Konflik Rusia Vs Ukraina
Khawatir Wilayahnya Diserang, Rusia Beri Peringatan pada AS yang Kirim Senjata Jarak Jauh ke Ukraina
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dilaporkan telah memperingatkan kekuatan Barat agar tidak memasok Ukraina dengan senjata jarak jauh.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dilaporkan telah memperingatkan kekuatan Barat agar tidak memasok Ukraina dengan senjata yang mampu menyerang wilayah Rusia.
Ia memperingatkan aksi semacam itu akan menjadi langkah serius menuju eskalasi yang tidak dapat diterima.
Pihak AS pun dikabarkan telah membahas mengenai hal ini dengan koleganya di Ukraina.

Baca juga: Menteri Putin Sebut Negara-negara Barat Telah Nyatakan Perang Total Lawan Rusia: Mereka Menghalangi
Baca juga: 5 Hal Ini Dikhawatirkan Picu Perang Dunia 3, Ulah Hacker Rusia hingga Bantuan Senjata ke Ukraina
Dilansir Aljazeera, Jumat (27/5/2022), pernyataan Lavrov itu datang karena Amerika Serikat dan sekutu Baratnya yang telah memberi Ukraina senjata yang semakin canggih.
Padahal pasukan Moskow masih terus maju dengan serangan di wilayah Donbas timur negara itu.
Seolah menyindir, Lavrov mengatakan orang waras di negara-negara Barat akan memahami bahayanya meningkatkan persenjataan Ukraina.
"Masih ada beberapa yang tersisa di sana," kata Lavrov.
Sementara itu, kantor berita Reuters melaporkan bahwa Washington telah mengadakan diskusi dengan Kyiv pada hari Kamis, (26/5/2022).
Pertemuan itu membahas tentang bahaya eskalasi dalam konflik yang berlangsung lebih dari tiga bulan itu.
Namun, pembicaraan di belakang layar tidak mengarah pada pengenaan pembatasan geografis eksplisit pada penggunaan senjata yang dipasok ke pasukan Ukraina.
Laporan itu muncul saat Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memohon kepada negara-negara Barat untuk memberikan senjata berat kepada Kyiv.
Dia mengatakan dalam sebuah video yang diposting di Twitter bahwa negaranya membutuhkan artileri yang lebih kuat karena Donbas adalah satu-satunya daerah di mana mereka dikalahkan oleh Moskow.
"Jika anda benar-benar peduli dengan Ukraina, (kirim) senjata, senjata, dan senjata lagi," kata Kuleba.
Diketahui, setelah kegagalan di Kiev, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin bangkit kembali telah memfokuskan upayanya di timur Ukraina.
Baca juga: Teka-teki Lab Rahasia AS di Indonesia, Pernah Disebut Jenderal Rusia hingga Diberitakan Media Asing
Meski terhambat, namun Rusia berhasil menguasai sebagian besar wilayah pelabuhan dan hanya menyisakan Odessa.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (26/5/2022), pasukan Rusia telah meluncurkan kembali serangan di tiga titik utama untuk mengepung ujung tombak pertahanan Ukraina, di Izyum di utara, Severodonetsk di timur, dan Popasna di selatan.
Di Popasna, pasukan gabungan wajib militer dan tentara bayaran Rusia dari kelompok Wagner menerobos pertahanan Ukraina, mengambil beberapa wilayah pemukiman pada 20 Mei.
Tiga hari kemudian, mereka merebut Myronovsky, titik awal jalan raya menuju Sloviansk, di mana ketiga cabang dari Serangan Rusia kemungkinan akan dipertemukan di situ.
Di front utara, artileri Rusia di Izyum mulai dioperasikan pada saat yang sama, dalam apa yang digambarkan oleh pihak berwenang Ukraina sebagai tindakan pembuka untuk serangan penuh.
Pasukan Rusia tampaknya mencoba strategi untuk menjepit dari Izyum dan Popasna agar dapat mengisolasi seluruh pasukan taktis Ukraina yang terdiri dari sekitar 50.000 orang di wilayah Luhansk dan Donetsk di timur.
Pada 21 Mei, pertempuran untuk Severodonetsk, kota paling timur yang dikuasai Ukraina, dimulai dengan dahsyat.
Di sebelah timur kota tersebut, pengeboman dan aksi saling serang dimulai.
