Konflik Rusia Vs Ukraina
Sebut Inggris Harus Siap Hadapi Rusia, Eks Kepala Pasukan Khusus Soroti Potensi Putin Perangi Barat
Mantan Kepala Pasukan Khusus Inggris memperingatkan Angkatan bersenjata Inggris harus siap dan bersedia untuk melawan Rusia di Eropa.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Mantan Kepala Pasukan Khusus Inggris memperingatkan Angkatan bersenjata Inggris harus siap dan bersedia untuk melawan Rusia di Eropa.
Jenderal Sir Adrian Bradshaw, mantan direktur Pasukan Khusus, mengatakan Inggris harus membantu sekutu NATO.
Aksi tersebut perlu dilakukan untuk mencegah akses Presiden Rusia Vladimir Putin memperluas perang di Ukraina menjadi pertempuran melawan Barat.

Baca juga: Putin Kehilangan Kolonel ke-55 Rusia yang Gugur setelah Helikopter-nya Ditembak Rudal Ukraina
Baca juga: Merasa seperti Budak, Paramedis Ukraina yang Kini Bebas Mengungkapkan Kengerian di Tahanan Rusia
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Senin (20/6/2022), Putin dan para pendukungnya telah membuat serangkaian ancaman untuk menyerang negara-negara Barat yang memberikan dukungan material kepada Kyiv saat Ukraina berusaha mengusir pasukan Rusia.
Terkait hal ini, Bradshaw mengutip perkataan rekannya, Jenderal Sir Patrick Sanders, kepala baru Angkatan Darat Inggris.
Pekan lalu, Sanders memperingatkan para tentara bahwa generasi mereka harus mempersiapkan Angkatan Darat untuk berperang di Eropa sekali lagi saat invasi Rusia ke Ukraina mengguncang stabilitas global.
"Ya, dia (Gen Sanders) benar sekali. Intinya, dengan mempersiapkan perang dengan baik, dengan membangun strategi pencegahan yang benar-benar kokoh, kita akan menghentikan perang yang terjadi," tutur Bradshaw dalam program Today BBC Radio 4.
"Putin telah menunjukkan kepada kita bahwa dia siap untuk mengambil risiko terlibat dalam perang terbuka di Eropa. Dia melakukan itu di Ukraina, dengan konsekuensi yang mengerikan."
Sebelumnya, Jenderal Sanders menulis pesan untuk pasukan Inggris.
Ia menegaskan bahwa pasukannya harus bersiap menghadapi perang di masa yang tidak menentu saat ini.
Karenanya, ia menekankan bahwa tentara Inggris harus siap menghadapi ancaman Rusia.
"Saya adalah Kepala Staf Umum pertama sejak 1941 yang mengambil alih komando Angkatan Darat dalam bayang-bayang perang darat di Eropa yang melibatkan kekuatan kontinental. Skala ancaman abadi dari Rusia menunjukkan bahwa kita telah memasuki era baru ketidakamanan," kata Sanders.
"Ini adalah tugas tunggal saya untuk membuat Angkatan Darat kita mematikan dan seefektif mungkin. Waktunya adalah sekarang dan kesempatan adalah milik kita untuk direbut."
Baca juga: Kerahkan 15 Ribu Tentara di Perbatasan Rusia, Latihan Militer NATO Dinilai Ancam Kemananan Moskow
Baca juga: Sebut Ironis, China Ungkap Pasukan NATO akan Dikerahkan Dekat Rusia setelah Finlandia Bergabung
Menhan AS Tak Yakin Rusia Berani Lawan NATO
Amerika Serikat tidak yakin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki keinginan untuk melawan NATO.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menilai Rusia bukanlah tandingan bagi aliansi gabungan tersebut.
Ia menyebut Putin sebenarnya tidak ingin ada gesekan dengan negara-negara NATO.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (11/5/2022), Austin memberikan pandangannya kepada anggota parlemen selama sidang kongres AS.
Saat ditanya apa yang akan terjadi jika Putin memutuskan untuk menyerang negara anggota NATO, Austin mengaku sangsi.
Ia yakin Rusia tak akan memulai perang dengan aliansi NATO yang terdiri dari gabungan puluhan negara.
"Ketika anda melihat kalkulus Putin, menurut pandangan saya, Rusia tidak ingin mengambil alih aliansi NATO," kata Austin kepada anggota Subkomite Pertahanan Alokasi DPR.
Menurut Austin, Rusia saat ini tengah mengonsentrasikan pasukan di Ukraina.
Meski memiliki kekuatan militer yang besar, Rusia tetap akan kewalahan jika juga harus menghadapi NATO.
Hal ini mengingat pasukan gabungan NATO memiliki jumlah yang begitu besar dengan persenjataan paling lengkap dan mutakhir.
"Dia memiliki sejumlah pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina. Dan dia memiliki beberapa di Belarus dan masih memiliki beberapa di sana," kata Austin.
"Tapi ada 1,9 juta pasukan di NATO. NATO juga memiliki kemampuan paling canggih dari aliansi mana pun di dunia, dalam hal pesawat terbang, shups, jenis persenjataan yang digunakan pasukan darat."
"Jadi ini pertarungan yang sebenarnya tidak dia inginkan," pungkasnya.
Diketahui, tiga bulan setelah invasi Rusia, Moskow pekan ini dilaporkan meluncurkan rudal hipersonik di kota pelabuhan Odesa.
Tetapi tujuan Putin untuk merebut ibu kota Kyiv telah gagal dan dia malah terpaksa memusatkan mesin perangnya di wilayah Donbas timur.
Namun pada kesempatan yang sama, Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley juga mengatakan penggunaan senjata hipersonik Rusia tidak memiliki efek yang benar-benar signifikan atau mengubah permainan.
Ia tampaknya menilai serangan Rusia saat ini belum menjadi ancaman global.(TribunWow.com/Via)