Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tuding Uni Eropa dan NATO Berkoalisi Keroyok Rusia, Menlu Putin Bandingkan Ukraina dengan Nazi

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov merasa yakin bahwa NATO dan Uni Eropa (UE) sedang membangun koalisi yang pada akhirnya bisa berperang dengan R

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP
Potret Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Terbaru, Lavrov menuding Uni Eropa dan NATO berkoalisi memerangi Rusia, Jumat (24/6/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov merasa yakin bahwa NATO dan Uni Eropa (UE) sedang membangun koalisi yang pada akhirnya bisa berperang dengan Rusia.

Dilansir TribunWow.com dari Newsweek, Jumat (24/5/2022), menilai tindakan tersebut sebagai strategi yang serupa dilakukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.

Orang kepercayaan Presiden Rusia Vladimir Putin itu juga membahas persetujuan yang diperoleh Ukraina untuk menjadi kandidat anggota UE.

Baca juga: London Jadi Kota Pertama yang Dibom jika PD III Pecah, Jenderal Rusia Ungkap Strategi Kalahkan NATO

Media pemerintah Rusia melaporkan Lavrov membuat komentar tersebut saat berbicara pada konferensi pers di Baku, Azerbaijan, setelah pertemuan dengan Jeyhun Bayramov, menteri luar negeri Azerbaijan.

Selama konferensi dengan wartawan, Lavrov membahas keputusan Uni Eropa untuk memberikan status pencalonan ke Ukraina dan Moldova pada Kamis (23/6/2022).

Baik Ukraina dan Moldova melamar untuk bergabung dengan organisasi itu segera setelah Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina pada akhir Februari.

Langkah UE, yang merupakan langkah pertama dalam proses keanggotaan penuh, dipandang sebagai tanda dukungan bagi Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.

RT, outlet berita negara Rusia, melaporkan bahwa Lavrov juga membandingkan tindakan NATO dan Uni Eropa baru-baru ini dengan strategi yang digunakan oleh Adolf Hitler sebelum diktator Nazi itu menyerang Uni Soviet.

"Hitler mengumpulkan bagian penting, jika bukan sebagian besar, dari negara-negara Eropa di bawah panjinya untuk perang melawan Uni Soviet," kata Lavrov.

"Sekarang, UE bersama dengan NATO membentuk koalisi lain, yang lebih modern, untuk kebuntuan dan, pada akhirnya, perang dengan Federasi Rusia."

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kanan) saat menjalani wawancara eksklusif dengan BBC, Kamis (16/6/2022).
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kanan) saat menjalani wawancara eksklusif dengan BBC, Kamis (16/6/2022). (bbc.com)

Baca juga: VIDEO Rusia Terima Tantangan Perang Hibrida Habis-habisan dari Barat, Lavrov: Semua Berdampak

Hari itu menandai kedua kalinya Lavrov menyebut nama Hitler dalam beberapa pekan terakhir.

Pada 1 Mei, ia membandingkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang adalah orang Yahudi, dengan pemimpin Nazi.

Komentar tersebut dengan cepat dikutuk oleh Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, yang menuntut permintaan maaf dari Lavrov.

Lapid menyebut perbandingan Lavrov tentang Zelensky dengan Hitler sebagai kesalahan sejarah yang mengerikan dalam sebuah wawancara dengan situs berita Israel Ynet.

"Ini adalah pernyataan skandal yang tak termaafkan," tegas Lapid.

Mikhail Podolyak, seorang penasihat Ukraina untuk kantor kepresidenan, juga termasuk di antara mereka yang mengkritik Lavrov karena menyamakan Zelensky dengan Hitler.

"Pernyataan anti-Semit yang jujur ​​dari Lavrov, tuduhan terhadap orang-orang Yahudi dalam Perang Dunia II dan Holocaust adalah bukti lebih lanjut bahwa Rusia adalah penerus sah ideologi Nazi. Mencoba untuk menulis ulang sejarah, Moskow hanya mencari argumen untuk membenarkan pembantaian warga Ukraina,” kata Podolyak di Twitter.

Adapun sejak awal invasi, Kremlin telah berulang kali mengatakan bahwa salah satu tujuan utamanya dalam menginvasi negara tetangga adalah untuk mende-nazifikasi Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga menggunakan kemungkinan ekspansi NATO sebagai salah satu alasan untuk membenarkan konflik, meskipun Finlandia dan Swedia sama-sama mendaftar untuk bergabung dengan aliansi setelah pecahnya perang.

