Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Puas Dengan Putin, Pejabat Tinggi dan Elit Rusia Dikabarkan Sudah Rencanakan Kudeta
Pejabat tinggi Rusia dikatakan merencanakan kudeta untuk menjalankan pemerintahan tanpa Presiden Vladimir Putin.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Rumor penggulingan kekuasaan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin santer beredar.
Terakhir, pejabat tinggi Rusia dikatakan telah merencanakan kudeta untuk menjalankan pemerintahan tanpa presidennya.
Sumber Kremlin mengklaim Putin telah membuat hampir semua orang menentangnya di tengah invasi ke Ukraina.

Baca juga: Juluki Putin sebagai Orang Gila, Tokoh Oposisi Sebut Rusia Serang Ukraina Tanpa Alasan Jelas
Baca juga: Intelijen Ukraina Sebut Ada Dugaan Kudeta Tersembunyi di Rusia: Tak Berani Protes pada Putin
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Selasa (24/5/2022), tiga bulan sejak tank Rusia pertama kali meluncur melintasi perbatasan Ukraina, masih banyak pertentangan dan kontroversi terjadi.
Bahkan, sumber pemerintah mengatakan kepada media Rusia-Latvia Meduza bahwa di antara pejabat Kremlin dan elit Rusia, hampir tidak ada orang yang puas dengan Putin.
"Pebisnis dan banyak anggota pemerintah tidak senang bahwa presiden memulai perang tanpa memikirkan skala sanksi, tidak mungkin kita hidup dengan sanksi seperti itu," kata sumber tersebut.
"Masalah (di Rusia akibat perang) sudah terlihat, dan pada pertengahan musim panas mereka akan datang dari arah yang berbeda: transportasi, obat-obatan, bahkan pertanian. Tidak ada yang hanya memikirkan skala seperti itu," imbuhnya.
Pengungkapan itu muncul ketika kepala mata-mata Kyiv mengklaim bahwa Putin telah lolos dari upaya pembunuhan sekitar satu bulan setelah perang.
Sumber itu juga menyatakan isolasi pemimpin Rusia itu adalah tindakan pencegahan yang lahir dari ketidakpercayaan yang mendalam terhadap bawahannya.
Hal ini diperkuat dengan klaim Meduza yang menyebut pejabat tinggi di dinas keamanan Rusia FSB dan GRU percaya bahwa Putin telah merusak invasi dan ingin menguasai operasi tersebut.
"Elang (FSB dan GRU-red) tidak puas dengan kecepatan 'operasi khusus'. Mereka pikir mereka bisa bertindak lebih tegas," kata seorang sumber.
Putin dilaporkan mencopot FSB, badan keamanan domestik Rusia, sebagai organisasi utama yang bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen di Ukraina.
Setelah kemunduran Rusia dari Kiev,Putin pun menggantinya dengan badan intelijen militer GRU.
Tetapi ia telah menguasai operasi militer, secara pribadi memberikan perintah kepada para jenderal untuk mendelegasikan tanggung jawab.
Sementara itu, kepala direktorat intelijen utama kementerian pertahanan Ukraina menyatakan bahwa Putin memutuskan hubungan dekat dengan bawahannya untuk menghindari upaya pembunuhan.
"Melihat beberapa sindrom maniknya, dia takut untuk serius mempersiapkan seorang penerus, menyadari bahwa dalam persiapan, penerus ini mungkin ingin mengambil kedudukannya sedikit lebih awal dari yang diinginkan Putin," kata Mayor Jenderal Kyrylo Budanov kepada Ukrainskaya Pravda.
"Oleh karena itu, dia menjaga semua orang pada jarak tertentu. Dan dia percaya bahwa dia akan memerintah selamanya. Tapi itu tidak akan terjadi."
"Lihatlah sejarah diktator mana pun di abad ke-20 dan ke-21. Semuanya berakhir sama. Dalam kebanyakan kasus, mereka mati di luar perkiraan mereka."
Baca juga: 5 Upaya Pembunuhan Putin yang Buat Presiden Rusia Kini Dilindungi Pasukan Elit Penembak Jitu
Baca juga: Dinilai Aneh, Gestur Tubuh Putin saat Temui Lukashenko Disorot Media Inggris: Tidak Nyaman
Putin akan Dibawa ke Sanatorium
Sebelumnya, Putin dikabarkan akan segera dikirim ke sanatorium lantaran penyakitnya yang semakin parah.
Disebutkan bahwa presiden 69 tahun itu akan dikirim ke unit perawatan intensif pada akhir tahun ini.
Berita ini diungkapkan menyusul kabar komplikasi penyakit Putin yang diduga mempengaruhi keputusannya untuk menyerang Ukraina.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Minggu (22/5/2022), spekulasi ini disampaikan oleh Richard Dearlove, mantan kepala intelijen Inggris MI6.
Menurutnya, Putin akan dibawa ke sanatorium ketika ia tak lagi menjabat sebagai presiden.
Tahun ini, ia dikabarkan akan segera digantikan dari jabatannya karena kondisi kesehatannya dan kegagalan menguasai Ukraina.
Menurut Dearlove, dengan mengirim Putin ke pusat perawatan terpadu, maka tampuk kepemimpinan Rusia bisa berganti tanpa harus diadakan kudeta.
"Saya pikir dia akan pergi pada tahun 2023 - tapi mungkin ke sanatorium, dari mana dia tidak akan muncul sebagai pemimpin Rusia," kata Dearlove saat tampil di podcast One Decision.
"Saya tidak mengatakan dia tidak akan muncul dari sanatorium, tetapi dia tidak akan muncul sebagai pemimpin Rusia lagi."
"Itulah cara untuk bergerak maju tanpa kudeta," pungkasnya.
Dearlove menunjuk Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Nasional, sebagai kemungkinan pengganti jika Putin dibawa ke sanatorium.
"Pendirian dalam skenario ini mungkin menjadi permanen," ujar Dearlove.
"Tidak ada rencana suksesi dalam kepemimpinan Rusia."
Dia berspekulasi bahwa Rusia sedang mencapai akhir rezim tetapi tidak berarti rezim itu akan hilang.
"Apa yang saya katakan selama tahun depan, 18 bulan mungkin sesuatu, itu akan pecah," beber Dearlove.
"Tidak diragukan lagi bahwa invasi ke Ukraina ini adalah bencana."
"Ekonomi sedang kacau, sanksi benar-benar akan mulai menggigit selama tiga sampai enam bulan ke depan, akan ada inflasi yang sangat tinggi dan di atas itu, secara militer itu adalah kegagalan total."
Diketahui, pada bulan April dilaporkan bahwa Putin menderita kanker tiroid hingga perlu diikuti 24 jam sehari oleh dokter spesialis.
Penemuan oleh media investigasi Project (atau Proekt) itu mendukung teori baru-baru ini bahwa Putin menyatakan perang ketika dia menderita masalah medis yang disembunyikan dari rakyat Rusia.
Salah satu versi adalah bahwa ia telah diobati dengan steroid, yang menyebabkan bengkak di sekitar wajah dan leher.
Dan klaim itu didukung oleh sutradara pemenang Oscar Oliver Stone, yang mengungkapkan bahwa Putin menderita kanker.
Selain kanker, ada spekulasi kuat bahwa Putin mungkin menderita Parkinson.
Pasalnya ia kedapatan bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya dengan tangan dan kaki yang tampak bergerak tak terkontrol. (TribunWow.com/Via)