Konflik Rusia Vs Ukraina
Teka-teki Lab Rahasia AS di Indonesia, Pernah Disebut Jenderal Rusia hingga Diberitakan Media Asing
Media Rusia menyebutkan adanya laboratorium biologis angkatan laut Amerika Serikat di Indonesia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Media Rusia menyebutkan adanya laboratorium biologis angkatan laut Amerika Serikat (AS) di Indonesia.
Laboratorium itu diduga untuk mengembangkan dan menyimpan patogen dan virus berbahaya.
Menurut Rusia, tempat penelitian yang sama juga ditemukan ketika pihaknya melakukan invasi ke Ukraina.

Baca juga: Jerman Pastikan Putin Tak akan Bisa Menangkan Perang Ukraina, Sebut Rusia Tak Ingin Perdamaian
Baca juga: Diisukan Dikembangkan Rusia dan Uni Soviet untuk Senjata Biologis, Apa Itu Virus Monkeypox?
Media pemerintah Rusia, Sputnik menuliskan bahwa laboratorium biologis itu terletak di sekitar permukiman padat penduduk.
Dikutip TribunWow.com, Sabtu (28/5/2022), laboratorium itu dilaporkan berlokasi di Jalan Percetakan Negara dan sudah berdiri selama 40 tahun.
Adapun lab tersebut dikatakan milik Unit Penelitian Medis Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berdiri di Guam pada tahun 1955 di bawah yayasan Rockefeller.
Kemudian pada tahun 1970 detasemen NAMRU-2 dibuka di Jakarta dengan tujuan untuk mempelajari penyakit menular yang berpotensi menyerang militer-militer AS di Asia.
Namun menurut mantan menteri kesehatan Dr Siti Fadilah Supari, hasil penelitian tersebut masih dipertanyakan.
Pasalnya, laboratorium yang seharusnya sudah ditutup sejak 1980 itu kurang melibatkan mendapat pengawasan dari pihak Indonesia.
“Meskipun mereka fokus pada malaria dan tuberkulosis, hasilnya selama 40 tahun di Indonesia tidak signifikan”, kata Siti Fadilah.
"Saya kira benar, kegiatan penelitian masih ada. Saya tidak bisa membuktikannya, tetapi dari apa yang saya baca dan dengar, kegiatan penelitian masih berlangsung dalam berbagai bentuk kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia. Saya pikir pemerintah harus menyadari hal ini," imbuhnya.
Sebelumnya, Komandan Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologis dan Kimia Rusia, Letnan Jenderal Igor Kirillov menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) telah terlibat dalam pengujian obat eksperimental pada sukarelawan dari jajaran militer Ukraina.
Bahkan, pejabat militer Presiden Rusia Vladimir Putin itu mengatakan bahwa hal serupa pernah terjadi di Jakarta, Indonesia.
Dikutip TribunWow.com dari media Rusia, Russian Today, Jumat (25/3/2022), kabar ini diungkapkan Kirillov dalam sebuah pertemuan pers kemarin.
Ia menyebut pengujian obat eksperimental itu merupakan bagian dari proyek UP-8, yang telah diekspos oleh militer Rusia awal bulan ini.
"Kami terus mempublikasikan informasi tentang penelitian dengan adanya partisipasi dari personel militer Ukraina," kata Kirillov.
"Saya ingin mencatat bahwa pekerjaan seperti itu dilarang di Amerika Serikat dan justru dilakukan oleh militer di luar negeri."
Menurut Kirillov, lebih dari 4.000 orang terlibat dalam pengujian obat rahasia di Ukraina tersebut.
"Menurut data yang diterbitkan di media Bulgaria, sekitar 20 tentara Ukraina tewas selama percobaan di laboratorium Kharkov saja, dan 200 lainnya dirawat di rumah sakit," ujar Kirillov.
Ia menyertakan sebuah dokumen, yang konon dikirim oleh atase militer Ukraina di AS ke kementerian pertahanan negara itu pada April tahun lalu.
Dokumen tersebut menyoroti pertemuan antara atase dan perwakilan perusahaan AS-Kanada Skymount, yang terlibat dalam penelitian terkait AI.
Menurut dokumen tersebut, perusahaan itu menunjukkan kepada pejabat Ukraina solusinya dalam pengamatan jarak jauh.
Termasuk soal Deep Drug AI, sebuah sistem yang digunakan untuk menyaring dan mengembangkan obat-obatan.
Sistem itu melakukan pekerjaan 60 orang per hari dalam setahun, yang mengurangi jam kerja manual untuk menghasilkan molekul target baru dari obat yang sudah ada dan disetujui sebelumnya.
"Dokumen yang diterima mengkonfirmasi upaya untuk menguji obat yang sebelumnya belum diujikan (pada tentara Ukraina). Kita berbicara tentang sistem penyaringan untuk obat-obatan 'Deep Drug', yang belum melewati prosedur perizinan di AS dan Kanada," kata Kirillov.
"Sinisme khusus dari sponsor Amerika terletak pada kenyataan bahwa pengembang, perusahaan Skymount, menawarkan untuk membeli sistem secara komersial, terlepas dari kenyataan bahwa karyawan Kementerian Pertahanan Ukraina terlibat sebagai sukarelawan."
Menurut Kirollov, Ukraina bukan negara pertama yang digunakan untuk penelitian farmasi AS.
Ia mengklaim kegiatan serupa pernah dilakukan di Jakarta pada tahun 2010.
Akibatnya, Indonesia menutup Pusat Medis Angkatan Laut AS di Jakarta setelah menemukan ada banyaknya pelanggaran.
Baca juga: Kesaksian Tentara Azov yang Menyerah ke Rusia, Bongkar Kebobrokan Dinas Militer Ukraina
Baca juga: Situasi Memanas, Rusia Usir Duta Besar AS dari Moskow, Sebut Hubungan 2 Negara di Ambang Kehancuran
Rusia Sebut Ukraina Panik Sembunyikan Lab Biologis
Di tengah konflik dengan Ukraina, pemerintah Rusia mengklaim menemukan bukti adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah bio lab di Ukraina yang meneliti penyakit berbahaya.
Menurut keterangan pemerintah Rusia, total terdapat 30 biolab di Ukraina yang aktif bekerjasama dengan AS.
Dikutip TribunWow.com dari RT.com, informasi ini disampaikan oleh Letjen Igor Kirilov selaku komandan pasukan Rusia dalam bidang pertahanan terhadap radiologi, kimiawi, dan biologis.
Letjen Kirilov menjelaskan, sebagian besar lab tersebut aktif sejak tahun 2014 lalu.
Ia juga menyampaikan, sejak lab-lab itu didirikan, sejumlah negara di Eropa pada saat yang sama mengalami peningkatan kasus penyakit menular seperti difteri, tuberculosis (TBC), hingga campak.
Letjen Kirilov melanjutkan, sejak Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), lab-lab kerja sama dengan AS yang ada di Ukraina buru-buru menghancurkan virus dan patogen yang sedang mereka teliti.
Letjen Kirilov mengklaim memiliki bukti dokumen yang berisi proses penghancuran virus dan patogen berbahya tersebut.
Berdasarkan keterangan dokumen yang diklaim diamankan oleh pasukan Rusia, penyakit berbahaya yang dipelajari di antaranya adalah anthrax.
Penelitian tersebut diduga juga memiliki kaitan dengan program militer.
Letjen Kirilov menjelaskan di bagian barat Kota Lvov, sebanyak 320 wadah berisi patogen berbahaya telah dihancurkan.
"Jika koleksi (patogen) tersebut jatuh ke tangan para ahli di Rusia, mereka sangat mungkin membuktikan Ukraina dan AS telah melanggar konvensi senjata biologis," jelasnya.
Kekhawatiran Letjen Kirilov adalah bahan-bahan penelitian yang diperlukan untuk kepentingan program militer telah dikirim ke AS.
Sementara itu Kementerian Pertahanan AS menyatakan tuduhan Rusia adalah sekadar disinformasi.
Sebelumnya, dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.
Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.
Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.
"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.
Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.
Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.
Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.
Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.
Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.
Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).
"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.
Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.(TribunWow.com/Via/Anung)