Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

2 Purnawirawan Tentara AS Ditangkap Pasukan Rusia saat Terlibat Konflik di Ukraina

Dua purnawirawan tentara Amerika Serikat (AS) ditangkap oleh pasukan Rusia di tengah konflik yang terjadi di Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
YouTube The Sun
Veteran tentara Inggris sukarela datang ke Ukraina untuk membantu pasukan Ukraina berperang melawan Rusia. Ilustrasi warga dari berbagai negara di dunia menjadi sukarelawan untuk bertempur di Ukraina. 

TRIBUNWOW.COM - Dua purnawirawan tentara Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah ditangkap oleh pasukan militer Rusia.

Kedua warga AS tersebut ditangkap saat terlibat dalam konflik yang terjadi di Ukraina.

Apabila laporan ini benar, kedua purnawirawan itu akan menjadi warga AS pertama yang menjadi tahanan perang Rusia sejak konflik di Ukraina dimulai pada Februari 2022 lalu.

Baca juga: Penampakan Armada Laut Mematikan Rusia, Kapal Selam Dmitry Donskoy Keluar dari Pantai Severodvinsk

Baca juga: Jembatan Hancur karena Konflik Ukraina-Rusia, 12 Ribu Warga Severodonetsk Terjebak di Dalam Kota

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, identitas kedua purnawirawan tersebut adalah Alexander Drueke (39) dan Andy Huynh (27).

Menurut kesaksian rekan kedua mantan tentara AS tersebut, Alexander dan Andy ditangkap pada Kamis lalu di Desa Izbytske di dekat Kharkiv.

Pada saat itu kedua warga AS tersebut sempat terkena serangan tank.

Namun saat dilakukan pencarian, hanya ditemukan peralatan mereka tanpa adanya keberadaan jenazah.

Kecurigaan semakin bertambah ketika pihak Rusia mengklaim telah mengamankan dua tentara AS yang telah dibawa di dekat Kharkiv.

Alexander diketahui berasal dari Alabama dan bergabung dengan pasukan militer AS setelah insiden 9/11 dan sempat bertugas di Irak.

Sementara itu Andy juga tinggal di Alabama dan sempat berdinas sebagai marinir AS namun tidak memiliki pengalaman tempur.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah AS memastikan akan terus membantu Ukraina menghadapi serangan pasukan militer Rusia.

Namun Kementerian Pertahanan AS menegaskan bahwa tujuan keterlibatannya di Ukraina bukanlah demi terjadinya pergantian rezim pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan, Colin Kahl pada Selasa (14/6/2022).

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Colin menyebut sampai saat ini pemerintah Rusia masih belum berhasil mencapai tujuan operasi militer spesial mereka di Ukraina.

Menurut keterangan Colin, kegagalan Rusia mencapai tujuan mereka dikarenakan adanya bantuan senjata dari AS untuk Ukraina.

Colin mengungkit bagaimana Presiden AS Joe Biden telah mengirimkan bantuan militer ke Ukraina senilai 5,3 miliar USD atau setara Rp 78 triliun.

Menurut keterangan Colin ada beberapa hal yang ingin dicapai oleh AS dalam membantu Ukraina yakni sebagai berikut:

- Memastikan Ukraina dapat mempertahankan negaranya sendiri

- Memberikan Ukraina kapabilitas untuk memperkuat posisi mereka dalam meja negosiasi

- Memastikan Rusia tidak mendapat keuntungan dalam konflik ini

"Tujuan kami bukan lah pergantian rezim di Rusia," ujar Colin.

Colin menuding Putin memiliki ambisi untuk mengembalikan teritorial yang dulu pernah menjadi milik Kekaisaran Rusia.

Namun Colin menyebut ambisi Rusia tersebut tidak akan bisa terealisasi terutama karena pertahanan Ukraina yang kokoh.

Terkait akhir konfik Ukraina-Rusia, Colin menyatakan AS tidak akan meminta kedua belah pihak untuk segera bernegosiasi.

Baca juga: Sosok Babushka Z, Nenek yang Disebut Jadi Ikon Propaganda Rusia Masih Misteri, Ini Fakta di Baliknya

Potensi Rusia Perangi AS Semakin Tinggi

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov memperingatkan potensi terjadinya perang langsung antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) saat ini semakin tinggi.

Ryabkov menyoroti bagaimana AS mengirimi senjata berat ke Ukraina yang memiliki kemampuan untuk menyerang jarak jauh hingga masuk ke teritorial milik Rusia.

Senjata tersebut adalah sistem senjata peluncur roket M142 HIMARS.

Baca juga: Dipenuhi Darah Kering, Kamar Mandi Stasiun Jadi Ruang Penyiksaan, Berikut Pengakuan Warga Ukraina

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, AS sendiri sudah berpesan kepada Ukraina agar tidak menggunakan senjata tersebut untuk menyerang teritorial Rusia.

Pemerintah AS menyatakan tidak akan terlibat dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.

Namun Ryabkov membantah pernyataan AS tersebut.

Ryabkov menegaskan bahwa pengiriman senjata ke Ukraina justru meningkatkan potensi perang langsung antara Rusia dan AS.

Menurut Ryabkov, AS tidak melakukan appaun untuk mencegah konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi semakin besar.

Ryabkov menyebut, AS akan terus mendukung terjadinya perang hingga titik penghabisan warga Ukraina terakhir.

"Ini berbahaya," ujar Ryabkov.

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin dituduh sengaja ingin terjadi bencana krisis pangan global.

Tuduhan ini disampaikan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Zelensky menyebut, saat ini Ukraina dihalangi tidak bisa melakukan ekspor gandum ke negara-negara lain.

Dikutip TribunWow.com dari aljazeera.com, Zelensky mengatakan, pasukan Rusia kini tengah memblokir beberapa pelabuhan di Ukraina.

Pemblokiran ini menyebabkan Ukraina tidak bisa mengekspor 22 juta ton gandum yang telah diproduksi.

Zelensky memperingatkan apabila Ukraina terus dihalangi melakukan ekspor maka ancaman kelaparan akan terjadi.

Ancaman kelaparan ini akan terjadi di negara-negara yang bergantung terhadap gandum dari Ukraina.

Tak hanya bencana kelaparan, Zelensky mengungkit adanya masalah baru yang akan tercipta yakni krisis migrasi.

"Ini adalah sesuatu yang jelas-jelas ingin dicapai oleh pemimpin Rusia," ujar Zelensky.

Zelensky menyebut Rusia sengaja menghalangi ekspor supaya seluruh negara di Eropa menderita dan Ukraina tidak bisa mendapatkan pemasukan.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata di Ukraina, Kamis (19/5/2022).

Hal ini dilakukan dengan menyandera pasokan makanan tidak hanya untuk jutaan orang Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada ekspor Ukraina.

Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Blinken mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina(TribunWow.com/Anung/Via)

Baca berita lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved