Konflik Rusia Vs Ukraina
Sedang Berkumpul untuk Rapat, Lebih dari 50 Petinggi Militer Ukraina Tewas Kena Serangan Misil Rusia
50 orang yang terdiri dari jenderal dan petinggi pasukan militer Ukraina terbunuh dalam sebuah serangan misil yang dilakukan oleh Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Kekalahan besar baru saja dialami oleh pasukan militer Ukraina.
Sekitar 50 lebih personil militer Ukraina yang terdiri dari jenderal hingga petinggi lainnya tewas dalam satu serangan misil pasukan Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari rt.com, kabar ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada Minggu (19/6/2022).
Baca juga: Bayar Aktor Rp 370 Ribu, Intelijen Ukraina Siapkan Rekayasa Tentara Rusia Bakar Rumah Warga Sipil
Baca juga: Buntut Konflik Rusia-Ukraina, Pasukan Militer Inggris Bersiap Hadapi Perang Dunia III
Serangan dilakukan oleh kapal perang Rusia yang meluncurkan rudal jelajah Kalibr.
Serangan ini diketahui terjadi di Desa Shirokaya Dacha di daerah Dnepropetrovsk.
Ketika serangan terjadi, sejumlah komandan pasukan militer Ukraina tengah berkumpul untuk mengadakan rapat.
Menurut keterangan Kemenhan Rusia, misil Kalibr juga digunakan untuk menghancurkan 10 howitzer M777 dan 20 kendaraan lapis baja yang merupakan bantuan negara-negara barat.
Kala itu misil diluncurkan ke sebuah bangunan pabrik di bagian selatan Kota Nikolayev.
Jumlah tentara Ukraina yang meninggalkan pos mereka tanpa izin diketahui semakin meningkat.
Naiknya angka desersi ini diikuti oleh beredarnya video di internet berisi keluhan para tentara beserta alasan mereka kabur dari medan perang saat melawan pasukan militer Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Minggu (19/6/2022), dulu Parlemen Ukraina sempat meloloskan RUU yang membolehkan komandan pasukan untuk mengeksekusi tentara yang menjadi desersi.
Namun RUU ini telah ditarik pada 24 Mei 2022 lalu.
Menurut analisis rt.com, kehadiran RUU tersebut menandakan bahwa masalah desersi di dalam tubuh pasukan militer Ukraina adalah masalah serius.
Baca juga: NATO Janji Tetap Dukung Ukraina meski Perang Lawan Rusia Terjadi Bertahun-tahun: Tak Boleh Putus Asa
Satu dari beberapa video yang paling sensasional diunggah pada 28 April 2022 lalu.
Video tersebut menampilkan seorang tentara Ukraina menceritakan kebrutalan komandannya.
Ia bercerita, dirinya dan rekannya diminta untuk berjaga di sebuah hutan di Desa Yampol, Donetsk.
"Kami duduk di sana selama lima atau enam hari, dan komandan menelantarkan kami," kata tentara tersebut.
Tentara Ukraina tersebut bercerita, pada akhirnya ia dan rekannya kabur meninggalkan pos tersebut karena merasa mustahil bisa menang melawan pasukan Rusia yang saat itu menggunakan tank.
Video tersebut sempat dianggap sebagai berita palsu oleh masyarakat di Ukraina.
Barat Tidak Ingin Rusia Kalah Total
Ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich menjelaskan bahwa negara-negara barat saat ini tidak ingin Rusia mengalami kekalahan total.
Arestovich menjelaskan negara barat saat ini tidak mempersenjatai Ukraina dengan senjata-senjata berat seperti tank dan pesawat.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Minggu (19/6/2022), menurut Arestovich, sikap ini jelas menunjukkan bahwa negara barat berharap terjadi negosiasi antara Rusia dan Ukraina.
"Mereka tidak ingin Rusia mengalami kekalahan total," kata Arestovich, Jumat (17/6/2022).
"Mereka ingin memaksa Rusia untuk bernegosiasi demi mencapai perdamaian," ujarnya.
Namun Arestovich memperingatkan bahwa rencana negosiasi yang diharapkan oleh negara tersebut dipastikan akan gagal.
Ia mengatakan, solusi akhir adalah Ukraina merebut kembali wilayah yang dikuasai Rusia menggunakan kekuatan militer.
Arestovich mengatakan, pada suatu hari Rusia akan menarik pasukan militernya seperti yang dulu dilakukan di Kiev, Sumy, dan Chernigov.
Baca juga: Negara-negara Barat Keroyok Rusia Pakai Sanksi Ekonomi, Putin Sebut AS dkk Salah Pilih Musuh
Menurut Arestovich, pada saat itu Rusia menyadari aksi yang mereka lakukan adalah hal yang sia-sia.
Sementara itu menurut penjelasan RT.com, aksi menarik pasukan militer yang dilakukan Rusia pada saat itu merupakan bentuk sikap kooperatif karena akan diadakannya perundingan damai di Istanbul, Turki yang kini berhenti di tengah jalan.
Sebelumnya, Jerman diketahui telah bersikap ragu-ragu dalam mengirimkan senjata berat berupa tank ke Ukraina untuk menghadapi serangan pasukan militer Rusia.
Seorang pejabat pemerintahan Jerman mengakui Jerman khawatir jika Ukraina menang melawan Rusia, Ukraina justru akan bersikap kelewat batas karena terlalu percaya diri.
Dikhawatirkan Ukraina akan melakukan serangan masuk ke teritorial Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, informasi ini disampaikan oleh pejabat pemerintahan yang namanya dirahasiakan ke media massa asal Jerman Der Spiegel.
Apabila hal tersebut terjadi maka akan kembali terulang sejarah serangan tank milik Jerman ke Rusia seperti zaman invasi Nazi ke Uni Soviet pada tahun 1941 silam.
Pejabat pemerintahan Jerman itu mengiyakan bahwa Berlin meragukan sikap Presiden Volodymyr Zelensky.
Sejauh ini negara yang mengirimkan senjata berat berupa tank ke Ukraina baru Polandia hingga Republik Ceko.
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis belum melakukan hal tersebut.
(TribunWow.com/Anung/Via)