Dia juga telah memperingatkan NATO dan AS untuk tidak terlibat langsung dalam perang.

Baca juga: Peta Berubah, Menlu Rusia Isyaratkan Pencaplokan Wilayah, Singgung Hilangnya Perbatasan Ukraina

Menlu Rusia Disindir Terang-terangan

Seorang jurnalis Ukraina memanfaatkan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov ke Ankara dengan melontarkan pertanyaan kontroversial.

Jurnalis bernama Muslim Umerov itu menyinggung soal ekspor biji-bijian dari Ukraina, di tengah kekhawatiran kelaparan dunia jika masalah ini tidak diselesaikan.

Ia pun disambut dengan jawaban ketus dari Lavrov yang kemudian menyebut tindakan tersebut sebagai perilaku tak sopan.

Petani Ukraina memuat gandum di mesin untuk disemai di ladang sebelah timur Kyiv pada 16 April 2022.
Petani Ukraina memuat gandum di mesin untuk disemai di ladang sebelah timur Kyiv pada 16 April 2022. (AFP/ Genya Savilov)

Baca juga: Disangsikan Ukraina, Putin Bersedia Beri Jaminan Keselamatan Bersayarat agar Kiev Bisa Ekspor Gandum

Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (9/6/2022), Lavrov saat itu berada di Turki membahas pembentukan koridor aman untuk ekspor gandum Ukraina.

Lantaran tak diberi kesempatan bertanya dalam konferensi pers itu, Umerov nekat berdiri dan berbicara langsung dengan Lavrov.

"Saya dari televisi publik Ukraina, saya benar-benar ingin mengajukan pertanyaan," tegas Umerov.

"Barang apa lagi yang sudah dijual Rusia selain biji gandum, dari semua yang sudah dicuri di Ukraina?"

Lavrov tampak terkejut menghadapi pertanyaan di luar skenario itu.

Seolah tak percaya, ia sempat meminta Umerov mengulangi pertanyaannya sebelum menjawab.

"Anda orang Ukraina selalu khawatir tentang apa yang dapat anda curi dan dari mana, hingga anda kira semua orang berpikir seperti itu," sindir Lavrov sembari tersenyum sinis.

"Saya akan jawab pertanyaan anda."

Kemudian, Lavrov mengulangi pernyataan yang pernah diumumkan Putin tentang tujuan invasi.

Ia juga menyangkal Rusia telah memblokade jalur pelayaran setelah mengusai sebagian besar kawasan pelabuhan Ukraina.

Lavrov mengatakan ekspor gandum tersebut bisa dilakukan dengan hanya butuh perintah dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

"Kami merealisasikan tujuan yang telah dipublikasikan untuk menyingkirkan wilayah timur Ukraina dari tekanan rezim neo-Nazi, itulah yang kami lakukan," tegas Lavrov.

"Dan menyoal biji gandum, kami sudah menerangkan hari ini bahwa gandum tersebut bisa dikirim secara bebas ke tujuannya. Rusia tidak menempatkan halangan di jalur tersebut."

"Hanya butuh perintah dari Zelensky, jika dia masih bisa memerintah di sana, untuk mengizinkan kapal asing dan kapal Ukraina untuk berlayar di Laut Hitam."

Dihubungi kemudian oleh Agence France-Presse, Umerov, yang berbasis di Istanbul untuk televisi publik Ukraina, menjelaskan bahwa dia telah mengangkat tangannya selama seluruh sesi tanya-jawab.

Tetapi ia kemudian menyadari bahwa penyelenggara tidak akan membiarknya berbicara hingga memutuskan untuk menyela dengan keras.

"Saya mengambil risiko mengganggu konferensi pers karena seluruh Ukraina sedang menunggu jawaban atas pertanyaan ini," kata Umerov.

Di sisi lain, setelah kejadian tersebut, Lavrov menggambarkan perilaku duta besar Ukraina di sejumlah negara Barat sebagai sikap yang tidak dapat diterima dan tidak sopan,

"Saya juga kadang-kadang dituduh memilih kata-kata yang buruk, tetapi memilih kata-kata dengan buruk adalah satu hal, dan itu adalah hal yang sama sekali berbeda dari maksud tersebut," kata Lavrov dilansir TASS, Rabu (8/6/2022).

Dia mengatakan dia telah membahas masalah ini secara singkat dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu, dan mengklaim memiliki pemahaman yang sama mengenai berbicara dengan sopan.(TribunWow.com/ Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVolodymyr ZelenskyRusiaNATOUni Eropa
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved