Konflik Rusia Vs Ukraina
Miliarder Rusia Kembali Ditemukan Tewas Misterius, Keterlibatan Putin dan Pengikutnya Dipertanyakan
Keterlibatan Presiden Rusia Vladimir Putin dan elite politiknya dipertanyakan dalam serangkaian kasus kematian miliarder Rusia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Sejumlah tokoh elite Rusia terang-terangan menyatakan penolakan atas invasi negaranya ke Ukraina.
Mereka adalah segelintir orang yang berani menyatakan pendapat di tengah tekanan pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Dua di antaranya adalah seorang diplomat internasional dan anggota direksi perusahaan keuangan milik pemerintah.

Baca juga: Kirim Surat ke PBB, Sahabat Putin Minta Seluruh Negara Bersatu demi Hindari Potensi Perang Dunia 3
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Rabu (25/5/2022), Igor Volobuyev menghabiskan dua dekade bekerja di jantung pendirian bisnis Rusia, pertama untuk Gazprom kemudian untuk afiliasinya Gazprombank.
Di perusahaan terakhir, Volobuyev menjadi wakil presiden direksi hingga Februari tahun ini.
Setelah Putin melancarkan perangnya di Ukraina pada akhir Februari, Volobuyev memutuskan dia tidak tahan lagi tinggal di Rusia.
Pria itu pun mengemasi ransel kecil berisi barang-barang dan setumpuk uang tunai, dan terbang ke luar negeri pada tanggal 2 Maret, berpura-pura pergi berlibur.
Beberapa hari kemudian, Volobuyev menyeberang dari Polandia ke Ukraina, di mana dia menghabiskan masa kecilnya.
Sekarang, dia menghabiskan hari-harinya mencoba meyakinkan para pejabat untuk memberinya dokumen Ukraina dan mengizinkannya mendaftar untuk dinas militer.
"Saya ingin pergi ke tempat di mana saya bisa mempertahankan tanah air saya dengan senjata, saya berusaha setiap hari," kata Volobuyev dalam sebuah wawancara di pinggiran ibukota, Kyiv.
"Saya tidak akan pernah kembali ke Rusia."
Ratusan ribu orang Rusia diyakini telah meninggalkan negara itu sejak Putin melancarkan perang.
Banyak intelektual, jurnalis, dan aktivis telah menyuarakan penentangan mereka terhadap konflik tersebut.
Namun, di kalangan elite politik dan pebisnis, pembelotan sangat jarang terjadi.
Terlepas dari laporan tentang kecemasan yang meluas atas invasi ke Ukraina, hanya segelintir orang yang berani berbicara di depan umum untuk mengutuk perang tersebut.