Konflik Rusia Vs Ukraina
Pejabat Putin Debat di TV Rusia soal Cara Ancam AS, Gunakan Perang Nuklir hingga Luncurkan Rudal
Sekelompok pejabat Rusia yang muncul di televisi pemerintah mengadakan diskusi intens tentang cara terbaik untuk menunjukkan ancaman kepada AS.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sekelompok pejabat Rusia yang muncul di televisi pemerintah mengadakan diskusi intens tentang cara terbaik untuk menunjukkan ancaman kepada AS.
Kelompok yang diidentifikasi sebagai pakar militer itu, berdebat tentang apakah Rusia harus mengancam AS dengan perang nuklir.
Saran lainnya adalah dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua dan beberapa usulan lain yang didiskusikan secara terbuka di TV Nasional.

Baca juga: Diduga Mata-mata Kiriman Putin, Warga Rusia di Inggris Ditangkap di Bandara atas Dugaan Sabotase
Baca juga: Pejabat Rusia Sebut Kiamat Nuklir akan Lenyapkan Eropa Buntut Klaim Eks Menlu Polandia soal Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari Newsweek, Selasa (14/6/2022), hubungan AS dan Rusia makin memburuk sejak invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Rusia mengecam paket bantuan yang diberikan AS untuk Ukraina yang terdiri dari senjata dan logistik.
Tak heran, berbagai seruan anti Amerika semakin sering digaungkan termasuk di tayangan televisi Rusia.
Dalam tayangan terkait, seorang ahli militer Alexei Leokov, mengatakan bahwa Rusia harus terbiasa menjadi sebuah kekaisaran.
"Karena kita adalah sebuah kerajaan, kita harus bertindak seperti sebuah kerajaan," kata Leokov.
Andrey Gurulyov, seorang anggota Duma Negara, kemudian menimpali untuk mengatakan bahwa senjata milik Rusia, harus menimbulkan ancaman ke wilayah Amerika Serikat, dan bukan hanya senjata nuklir.
"Mereka harus memahami bahwa mungkin ada serangan terhadap Miami, Texas atau negara bagian lainnya," kata Gurulyov.
"Kemudian, mereka akan menyelipkan ekor mereka. Mereka tidak terlalu berani di sana. Ini adalah kebenaran kita dan apa yang harus kita cita-citakan dan dengan percaya diri bergerak ke arah itu."
Dmitry Drobnitsky, yang diidentifikasi sebagai ilmuwan politik, kemudian menyarankan bahwa elit AS sebagian besar tidak merasa sangat rentan, dan bahwa mereka tidak percaya Rusia akan menyerang.
"Hanya ada satu cara untuk meyakinkan mereka, yaitu meluncurkan (rudal) Sarmat," kata Drobnitsky.
Pria lain yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa beberapa orang mengatakan rudal Sarmat berfungsi dengan baik melawan sanksi.
"Itu argumen penting, tapi saya setuju bahwa tidak ada yang percaya itu akan digunakan. Dan mengapa tidak?" pria itu bertanya.
"Mereka meyakinkan semua orang bahwa Rusia tidak akan melanjutkan itu," jawab ilmuwan politik lain, Dmitry Abzalov, yang tampaknya merujuk pada pejabat AS.
Anggota lain dari kelompok itu mengatakan bahwa Rusia akan melakukannya tanpa masalah.
Yang lain mengatakan bahwa para pejabat AS tidak mengerti apa-apa tentang Putin.
Orang yang membuat komentar tentang rudal Sarmat mengatakan bahwa jika Rusia bergerak menuju konfrontasi dengan AS, perlu memahami berapa lama operasi di Ukraina akan berlangsung.
"Banyak hal yang bisa diselesaikan secara ekonomi, tetapi beberapa masalah secara fundamental mengubah segalanya," ujarnya.
Baca juga: Warga Jepang Santet Putin Gunakan Boneka Kutukan, Foto Kepala Presiden Rusia Dipaku ke Pohon Suci
Baca juga: Akui Ketergantungan Bantuan Negara Barat, Intelijen Militer Ukraina Sebut Pasukan Rusia Unggul
Rusia Sebut Kiamat Nuklir Sudah Dekat
Presenter kenamaan Rusia menyatakan bahwa potensi perang nuklir semakin dekat dari hari ke hari.
Hal ini dipicu oleh sikap Barat yang terus saja memasok senjata ke Ukraina meski telah ditentang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut pembawa acara saluran TV pemerintah itu, perang tersebut akan berujung pada kepunahan massal.

Dilansir TribunWow.com dari The Daily Mail, Senin (6/6/2022), Vladimir Solovyov, juga dikenal sebagai 'suara Putin', mengatakan pengiriman senjata jarak jauh oleh Barat yang berpotensi menyerang wilayah Rusia berarti hanya masalah waktu sebelum perang nuklir pecah antara Rusia dan Barat.
"Semuanya bergerak ke arah itu," kata pembawa acara bincang-bincang Rusia1 'Evening Vladimir Solovyov' itu.
"Perang yang meningkat di Ukraina, yang dimulai ketika Putin meluncurkan invasi ke negara itu pada 24 Februari, berarti (membawa) kita turun ke halaman berdarah sejarah dunia," imbuhnya dalam video yang dibagikan dan diterjemahkan oleh Russian Media Monitor.
Solovyov menilai ketegangan yang makin meruncing antara Barat dan Rusia akan membuat dunia hancur oleh nuklir.
Ia membeberkan skenario yang mungkin terjadi jika Barat maupun NATO terus memberikan senjata ke Ukraina.
Hal ini akan memicu serangan lebih lanjut yang bisa menyebabkan meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Rusia.
"Saya harap kita bisa melewati ini. Jika semuanya terus berkembang seperti itu, hanya beberapa mutan di Danau Baikai yang akan bertahan. Sisanya akan dihancurkan dalam serangan nuklir besar-besaran," tutur Solovyov.
"Karena jika NATO memutuskan mereka dapat menempatkan apa pun yang mereka inginkan di perbatasan kita, mereka akan mengirim lebih banyak senjata Amerika ke Ukraina, Ukraina akan menembak dan akhirnya mengenai salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir kita, dan ini dia," katanya.
Tanpa merujuk bahwa pasukan Rusia justru sudah menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina, Solovyov melanjutkan.
"Prosesnya akan dengan cepat menjadi tidak terkendali. Setiap orang akan mendapatkan lebih dari yang mereka minta. Bang! Dan tidak ada yang tersisa," klaimnya.(TribunWow.com/Via)