Konflik Rusia Vs Ukraina
Ungkit Gosip yang Beredar soal Israel, Zelensky Sindir Pelitnya Bantuan ke Ukraina: Saya Syok
Zelensky menyindir Israel yang tidak jor-joran dalam memberikan bantuan seperti AS dan negara-negara barat lainnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sampai saat ini Israel masih belum mengirimkan bantuan senjata untuk membantu Ukraina menghadapi pasukan militer Rusia.
Israel juga belum memberikan sanksi ekonomi secara personal kepada Rusia.
Dikutip TribunWow dari rt, pemerintah Ukraina sendiri sudah berkali-kali menyindir Israel yang pelit memberikan batuan ke Ukraina.
Baca juga: Demonstrasi Pecah di Rusia Buntut Wajib Militer Putin, Ribuan Ditangkap karena Tolak ke Ukraina
Terakhir pada Jumat (23/9/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyindir Israel saat melakukan wawancara dengan stasiun televisi asal Prancis.
"Saya syok," ujar Zelensky seusai menjelaskan bahwa Israel belum juga mengirimkan senjata ke Ukraina.
"Saya tidak mengerti, Israel tidak memberikan kita apa-apa, tidak ada, nol," kata dia.
Zelensky lalu menjelaskan dirinya menyadari Israel perlu senjata untuk mempertahankan wilayah mereka.
Namun ia juga mengklaim mendapat laporan bahwa Israel telah menjual persenjataannya ke negara lain.
Menurut rt, pada Agustus 2022 sempat beredar kabar Israel menjual sistem pertahanan kubah besi alias iron dome untuk Cyprus.
Rumor adanya transaksi senjata ini tidak ditanggapi oleh pemerintahan Israel.
Zelensky juga menuding Israel telah terpengaruh Rusia.
Sebelumnya, sindiran disampaikan oleh Duta Besar Ukraina untuk Israel, Yevgen Korniychuk.
Sindiran ini disampaikan seusai Israel menolak untuk mengirimkan Ukraina amunisi anti-tank dan sistem pertahanan misil canggih milik Israel yakni Iron Dome (kubah besi).
Penolakan Israel didasari lantaran Israel ingin menjaga hubungan baik dengan Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Israel khawatir apabila mengirimkan Ukraina Iron Dome maka senjata tersebut dapat digunakan oleh Ukraina untuk menyerang masuk ke wilayah Rusia.
Di sisi lain Ukraina menegaskan bahwa senjata-senjata tersebut diperlukan untuk bertahan dari serangan pasukan militer Rusia.
"Saya ingin pemerintah Israel untuk bergerak menjauh dari zona nyamannya dan kembali ke realita," kata Korniychuk.
Korniychuk turut menyampaikan bahwa Ukraina tidak mengemis dikirimkan senjata, ia menjelaskan Ukraina bersedia untuk membeli senjata milik Israel tersebut.

Baca juga: Inggris Sebut Putin Jadikan Kelaparan sebagai Senjata dalam Konflik Rusia Vs Ukraina
"Kami membutuhkan Iron Dome yang mana akan memungkinkan kami untuk melindungi warga sipil, perempuan dan anak-anak kami dari serangan misil pasukan Rusia," ujar Korniychuk.
Korniychuk mengatakan, Iron Dome tidak ia anggap sebagai senjata melainkan perlengkapan pelindung.
Sebelumnya diberitakan, seusai Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022), Ukraina menerima simpati dan bantuan dari banyak negara, khususnya negara-negara barat.
Israel adalah satu dari banyak negara yang turut memberikan bantuan kepada Ukraina.
Namun ada suatu permasalahan sehingga pemerintah Ukraina sempat mengeluhkan soal bantuan yang diberikan oleh Israel.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.tv, keluhan tersebut disampaikan oleh Duta Besar Ukraina untuk Israel, Yevgen Korniychuk.
