Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kini Hidup dalam Persembunyian, Eks Presenter Sebut TV di Rusia Jadi Alat Cuci Otak

Eks presenter TV di Rusia meminta masyarakat di negaranya agar jangan menonton kanal televisi milik pemerintah Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TheSun.co.uk
Sejumlah host stasiun televisi pemerintah Rusia tertawa saat membahas apa yang terjadi jika senjata nuklir diledakkan di Kota New York, AS. Ilustrasi media di Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Eks presenter televisi sekaligus jurnalis asal Rusia bernama Zhanna Agalakova menyuarakan kritikan terhadap negaranya sendiri.

Zhanna yang merupakan presenter kanal TV milik pemerintah Rusia kini justru meminta agar masyarakat di negaranya tidak menonton televisi.

Pada bulan Maret 2022, tak lama setelah konflik Rusia-Ukraina pecah, Zhanna mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Baca juga: AS Peringatkan Ukraina Perang Lawan Rusia Dapat Membesar karena Pakai Senjata NATO

Baca juga: Ukraina Alami Kehilangan Besar, Rusia Terus Merangsek Kuasai Seluruh Wilayah Pelabuhan

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Zhanna diketahui mengundurkan diri karena konflik yang terjadi di Ukraina.

Zhanna yang saat ini hidup dalam persembunyian mengatakan bahwa televisi di Rusia dijadikan mesin untuk mencuci otak rakyatnya.

Saat ini Zhanna berharap warga Rusia tidak menonton televisi.

"Seperti dua planet berbeda," kata Zhanna.

Ia mendeskripsikan bagaimana TV di Rusia menyampaikan kepada penonton bahwa aksi Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan operasi militer spesial di Ukraina mendapat dukungan.

Belum lagi diperlihatkan bagaimana pasukan militer Rusia disambut dengan bunga.

Sementara itu di negara-negara lain dipertontonkan tragedi dan kematian akibat konflik.

Di sisi lain, Lilia Yapparova adalah satu dari beberapa jurnalis media independen di Rusia.

Sejak konflik antara Rusia dan Ukraina terjadi, Lilia mengaku terpanggil untuk memberitakan kebenaran yang terjadi di daerah konflik.

Namun di saat yang sama ia mengaku takut dirinya berakhir di penjara karena menyampaikan berita yang berbeda dari versi pemerintah Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Lilia diketahui bekerja untuk sebuah portal berita independen bernama Meduza.

Portal berita Meduza sendiri diketahui sudah tidak bisa diakses karena diblokir di Rusia.

"Satu-satunya hal yang berarti bagi saya saat ini adalah untuk perang agar segera berakhir dan untuk masyarakat Rusia dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi," ujar Lilia.

Lilia menyebut, masyarakat Rusia saat ini dicekoki oleh propaganda yang disiarkan media-media milik pemerintah Rusia.

Lilia menceritakan bagaimana orang-orang terdekatnya ada yang memercayai informasi dari pemerintah.

Di sisi lain, Lilia menyadari berita yang ia tulis mulai dari penembakan warga sipil di Ukraina hingga kuburan massal dapat mengancam keselamatannya.

Seperti yang diketahui, pemerintah Rusia dapat menindak orang yang dituding menyebarkan berita bohong dengan ancaman hingga 15 tahun penjara.

"Saya siap untuk itu. Saya tidak menutupi mata saya. Saya melihat hukum apa adanya," tegas Lilia.

Lilia tak menampik, ancaman penjara itu selalu menghantui dirinya.

Ia khawatir di satu sisi dirinya tidak bisa menutupi fakta yang ada saat memberitakan informasi.

Di sisi lain Lilia takut berakhir di penjara gara-gara berita yang ia tulis.

"Semuanya dapat terjadi," kata Lilia.

Sebelumnya diberitakan, seorang sukarelawan tentara asal Inggris bernama Shaun Pinner (48) berhasil ditangkap hidup-hidup oleh pasukan militer Rusia.

Shaun sendiri ditangkap saat membantu tentara Ukraina melawan Rusia.

Seusai ditangkap, Shaun dipertontonkan ke publik lewat sebuah wawancara yang dilakukan oleh stasiun TV milik pemerintah Rusia.

Dikutip TribunWow.com, berdasarkan info dari Thesun.co.uk, Shaun sengaja diprovokasi saat diwawancarai di stasiun TV milik pemerintah Rusia.

Seorang jurnalis pro Rusia dituding memberikan informasi bohong tentang instruksi komandan yang memimpin Shaun dan rekan-rekan Shaun.

Jurnalis pro Kremlin yang diketahui bernama Andrey Rudenko itu menjelaskan bagaimana dalam misi yang dijalankan oleh Shaun adalah hal mustahil untuk bisa pergi dengan selamat.

Rudenko menjelaskan bahwa Shaun dan rekan-rekan Shaun sengaja dikorbankan demi imej pahlawan.

