Konflik Rusia Vs Ukraina
Presenter TV Amerika Bongkar Kebohongan Joe Biden soal Putin dan Konflik Rusia-Ukraina
Presenter TV Fox News Tucker Carlson menerbitkan sebuah artikel mengenai Presiden AS Joe Biden.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presenter TV Fox News Tucker Carlson menerbitkan sebuah artikel mengenai Presiden AS Joe Biden.
Dia menjelaskan bahwa kepemimpinan saat inilah yang harus disalahkan atas krisis bahan bakar di Amerika.
Carlson juga membeberkan kebohongan Joe Biden yang justru menuding Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca juga: Biden Ngaku Sudah Peringatkan Ukraina soal Invasi Rusia: Zelensky Tidak Mau Mendengar
Baca juga: Video Detik-detik Joe Biden Dievakuasi karena Pesawat Misterius Dekati Rumahnya, Apa yang Terjadi?
Dilansir TribunWow.com dari RIA Novosti, Jumat (17/6/2022), Biden telah berulang kali mengaitkan rekor inflasi di Amerika Serikat dengan situasi di Ukraina.
Ia menyalahkan Putin yang menginisiasi serangan itu sebagai penyebab krisis pangan hingga migas di seluruh dunia.
Adapun menurut publikasi tingkat inflasi bulan Mei di Amerika Serikat, ternyata angka tersebut adalah yang tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.
Carlson menjelaskan situasi kenaikan harga bensin di AS, yang menurutnya ditandai sebagai bencana.
Menunjukkan cuplikan acara kampanye terakhir pada 2019, ia menyoroti pidato Biden yang menjamin tidak akan menggunakan bahan bakar fosil.
"Akhir dari bahan bakar fosil, fondasi seluruh ekonomi Amerika? Bagaimana kita akan melakukan ini dan mengapa? Biden berulang kali tidak menjelaskan apa-apa, karena tidak ada yang percaya bahwa dia benar-benar akan memenangkan pemilihan. Tidak ada yang kemudian berpikir untuk bertanya," tutur sang wartawan.
Akibatnya, setelah menjadi presiden, Biden segera mulai melakukan apa yang dia janjikan.
"Tidak ada lagi pengeboran, termasuk di rak, dan tidak memberi kesempatan bagi industri minyak untuk melanjutkan bisnis," ujar Carlson.
"Biden berhenti mengeluarkan sewa minyak dan gas baru. Dia membatalkan izin federal untuk pengeboran dan jaringan pipa."
"Kemudian, hanya sebulan yang lalu, pemerintah membatalkan tiga sewa minyak dan gas secara keseluruhan di Alaska dan Teluk Meksiko, dan sekarang secara keseluruhan melikuidasi kontrak untuk hampir setengah juta hektar situs pengeboran potensial."
Selain itu, pemerintah AS telah memberlakukan embargo minyak terhadap Rusia, yang merupakan salah satu produsen energi terbesar di dunia.
"Apa yang terjadi selanjutnya? Bensin mulai berharga lebih dari lima dolar per galon (3.785 liter). Inflasi benar-benar meledak," beber Carlson.
"India dan China menerima minyak Rusia yang jauh lebih murah untuk mendukung ekonomi mereka. Dan rubel menjadi lebih kuat daripada sebelum operasi khusus di Ukraina."
"Dengan demikian, semua orang menjadi kaya kecuali kami. Kami menjadi lebih miskin. Inilah faktanya."
Baca juga: Rusia Klaim Serang Ukraina Justru untuk Cegah Bencana Nuklir dan Perang Dunia Ketiga
Baca juga: Jadi Bumerang Bagi Putin, Invasi Rusia ke Ukraina Justru Dorong Negara-negara Lain Gabung NATO
Joe Biden Klarifikasi Pidatonya soal Putin
Protes muncul dari berbagai pihak setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan sebuah pidato di Warsawa, Polandia, Sabtu (26/3/2022).
Biden mengatakan pada pidatonya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa lagi dibiarkan memegang kuasa.
Ucapan ini kemudian menuai kontroversi dan muncul pertanyaan apakah AS akan ikut berperan mengganti rezim Putin.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, informasi terbaru, Biden diketahui telah menjawab maksud dari perkataannya tersebut.
Seusai menghadiri acara keagamaan di gereja di Washington, seorang reporter bertanya kepada Biden.
Ia bertanya apakah Biden memang menyuarakan agar ada pergantian rezim di Rusia.
Biden kemudian menjawab singkat, "Tidak," kata Biden.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pidato Biden ini bahkan menuai protes dari internal pemerintah AS sendiri.
Diplomat veteran AS, Richard Haass yang kini menjabat sebagai Presiden Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengkritik keras ucapan Biden tersebut.
Ia menyebut ucapan Biden justru semakin memperkeruh suasana.
"Membuat situasi sulit semakin sulit dan situasi gawat semakin berbahaya," kata Haass.
Haass juga menyoroti bagaimana ucapan Biden tersebut berpotensi semakin memperpanjang durasi perang.
Di sisi lain, pidato Biden ini memeroleh apresiasi dari pemerintah Polandia.
"Presiden negara yang paling kuat di dunia datang ke Warsawa dan berbicara sangat jelas soal agresi Rusia," ujar Lukasz Jasina selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia.
"(Biden) mengatakan kepada Rusia bahwa selalu ada waktu untuk mengganti seorang diktator," ujar Jasina mengutip pidato Biden.
Pidato Biden ini kemudian telah ditanggapi oleh pemerintah Rusia.
Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin yakni Dmitry Peskov menyampaikan bukan wewenang AS untuk mencampuri urusan dalam negeri Rusia.
"Presiden Rusia dipilih oleh masyarakat Rusia," ujar Peskov, Sabtu (26/3/2022). (TribunWow.com/Via/Anung)