Konflik Rusia Vs Ukraina
Ibu di Ukraina Histeris Lihat Posisi Anaknya yang Tewas Membungkuk karena Rudal Rusia
Seorang ibu di Ukraina histeris melihat anaknya tewas mengenaskan karena serangan rudal Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Trauma masih dirasakan oleh seorang ibu di Ukraina bernama Yana kovaliova.
Yana melihat langsung bagaimana putranya tewas dalam kondisi mengenaskan karena serangan rudal pasukan militer Rusia di bagian timur Donetsk.
Anak Yana diketahui tewas dalam kondisi membungkuk mencoba melindungi pacarnya.
Baca juga: 25 Persen Populasi Manusia di Bumi Terancam Kelaparan akibat Konflik Rusia Vs Ukraina
Baca juga: 3 Statement Kontroversial Kadyrov, Puji Gadis Ukraina Cantik hingga Sindir Musuh yang Menyerah
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, putra Yana diketahui tewas dalam kondisi mengenaskan seusai kepalanya terluka parah akibat rudal Rusia.
"Saya jatuh berlutut dan berteriak saat saya menemukannya seperti itu, saya berteriak 'anak ku, anak ku, anak ku!'" ungkap Yana menceritakan momen dirinya menemukan putranya.
Yana menyadari jasad pria itu adalah putranya dari pakaian yang dikenakan korban.
"Rasa syok melihat itu membuat saya terdiam selama 24 jam dan saya tidak dapat berhenti menangis atau makan selama tiga hari," kata Yana.
Saat ini Yana tinggal di bagian selatan Ukraina bersama puluhan ribu pengungsi lainnya.
Yana menyampaikan, ketika serangan rudal Rusia terjadi, saat itu tidak ada pasukan militer Ukraina di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
"Putin dan pasukan Rusia adalah teroris dan ini adalah kejahatan perang," kata Yana.
Yana kini ingin semua pihak yang terlibat diadili.
Pada saat anaknya tewas, putra Yana yakni Mark diketahui hendak mengunjungi Yana bersama kekasih Mark yakni Katarina Sudaremko (18).
Kedua remaja itu diketahui tewas akibat serangan rudal Rusia tersebut.
Sementara itu, wanita di Ukraina bernama Kateryna Shelipova sempat dipertemukan dengan tentara Rusia yang membunuh suaminya yakni Vadim Shishimarin (21).
Kateryna dan Shishimarin dipertemukan dalam persidangan terhadap Shishimarin pada Kamis (19/5/2022).
Shishimarin kini tengah diadili atas kasus kejahatan perang telah membunuh suami Kateryna yang merupakan warga sipil.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, sebelum bertemu langsung dengan Shishimarin, Kateryna mengaku dirinya justru merasa kasihan kepada Shishimarin.
Kateryna mengatakan, meskipun merasa kasihan, ia tetap tidak bisa memaafkan kejahatan yang dilakukan oleh Shishimarin.
Kala itu Kateryna mengaku sempat mendengar suara senjata api yang membunuh suaminya.
Begitu ia keluar dari rumah, Kateryna melihat Shshimarin sedang memegang senjata.
Seusai melihat Shishimarin, barulah Kateryna melihat jasad suaminya.
"Dia tewas dengan luka tembak di kepala. Saya mulai berteriak sangat kencang," kata Kateryna.
Diketahui Shysimarin dan Kateryna sempat berbincang sebelum akhirnya Shysimarin memohon minta diampuni.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, berikut adalah percakapan yang terjadi antara Shysimarin dan Kateryna.
"Jelaskan kepada saya apa yang kamu rasakan ketika kamu membunuh suami saya? Apakah kamu menyesali kejahatan ini?" kata Kateryna.
"Saya mengaku bersalah. Saya memahami Anda tidak akan bisa memaafkan saya. Saya memohon pengampunan," ujar Shysimarin.
Tak menanggapi permohonan Shysimarin, Kateryna kembali menanyakan hal lain.
"Mohon jelaskan, mengapa Anda datang ke sini? Untuk melindungi kita? Dari siapa? Dari suami saya yang Anda bunuh?" kata Kateryna.
Shysimarin bisa dikenai hukuman penjara seumur hidup karena menembak kepala korban melalui jendela mobil yang terbuka.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Rabu (18/5/2022), Shysimarin adalah seorang anggota unit tank Rusia yang ditangkap, diadili berdasarkan bagian dari KUHP Ukraina yang membahas hukum dan kebiasaan perang.
Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova sebelumnya mengatakan kantornya sedang menyiapkan kasus kejahatan perang terhadap 41 tentara Rusia untuk pelanggaran yang mencakup pemboman infrastruktur sipil, pembunuhan warga sipil, pemerkosaan dan penjarahan.
Tidak segera jelas berapa banyak tersangka yang berada di tangan Ukraina dan berapa banyak yang akan diadili secara in absentia.
Sebagai kasus kejahatan perang perdana di Ukraina, penuntutan Shysimarin diawasi dengan ketat.
Penyelidik telah mengumpulkan bukti kemungkinan kejahatan perang untuk dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Kantor Venediktova mengatakan sedang menyelidiki lebih dari 10.700 potensi kejahatan perang yang melibatkan lebih dari 600 tersangka, termasuk tentara Rusia dan pejabat pemerintah.
Dengan bantuan dari para ahli asing, jaksa sedang menyelidiki tuduhan bahwa pasukan Rusia melanggar hukum Ukraina dan internasional dengan membunuh, menyiksa dan menyalahgunakan mungkin ribuan warga sipil Ukraina.
Baca juga: Rusia Ungkit WHO yang Diam Tak Bereaksi saat Tentara Ukraina Gunakan RS untuk Kepentingan Militer
Persidangan Shysimarin dibuka pada hari Jumat, ketika dia membuat penampilan pengadilan singkat sementara pengacara dan hakim membahas masalah prosedural.
Pihak berwenang Ukraina memposting beberapa detail di media sosial pekan lalu dari penyelidikan mereka atas kasusnya.
Menurut akun Facebook Venediktova, Shysimarin termasuk di antara sekelompok pasukan Rusia yang melarikan diri dari pasukan Ukraina pada 28 Februari.
Rusia diduga menembaki sebuah mobil pribadi dan menyita kendaraan tersebut, kemudian melaju ke Chupakhivka, sebuah desa sekitar 322km (200 mil) timur Kyiv.
Dalam perjalanan, jaksa agung menuduh, tentara Rusia melihat seorang pria bersepeda dan berbicara di teleponnya.
Shysimarin diperintahkan untuk membunuh pria itu sehingga dia tidak dapat melaporkannya ke otoritas militer Ukraina.
Venediktova tidak mengidentifikasi siapa yang memberi perintah.
Ia hanya mencatat Shysimarin menembakkan senapan Kalashnikov-nya melalui jendela yang terbuka dan mengenai kepala korban .
"Pria itu meninggal di tempat hanya beberapa puluh meter dari rumahnya," tulis Venediktova.
Dinas Keamanan Ukraina, yang dikenal sebagai SBU, memposting video pendek pada 4 Mei tentang Shysimarin berbicara di depan kamera dan menjelaskan secara singkat bagaimana dia menembak pria itu.
SBU menggambarkan video itu sebagai salah satu pengakuan pertama dari penjajah musuh.
"Saya diperintahkan untuk menembak," kata Shysimarin.
“Saya menembak satu (putaran) ke arahnya. Dia terjatuh. Dan kami terus berjalan.”
Sidang berikutnya dalam kasus ini akan berlangsung Kamis pukul 09:00GMT.
Jaksa Andriy Sinyuk mengatakan kepada wartawan setelah sidang hari Rabu bahwa dua saksi, termasuk salah satu tentara Rusia yang bersama Shysimarin pada saat kejadian, akan dibawa untuk bersaksi di pengadilan.
Senjata tentara juga akan diperiksa sebagai bagian dari penyelidikan.
Kremlin sebelumnya mengatakan tidak diberitahu tentang kasus tersebut, dengan mengatakan kemampuan Moskow untuk memberikan bantuan karena kurangnya misi diplomatik kami di sana juga sangat terbatas.
Namun, Rusia kini diyakini sedang mempersiapkan pengadilan kejahatan perang untuk tentara Ukraina.
(TribunWow.com/Anung/Via)