Shaun lalu menjawab "Saya tidak menyangka kita ditelantarkan. Dan saya tidak tahu siapa yang mengambil keputusan seperti itu," ujarnya.

Kemudian Shaun mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berperang dan ingin segera pulang ke negara asalnya.

Shaun sendiri merupakan pensiunan tentara Inggris.

Ia pergi ke Ukraina empat tahun lalu untuk menikahi istri keduanya yakni Larysa.

Setelah menikahi Larysa, Shaun bergabung dengan pasukan militer Ukraina sebagai tentara kontrak.

Keluarga Shaun menyatakan Shaun bukanlah tentara sukarelawan namun resmi merupakan bagian dari pasukan militer Ukraina.

Keluarga Shaun di Inggris mengatakan tengah berusaha berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Inggris untuk membawa pulang Shaun yang kini ditahan di Rusia.

Selain itu keluarga Shaun juga berharap Rusia menjamin hak Shaun sebagai tahanan perang.

Baca juga: Pria yang Dijuluki Musuh Sejati Putin Sebut Konflik di Ukraina akan Terus Berlangsung hingga 8 Tahun

Jurnalis Temukan Mayat Tentara Rusia Dibentuk Huruf Z

Seorang jurnalis Associated Press (AP) mengibaratkan Kota Kharkiv layaknya kamar mayat terbuka.

Menurut pengakuan jurnalis AP tersebut, ditemukan banyak mayat manusia berserakan di jalan di Kharkiv.

Bahkan ia sempat memotret empat jasad tentara Rusia yang disusun sedemikian rupa membentuk huruf Z.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, simbol Z diketahui telah digunakan oleh pasukan militer Rusia sejak invasi dimulai.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, simbol Z memiliki arti kemenangan.

Simbol itu juga difungsikan agar tentara Rusia tidak salah menyerang rekan mereka sendiri.

Kharkiv diketahui terus menjadi target bombardir tentara Rusia sejak perang terjadi pada 24 Februari 2022 lalu.

Jutaan penduduk Kharkiv telah kabur dari rumah mereka demi mencari tempat yang lebih aman.

Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri telah kehilangan jenderal kesembilannya saat berperang di Ukraina.

Peristiwa ini terjadi menyusul serangan terhadap sebuah pangkalan militer Rusia di Kharkiv.

Mayor Jenderal Andrei Simonov menjadi komandan tertinggi terbaru yang tewas dalam pertempuran.

Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Minggu (1/5/2022), Simonov merupakan kepala Tentara Gabungan Kedua, dilaporkan tewas di dekat kota Izyum di wilayah timur laut Kharkiv.

Rekaman yang dibagikan di media sosial tampaknya menunjukkan serangan dari salvo roket.

Serangan itu juga dilaporkan menghancurkan lebih dari 30 kendaraan lapis baja Rusia, termasuk tank.

Penasihat presiden Oleksiy Arestovych mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa sekitar 100 orang Rusia tewas dalam serangan itu, termasuk Simonov.

Berita kematian sang jenderal juga dibagikan oleh penasihat pemerintah Anton Gerashchenko di akun Telegram-nya.

Dia mengatakan bahwa Simonov adalah komandan Electronic Warfare dari tentara ke-2 dan pernah menjadi komandan EW Distrik Militer Barat.

Jumlah komandan Putin yang kehilangan nyawa di Ukraina terus meningkat, dan menjadi sebuah pukulan telak bagi pemimpin Rusia itu.

Sebanyak sembilan jenderal Rusia kini tewas dalam perang Putin bersama 36 kolonel dan 300 perwira.

Bulan lalu Mayor Jenderal Vladimir Frolov, wakil komandan Tentara Gabungan ke-8, dimakamkan dengan penghormatan militer penuh di St Petersburg.

Sebelumnya Letnan Jenderal Andrei Mordvichev, komandan Tentara Gabungan ke-8, tewas dalam pertempuran di Chornobaivka, dekat kota selatan Kherson.

Mayor Jenderal Andrei Kolesnikov dari Tentara Gabungan ke-29 dan Vitaly Gerasimov, tewas dalam pertempuran.

Mayor Jenderal Andrei Sukhovetsky dilaporkan ditembak mati oleh penembak jitu di pertempuran untuk Hostomel Airfield sekitar 30 mil di luar ibukota Kyiv pada awal Maret.

Dan Jenderal Magomed Tushaev tewas ketika kolom pasukan khusus Chechnya, termasuk 56 tank, dilenyapkan di dekat Hostomel, timur laut kota.

Mayor Jenderal Oleg Mityaev, 47, tewas di Mariupol serta Letnan Jenderal Yakov Rezantsev yang juga tewas dalam pertempuran. (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaUkrainaJurnalisVladimir Putin
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved