Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Diklaim Punya Rencana Horor untuk Fase Perang Ukraina, Sejarawan Sebut Tiru Hitler dan Stalin
Profesor bidang sejarah Timothy Snyder mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin punya rencana yang akan akibatkan bencana global.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Seorang sejarawan membeberkan spekulasi mengenai rencana Presiden Rusia Vladimir Putin yang disebut mengerikan.
Dilansir TribunWow.com, pemimpin Kremlin itu dikatakan memiliki rencana serupa diktator Joseph Stalin dan Adolf Hitler, sebagai fase berikutnya dari perangnya.
Seperti dilaporkan Express, Senin (4/7/2022), rencana itu kabarnya akan memberi dampak menakutkan di mana puluhan juta orang bisa menderita kelaparan.
Baca juga: Menlu Rusia Jawab Ketus Sindiran Jurnalis Ukraina yang Terang-terangan Tuding Negaranya Curi Gandum
Timothy Snyder, Profesor Sejarah Levin di Yale, mengklaim pemimpin Rusia itu telah mulai menjalankan rencana serupa dengan Joseph Stalin dan Adolf Hitler, yang didasarkan pada 'politik kelaparan'.
"Rusia memiliki rencana (untuk membuat) kelaparan. Vladimir Putin sedang bersiap untuk membuat banyak negara berkembang kelaparan sebagai tahap selanjutnya dalam perangnya di Eropa," beber Snyder.
Menurutnya, rencana tersebut berpusat di sekitar pengendalian ekspor gandum Ukraina.
Dengan mencegah Ukraina memproduksi dan mengirimkan ekspor gandum, maka rakyat Afrika dan Asia akan menanggung akibatnya.
Baca juga: Rusia Dituding Jarah Kloset Duduk hingga 400.000 Ton Gandum dari Rumah Penduduk Ukraina
"Dalam waktu normal, Ukraina adalah pengekspor bahan makanan terkemuka. Blokade angkatan laut Rusia sekarang mencegah Ukraina mengekspor gandum. Jika blokade Rusia berlanjut, puluhan juta ton makanan akan membusuk dalam silo, dan puluhan juta orang di Afrika dan Asia akan kelaparan," tutur sang sejarawan.
"Kengerian rencana kelaparan Putin begitu hebat sehingga kami kesulitan memahaminya. Kami juga cenderung lupa betapa pentingnya makanan bagi politik. Beberapa contoh sejarah dapat membantu."
Adapun tujuan dari rencana tersebut adalah untuk memenangkan pertempuran dan memutus rantai bantuan untuk Ukraina.
Snyder menyimpulkan bahwa strategi ini adalah tingkat penjajahan baru yang sedang dieksekusi oleh Putin.
"Rusia berencana untuk membuat orang Asia dan Afrika kelaparan untuk memenangkan perangnya di Eropa. Ini adalah tingkat kolonialisme baru, dan babak terakhir dari politik kelaparan."
AS Pergoki Kapal Rusia Jual Gandum Ukraina
Pejabat Ukraina menuduh Rusia mencuri sekitar 600 ribu ton biji-bijian dan mengekspor sebagian darinya.
Namun Rusia menyangkal telah mencuri gandum di tengah peperangan, apalagi menjualnya.
Dua negara yang tengah berkonflik itu pun saling tuding, sementara AS mengaku memiliki bukti kuat.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Kamis (9/6/2022), mengakses persediaan gandum Ukraina telah menjadi hal yang mendesak secara internasional.
Pasalnya, jutaan ton gandum tersebut biasanya diekspor setiap tahun ke Afrika dan Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Tapi kini gandum yang berada di silo penyimpanan itu tidak bisa dikirim karena angkatan laut Rusia memblokade pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Baca juga: PBB Bersiap Hadapi Potensi Bencana Kelaparan Global sebagai Dampak Perang Ukraina dan Rusia
Sementara, Rusia mengatakan Ukraina harus membersihkan ranjau di lepas pantai Laut Hitam agar koridor ekspor biji-bijian dapat beroperasi.
Di sisi lain, AS juga menuduh bahwa Rusia sedang mencoba untuk menjual gandum Ukraina yang dicuri ke negara-negara yang dilanda kekeringan di Afrika.
Pada pertengahan Mei, AS mengirimkan peringatan ke 14 negara, sebagian besar di Afrika, bahwa kapal kargo Rusia meninggalkan pelabuhan dekat Ukraina dengan membawa gandum.
Hal ini diperkuat dengan pengakuan Yevgeny Balitsky, yang bertanggung jawab atas wilayah yang dikuasai Rusia di wilayah Zaporizhzhia.
Ia mengatakan pasokan gandum telah dibawa meninggalkan wilayah itu dengan kereta barang menuju Krimea.
Dari wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2014 itu, gandum tersebut rencananya akan dibawa ke pembeli di Timur Tengah.
Dia mengatakan kepada TV pemerintah Rusia "kontrak utama sedang diselesaikan dengan Turki" - tanpa memberikan rincian.
Seorang juru bicara otoritas pendudukan Rusia di Krimea, Oleg Kryuchkov, mengatakan 11 gerobak gandum telah tiba di Krimea dari Melitopol, sebuah kota di Zaporizhzhia.
Dia berbicara kepada kantor berita negara Rusia RIA, yang juga mengatakan gandum sedang diangkut dari wilayah Kherson yang diduduki.
Saat dikonfirmasi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah bahwa pihaknya menghalangi ekspor gandum Ukraina.
Tangan kanan Presiden Rusia Vladimir Putin itu mengatakan bahwa tanggung jawab ada pada Ukraina karena memasang ranjau di perairan Odesa dan pelabuhan lainnya.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Ukraina mengatakan Ukraina tidak bersedia membersihkan ranjau di pantai karena khawatir Rusia akan menggunakan koridor gandum untuk menyerang Ukraina selatan.
Turki sedang mencoba untuk menengahi kesepakatan untuk menciptakan koridor maritim yang aman.
Pekan lalu duta besar Ukraina untuk Turki, Vasyl Bodnar, mengatakan Rusia mengirimkan gandum curian dari Krimea, dan Turki termasuk di antara tujuannya.
"Kami telah mengajukan permohonan kami kepada Turki untuk membantu kami dan, atas saran dari pihak Turki, meluncurkan kasus pidana mengenai mereka yang mencuri dan menjual biji-bijian," katanya seperti dikutip Reuters.
Ketua Asosiasi Gandum Ukraina, Mykola Gorbachov telah memperingatkan bahwa, jika ekspor tidak dapat dilanjutkan dari pelabuhan Ukraina, panen berikutnya, mulai akhir Juli, akan sangat terpengaruh.
Dia mengatakan ekspor gandum Ukraina akan dibatasi maksimal 20 juta ton tahun depan, padahal tahun lalu pihaknya berhasil mengekspor hingga 44,7 juta ton.(TribunWow.com/ Via)