajib Militer ke Ukraina
Dalam pidatonya pada hari Jumat, yang dibagikan di Telegram, Zelensky menolak upacara yang turut meresmikan pencaplokan 4 wilayah Ukraina di Moskow sebagai lelucon yang tidak berarti.
Dia mengatakan tidak akan ada pembicaraan damai dengan Rusia selama Putin menjadi presiden.
"Putin tidak tahu apa itu martabat dan kejujuran. Kami siap untuk berdialog dengan Rusia tetapi hanya dengan presiden Rusia yang berbeda," ungkap Zelensky.
Ia pun berjanji bahwa angkatan bersenjata Ukraina akan terus membebaskan wilayah dari pendudukan Rusia.
Terlepas dari sentilan Putin bahwa Moskow mungkin menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan tanah yang telah direbutnya.
"Seluruh Ukraina akan dibebaskan dari musuh ini," tegas Zelensky.
"Moskow menentang kehidupan, hukum, kemanusiaan, dan kebenaran," tambahnya.
Kantor presiden memberi tahu bahwa para pejabat Ukraina tidak menonton pidato Putin.
Sebaliknya, Zelensky mengadakan rapat dengan dewan keamanan nasionalnya dan bertemu panglima angkatan bersenjatanya, Jenderal Valeriy Zaluzhnyi.
Dia mengatakan mereka membahas kemajuan di medan perang dan pengiriman senjata.
"Semuanya akan menjadi Ukraina," ucap Zelensky.
Zelensky mengatakan kesediaan Putin untuk membunuh dan menyiksa untuk memperluas zona kendali adalah kegilaan.
Bahkan sebelumnya, Zelensky telah menekankan bahwa pencaplokan wilayah berarti negosiasi dengan Kremlin telah berakhir.
Ukraina menyatakan peresmian penggabungan empat wilayahnya ke Rusia tidak akan membuat perbedaan dengan situasi di lapangan, di mana pasukan Ukraina berada di ambang kemenangan besar.
Anggota parlemen Ukraina Oleksiy Honcharenko menggambarkan Putin sebagai orang gila, dan mengatakan Rusia di bawah kepemimpinannya selama dua dekade telah menjadi bahaya terus-menerus bagi dunia.
Berbicara kepada BBC, dia menunjukkan bahwa empat pemimpin provinsi yang diduga secara resmi dianeksasi oleh Rusia, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson, tidak memiliki mandat demokrasi.
"Siapa yang memilih orang-orang ini? Siapa mereka?," kata Honcharenko yang menggambarkan mereka sebagai boneka.
Baca juga: Penampakan Antrean Warga Keluar Rusia sampai 16 Km, Hindari Perintah Wajib Militer Putin ke Ukraina
Lihat tayangan selengkapnya:
Jenderal NATO Sebut Rezim Putin Halangi Perdamaian Eropa
Seorang mantan kepala NATO Inggris mengatakan perdamaian di Eropa tak akan tercapai jika Presiden Rusia Vladimir Putin masih menjabat.
Ia juga menyerukan untuk kembali menyediakan persenjataan secara besar-besaran di Barat.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Kamis (23/6/2022), hal ini diutarakan Jenderal Sir Richard Shirreff, yang pernah menjabat sebagai wakil panglima tertinggi NATO.
Baca juga: Media Asing Soroti Rencana Jokowi Temui Putin, Rusia Siap-siap hingga Sebut Kunjungan Sangat Penting
Berbicara di Festival Sejarah Lembah Chalke, Richard mengatakan angkatan bersenjata Barat termasuk Inggris telah tumpul dalam 15 tahun terakhir.
Ia menyamakan situasi saat ini dengan bulan-bulan menjelang Perang Dunia Kedua dan mengatakan negara-negara Barat harus mendorong 'kekalahan Putinisme' dan 'kekalahan rezim Putin'.
Ini akan membutuhkan persenjataan kembali secara besar-besaran, dan memperingatkan bahwa presiden Rusia harus meninggalkan jabatannya untuk menghindari konflik lebih lanjut.
"Tidak akan pernah ada perdamaian di Eropa saat Putin berada di Kremlin atau saat rezim Putin berada di Kremlin. Kami sekarang kembali ke tempat banyak ayah anda, ayah saya, ibu saya berada pada tahun 1938," kata Richard.
"Kami menghadapi seorang otokrat berlumuran darah di Kremlin yang telah membawa politik besi dan darah kembali ke Eropa, menimbulkan penderitaan yang tak terkatakan pada tetangga damai yang demokratis untuk memenuhi tujuan politiknya. "

Baca juga: VIDEO Otoritas Ukraina Adakan Program Angkat Senjata untuk Kaum Wanita di Zaporizhzhia Lawan Rusia
Pensiunan jenderal itu berbicara menjelang pertemuan anggota NATO minggu depan di Madrid, di mana presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan berpidato di depan para pemimpin.
Richard memuji keefektifan pasukan Ukraina dalam mempertahankan negara mereka dari serangan Rusia, tetapi memperingatkan agar kerugian mereka saat ini di mana hingga 200 tentara tewas dalam aksi setiap hari, tidak berkelanjutan.
Dia mengatakan dalam skenario 'kasus terburuk', dengan kemungkinan lima persen terjadi, moral Ukraina akan hancur dan pasukan Putin akan berhasil merebut Kyiv, ibukota Ukraina.
Tetapi dia mengatakan bahwa dengan dukungan Barat lebih lanjut, Ukraina dapat mendorong pasukan Rusia kembali.
"Jika kita dapat membantu Ukraina bertarung dengan cerdas, melawan manuver, dan membangun kemampuan itu, maka saya benar-benar yakin bahwa Ukraina, seiring waktu, akan mendorong Rusia kembali ke garis 24 Februari di Donbass," ujar Richard.
"Dan itu akan menjadi kekalahan bagi Putin karena itu adalah penghinaan dan ini adalah akhir dari usahanya, yang disebut operasi militer khusus."(TribunWow.com/Via)