Konflik Rusia Vs Ukraina
Sanksi Tak Mempan, Jubir Putin Sebut Barat Sudah Kehabisan Akal untuk Menekan Rusia
Juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov menyebut pihak Barat kesulitan menghentikan Rusia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rusia menilai sanksi yang dijatuhkan pihak Barat telah menjadi ajang kompetisi bagi para anggotanya.
Dilansir TribunWow.com, negara-negara tersebut bersaing satu sama lain untuk mengambil langkah melawan Rusia.
Namun, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai mereka kehabisan tindakan untuk menekan Moskow.
Baca juga: Pakai Meme, Diplomat China Ledek Negara Eropa yang Menderita karena Musuhi Rusia di Konflik Ukraina
Seperti dilaporkan media Rusia TASS, Selasa (26/7/2022), hal ini diungkapkannya ketika mengomentari kemungkinan larangan penerbitan visa Schengen ke Rusia.
Ia menyebut bahwa strategi anti-Rusia yang dijatuhkan akibat konflik di Ukraina sudah mulai tidak menunjukkan hasil.
Menurut juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut, tindakan yang dilakukan Barat telah sia-sia dan tidak bisa lagi menekan Moskow.
"Kita dapat melihat bahwa negara-negara Uni Eropa dan negara-negara Amerika Utara benar-benar bersaing satu sama lain untuk mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap Rusia," terang Peskov kepada awak media, Selasa (26/7/2022).
Ia menilai Barat sudah kehabisan akal untuk menghentikan sepak terjang Rusia yang terbukti tak bisa ditekan.
"Namun, kami juga dapat melihat bahwa mereka kehabisan tindakan yang mereka harapkan akan menekan kami dan membuat kami mengubah posisi kami, meskipun itu adalah keyakinan yang salah."
Peskov menekankan bahwa Moskow akan bereaksi sangat negatif dan mengambil tindakan jika Finlandia membatasi pemberian visa kepada Rusia.
Namun, pihaknya berharap inisiatif seperti itu tidak akan dilaksanakan.
"Reaksi Rusia akan negatif; sejauh yang kami pahami, sejauh ini ide ini belum diterapkan; semoga tidak (diimplementasikan-red). Tapi, tentu saja, setiap kegiatan seperti itu terhadap warga Rusia akan memicu tindakan balasan, tanggapan," beber Peskov.
Dia menambahkan bahwa reaksi Moskow terhadap keputusan Finlandia semacam itu akan dapat dimengerti dan cukup dapat diprediksi.

Baca juga: Soal Sanksi terhadap Rusia, Jubir Putin Buka Suara: Apa yang Tak Membunuhmu Membuatmu Lebih Kuat
Sebelumnya, Putin sempat mengatakan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia akan menjadi bumerang terhadap pihak Barat.
Di antaranya adalah dalam bentuk harga pangan dan energi yang lebih tinggi.
Dilansir TribunWow.com dari kanal media Aljazeera, Kamis (10/3/2022), Putin mengatakan tidak ada alternatif untuk apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Ia tegas mengatakan Rusia bukanlah negara yang akan mengkompromikan kedaulatannya hanya untuk semacam keuntungan ekonomi jangka pendek.
"Sanksi ini akan dikenakan dalam hal apa pun," kata Putin dalam pertemuan dengan jajaran pemerintahan Rusia pada hari Kamis (10/3/2022).
"Ada beberapa pertanyaan, masalah dan kesulitan, tetapi di masa lalu kami telah mengatasinya dan kami akan bisa mengatasinya sekarang."
"Pada akhirnya, ini semua akan mengarah pada peningkatan kemerdekaan, swasembada, dan kedaulatan kami," tegasnya.
Baca juga: Vladimir Putin Kirim Menlu Rusia Keliling Afrika untuk Cari Dukungan, Bentuk Aliansi Anti-Barat?
Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri Akibat Sanksi
Rusia disebut telah gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad.
Dilansir TribunWow.com dari Newsweek, Senin (27/6/2022) negara itu pun semakin tersisih secara ekonomi, finansial, dan politik, di tengah perang Presiden Rusia Vladimir Putin melawan Ukraina.
Disinyalir hal ini akan berakibat buruk pada perekonomian Rusia selama beberapa waktu mendatang.
Baca juga: Negara-negara Barat Keroyok Rusia Pakai Sanksi Ekonomi, Putin Sebut AS dkk Salah Pilih Musuh
Rusia telah gagal memenuhi tenggat waktu pada Minggu (26/6/2022) malam, untuk masa tenggang 30 hari atas pembayaran bunga sebesar 100 juta dolar AS pada dua Eurobonds yang awalnya jatuh tempo pada 27 Mei.
Kremlin telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya memiliki dana untuk melakukan pembayaran 100 juta dolar AS.
Tetapi sanksi keras yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat sebagai tanggapan atas perang Putin, yang dimulai pada Februari, membuat hal itu tidak mungkin dilakukan.
Dua sumber secara terpisah mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa beberapa pemegang obligasi Rusia dari Taiwan dalam mata uang euro belum menerima pembayaran bunga pada hari Senin.
Itu terjadi setelah Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan AS pada akhir Mei secara efektif menghentikan Rusia melakukan pembayaran.
Lembaga pemeringkat internasional diharapkan untuk menyampaikan pernyataan resmi tentang kegagalan Rusia atas utang luar negerinya, yang pertama terjadi sejak revolusi Bolshevik pada tahun 1918.
Sebuah kegagalan membayar utang (default) berarti bahwa Rusia tidak akan dapat mengakses pasar pinjaman internasional sampai membayar kembali kreditur secara penuh, dan menyelesaikan setiap kasus hukum yang berasal dari default.
Baca juga: Galang Dana Lawan Pasukan Militer Rusia, Sekelompok Wanita Ukraina Jual Foto Tanpa Busana
Chris Weafer, mantan kepala strategi di bank terbesar Rusia Sberbank-CIB dan kepala eksekutif di konsultan Macro Advisory yang berbasis di Moskow, mengatakan kepada program BBC Today bahwa default formal akan memicu pembayaran sejumlah besar utang negara.
"Beberapa bagian dari utang itu sekarang akan jatuh tempo secara otomatis karena akan ada klausul pelunasan lebih awal di semua instrumen utang, jadi jika anda gagal bayar pada salah satunya biasanya memicu permintaan segera untuk pembayaran utang lainnya, jadi Rusia pasti bisa menghadapi pelunasan utang segera sebesar sekitar $20 miliar pada tahap ini," tutur Weafer.
Timothy Ash, ahli strategi senior pasar negara berkembang di Bluebay Asset Management, menggemakan analisis Weafer, memperingatkan dampak jangka panjang yang bisa terjadi pada negara itu.
"Default ini akan berdampak pada peringkat Rusia, akses pasar dan biaya pembiayaan untuk tahun-tahun mendatang," kata Ash kepada CNBC.
"Dan penting di sini, mengingat Departemen Keuangan AS memaksa Rusia untuk default, Rusia hanya akan dapat keluar dari default ketika Departemen Keuangan AS memberi pemegang obligasi lampu hijau untuk menegosiasikan persyaratan dengan kreditur asing Rusia."(TribunWow.com/Via)