Korniychuk mengutarakan kekecewaannya karena pemerintah Israel enggan memberikan bantuan pertahanan.
Di hadapan para wartawan di Tel Aviv, Korniychuk lalu mengenakan helm bantuan Israel sambil menyampaikan sebuah sindiran.
"Tolong beri tahu saya bagaimana Anda bisa membunuh dengan benda ini? Ini tidak mungkin. Jadi saya tidak tahu apa yang ditakuti orang-orang ini," ujar Korniychuk pada Senin (7/3/2022) waktu setempat.
Kendati demikian, Korniychuk tetap menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett terkait upaya Israel menjadi mediator.
Baca juga: Ukraina Dibanjiri Bantuan Senjata, Polisi Swedia Khawatir Gangster Ikut Diuntungkan
Putin Minta Maaf pada PM Israel
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat meminta maaf pada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Kamis (5/5/2022).
Pernyataan tersebut dibuat setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengucapkan hal kontroversial.
Ia menyamakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pimpinan Nazi Adolf Hitler yang disebut memiliki darah Yahudi.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Jumat (6/5/2022), dalam sebuah wawancara dengan Rete 4 dari penyiar Mediaset Italia, Lavrov berbicara tentang sikap fundamental Rusia pada peristiwa di Ukraina.
Selama wawancara, Lavrov juga mengomentari pernyataan Zelensky bahwa de-nazifikasi tidak mungkin dilakukan di negaranya karena dia adalah orang Yahudi.
"Saya bisa saja salah, tetapi Hitler juga memiliki darah Yahudi. (Bahwa Zelensky adalah Yahudi) tidak berarti mutlak (bebas dari Nazi). Orang-orang Yahudi yang bijaksana mengatakan bahwa anti-Semit yang paling bersemangat biasanya adalah orang-orang Yahudi sendiri," tutur Lavrov, Minggu (1/5/2022).
Pernyataan ini diungkapkannya beberapa hari setelah Israel memperingati Hari Peringatan Holocaust yang merupakan acara paling khidmat dalam kalender Israel.
Akibatnya, pada hari Kamis, Bennett dan Putin melalui sambungan telepon membahas pernyataan tersebut.
Dilansir dari media Rusia TASS, percakapan itu dibagikan oleh kantor pers PM Israel.
"Perdana menteri telah menerima permintaan maaf Putin atas kata-kata Lavrov dan berterima kasih kepada presiden karena menjelaskan sikapnya terhadap orang-orang Yahudi dan peringatan korban Holocaust," bunyi pernyataan itu.
Kantor pers Bennett juga melaporkan bahwa perdana menteri tersebut berterima kasih kepada Putin atas sambutannya yang diberikan pada peringatan 74 tahun Hari Kemerdekaan di Israel.
Kantor pers Kremlin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari sebelumnya bahwa Putin memberi selamat kepada Bennett atas Hari Kemerdekaan Israel, yang dirayakan pada 5 Mei.
"Kepala negara Rusia telah menyampaikan ucapan selamat yang hangat kepada Naftali Bennett dan rakyat Israel pada kesempatan hari libur nasional hari ini - Hari Kemerdekaan," bunyi pernyataan itu.
Kantor pers Kremlin mengatakan dalam pernyataannya bahwa kedua pemimpin menyatakan minat bersama dalam pengembangan masa depan hubungan Rusia-Israel dan dukungan lebih lanjut dari kontak yang berguna antara otoritas kedua negara.
"Menjelang Hari Kemenangan, yang dirayakan baik di Rusia dan Israel pada 9 Mei, Vladimir Putin dan Naftali Bennett menekankan pentingnya tanggal ini bagi orang-orang dari kedua negara, yang menghargai kebenaran sejarah dari peristiwa tahun-tahun ini dan memperingati memori semua yang gugur, termasuk korban Holocaust.". (TribunWow.com/Anung/Via)