Di sebelah baratnya, blogger militer Rusia mengatakan pasukannya telah menghancurkan salah satu dari dua jembatan yang menghubungkan kota itu ke Lysychansk di seberang sungai Siversky Donetsk dan memperumit jalur pasokan Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pengeboman Rusia mengubah Donbas menjadi neraka.
Gubernur Luhansk, Serhiy Haidai, mengatakan Severodonetsk tetap berada di tangan Ukraina pada 24 Mei di tengah prospek yang semakin gelap.
"Situasinya sangat sulit dan sayangnya semakin memburuk. Ini semakin buruk setiap hari dan bahkan setiap jam," kata Haidai dalam sebuah video di Telegram.
"Penembakan semakin meningkat. Tentara Rusia telah memutuskan untuk menghancurkan Severodonetsk sepenuhnya."
Taktik Rusia itu terkenal setelah diterapkan di pelabuhan selatan Mariupol, yang akhirnya menyerah pada 21 Mei setelah lebih dari dua bulan dihujani bom udara dan artileri yang telah membuat kota itu menjadi puing-puing.
Baca juga: Akui Keunggulan Rusia, Eks Jenderal NATO Sebut Putin Hanya Punya 9 Bulan untuk Taklukkan Ukraina
Baca juga: Dapat Kompensasi Puluhan Juta, Tentara Rusia Mengaku Stres selepas dari Penjara Ukraina
Zelensky Siap Menang dari Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan keyakinannya untuk dapat mengusir Rusia dari tanahnya.
Dengan bantuan persenjataan Barat, ia yakin segera memenangkan perang lawan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ia juga menyebutkan rencana kedatangan petinggi Amerika Serikat (AS) ke Kiev.
Dikutip TribunWow.com dari The New York Times, Minggu (24/4/2022), didukung oleh masuknya senjata berat dari negara-negara Barat, Zelensky optimis memenangkan perang.
Ia yakin bahwa Ukraina siap untuk mengalahkan pasukan Rusia dalam pertempuran panjang dan brutal untuk menguasai jantung industri di timur.
"Kami akan dapat menunjukkan kepada penjajah bahwa hari ketika mereka akan dipaksa untuk meninggalkan Ukraina sudah dekat,” kata Zelensky, Sabtu (23/4/2022).
Pernyataan itu tampaknya menandai perubahan yang menentukan bagi Zelensky.
Pada konferensi pers hari Sabtu, Zelensky mengatakan bahwa menteri luar negeri AS, Antony J. Blinken, dan menteri pertahanan, Lloyd J. Austin III, berencana untuk mengunjungi Kiev.
Keduanya dikabarkan akan datang pada hari Minggu untuk membahas bantuan militer yang dibutuhkan.
Blinken dan Asutin III akan menjadi pejabat tertinggi Amerika yang akan mengunjungi Ukraina sejak invasi dimulai.
Namun, Pentagon dan Departemen Luar Negeri menolak berkomentar saat diminta konfirmasi.
"Para pemimpin dunia tidak boleh datang kepada kami dengan tangan kosong, bukan hanya hadiah dan kue, tetapi dengan senjata khusus," kata Zelensky.
Analis militer mengatakan bahwa tank, howitzer, drone tempur, kendaraan lapis baja, dan tumpukan amunisi yang mengalir ke Ukraina dari sekutu Barat telah menjadi faktor penting.
Bantuan ini memiliki peran signifikan bagi pasukan negara untuk menangkis militer Rusia yang kini telah menjadi semakin besar dan mematikan.
Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Inggris membeberkan penilaian terbarunya tentang perang tersebut.
Menurutnya, meskipun pertempuran meningkat, pasukan Rusia tidak membuat kemajuan besar dalam 24 jam terakhir.
Pasalnya, serangan balik tentara Ukraina terus menghalangi upaya mereka.
Terlepas dari klaim Rusia bahwa mereka telah menaklukkan pelabuhan selatan Mariupol, di mana pejuang Ukraina yang tersisa bersembunyi di pabrik baja dengan warga sipil, pertempuran sengit terus terjadi.
Hal ini menggagalkan upaya Rusia untuk merebut kota itu, dan memperlambat kemajuan mereka ke wilayah Donbas. (TribunWow.com/Via)