Konflik Rusia Vs Ukraina
Ungkap Korupsi Komandan Ukraina, 2 Tentara Veteran AS Terancam Hukuman Mati setelah Ditangkap Rusia
Dua veteran tentara AS yang dinyatakan hilang menghadapi ancaman hukuman mati di kamp penahanan Donbas.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Huynh, rekannya, mengatakan bahwa dia melakukan perjalanan ke Ukraina pada bulan April dan menghubungi seorang pendeta Polandia yang mengawasi bantuan kemanusiaan.
Setelah bergabung dengan pasukan Ukraina, dia pergi tak lama setelah itu, dengan alasan adanya korupsi dan disorganisasi dalam barisan.
"Para komandan sangat korup dan pasukan sangat tidak siap dan kekurangan logistik," ujar Huynh.
Sementara, Drueke yang juga memulai tugasnya di Ukraina dengan pasukan yang sama, mengatakan dia tidak puas dengan kualitas orang mereka.
Kedua pria tersebut melakukan perjalanan ke negara itu untuk mencari unit yang lebih kompeten untuk bergabung.
Sebelum kemudian mereka bergabung dengan 'Task Force Baguette' di Ukraina timur, sebuah unit tentara bayaran asing yang sebagian besar terdiri dari veteran Amerika dan Prancis.
Baca juga: Akhirnya Ditemukan, 2 Veteran Tentara AS Disebut Menyerah ke Rusia dan Menyesal Bela Ukraina
Baca juga: Terekam Kamera Satelit Bawa Kabur Gandum Ukraina ke Suriah, Rusia Beri Bantahan
Pengakuan Tentara Inggris yang Dijatuhi Hukuman Mati
Warga negara Inggris Aiden Aslin sempat melakukan wawancara dengan media Rusia rt.com sebelum dirinya menerima vonis hukuman mati di pengadilan di Donetsk.
Aslin ditangkap pasukan militer Rusia saat terlibat dalam konflik di Ukraina kemudian menyerah pada pertengahan April 2022.
Saat diwawancara rt.com, Aslin mengaku sudah sejak lama mengikuti perjalanan konflik Ukraina sejak tahun 2014 lalu.
Pada awalnya Aslin mengaku dirinya merupakan orang yang pro terhadap Rusia dan pro Donbass.
Dikutip TribunWow.com, Aslin bercerita, pandangannya terhadap Rusia mulai berubah setelah ia melihat pemberitaan dari media-media barat seperti CNN hingga Fox News.
Namun semenjak menyerah ke milisi Republik Rakyat Donetsk, Aslin mengaku pandangannya kembali berubah dan kini ia merasa memiliki banyak kesamaan dengan prajurit di Donbass ketimbang tentara Ukraina.
Melihat perjalanan hidupnya, Aslin bercerita ia seharusnya mencari pekerjaan untuk warga sipil, bukannya bergabung dengan pasukan militer Ukraina.
"Tidak memilih untuk menjadi bidak politik di dalam sistem militer," kata Aslin.