Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak akan Kembali, McDonald's Jual 850 Bisnis Restorannya di Rusia Buntut Invasi ke Ukraina
Lebih dari 30 tahun berbisnis di Rusia, McDonald's mengatakan bahwa mereka telah memulai proses penjualan restorannya di negara itu, Senin (16/5/2022)
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Lebih dari 30 tahun berbisnis di Rusia, McDonald's mengatakan bahwa mereka telah memulai proses penjualan restorannya di negara itu, Senin (16/5/2022).
McDonald's yang menjadi restoran cepat saji Amerika pertama yang dibuka di Uni Soviet, akan melepas 850 restorannya.
Aksi ini menjadi simbol lain dari isolasi negara yang meningkat atas perangnya di Ukraina.

Baca juga: 260 Tentara Ukraina Berhasil Dievakuasi dari Pabrik Baja Mariupol, Ini Tawaran yang Disetujui Rusia
Baca juga: Kewalahan, Putin Berlakukan Kebijakan Berikut untuk Atasi Hengkangnya Perusahaan Asing dari Rusia
Diketahui McDonald's memiliki 850 restoran di Rusia yang mempekerjakan 62.000 orang.
Menunjuk pada krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang Ukraina, McDonald's mengatakan mempertahankan bisnisnya di Rusia.
"Tidak lagi dapat dipertahankan, juga tidak konsisten dengan nilai-nilai McDonald's," bunyi pernyataan perusahaan tersebut seperti yang dikutip TribunWow.com dari Ajazeera, Selasa (17/5/2022).
Raksasa makanan cepat saji yang berbasis di Chicago itu mengatakan pada awal Maret bahwa mereka menutup sementara tokonya di Rusia tetapi akan terus membayar karyawannya.
Tanpa menyebutkan nama sang calon pembeli asal Rusia, McDonald's mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan mencari seseorang untuk mempekerjakan pekerjanya dan membayar mereka sampai penjualan ditutup.
CEO Chris Kempczinski mengatakan dedikasi dan loyalitas kepada McDonald's karyawan dan ratusan supplier Rusia membuat keputusan untuk pergi itu terasa sulit.
"Namun, kami memiliki komitmen terhadap komunitas global kami dan harus tetap teguh dalam nilai-nilai kami," kata Kempczinski dalam sebuah pernyataan.
"Dan komitmen kami terhadap nilai-nilai kami berarti bahwa kami tidak dapat lagi menjaga lengkungan tetap bersinar di sana."
Saat akan menjual restorannya, McDonald's mengatakan berencana untuk mulai menghapus lengkungan emas dan simbol serta tanda lainnya dengan nama perusahaan.
Restoran pertama McDonald's di Rusia dibuka di tengah kota Moskow lebih dari tiga dekade lalu, tak lama setelah runtuhnya Tembok Berlin.
Itu adalah simbol kuat dari meredanya ketegangan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang runtuh pada tahun 1991.
Menurut para analis, keluarnya perusahaan itu kini membuktikan simbol dari era baru.
Baca juga: VIDEO Makin Ganas, Ancaman Rusia ke Finlandia yang akan Gabung NATO, Siapkan Senjata Rudal Nuklir
"Kepergiannya mewakili isolasionisme baru di Rusia, yang sekarang harus melihat ke dalam untuk investasi dan pengembangan merek konsumen," kata Neil Saunders, direktur pelaksana GlobalData, sebuah badan analitik perusahaan.
Dia mengatakan McDonald's memiliki sebagian besar restorannya di Rusia, tetapi karena tidak akan melisensikan mereknya, harga jual kemungkinan tidak akan mendekati nilai bisnis sebelum invasi.
Gabungan Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 9 persen dari pendapatan McDonald's dan 3 persen dari pendapatan operasional sebelum perang, kata Saunders.
McDonald's mengatakan pihaknya memperkirakan akan membebankan biaya terhadap pendapatan antara $1,2 miliar dan $1,4 miliar karena meninggalkan Rusia.
Restorannya di Ukraina ditutup, tetapi perusahaan mengatakan akan terus membayar gaji penuh untuk karyawannya di sana.
McDonald's memiliki lebih dari 39.000 lokasi di lebih dari 100 negara.
Sebagian besar dimiliki oleh pewaralaba dan hanya sekitar 5 persen yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan.
McDonald's mengatakan keluar dari Rusia tidak akan mengubah perkiraannya untuk menambah 1.300 restoran bersih tahun ini, yang akan berkontribusi sekitar 1,5 persen terhadap pertumbuhan penjualan di seluruh perusahaan.
Bulan lalu, McDonald's melaporkan bahwa mereka memperoleh $1,1 miliar pada kuartal pertama, turun dari lebih dari $1,5 miliar setahun sebelumnya.
Secara total, pendapatan perusahaan itu telah mencapai hampir $5,7 miliar.
Baca juga: Hacker Anonymous Kembali Ancam Rusia, Ultimatum Nestle hingga Burger King yang Beroperasi di Moskow
Baca juga: Pasca Putin Lakukan Invasi ke Ukraina, Warga Rusia Mulai Rasakan Sanksi Ekonomi: Saya Takut di Sini
Pria Rusia Ngamuk Tak Rela McDonald's Tutup
Sejak memulai invasi ke Ukraina, Rusia terus-terusan menerima sanksi ekonomi dari berbagai pihak.
Perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di Rusia juga satu per satu mulai menutup bisnisnya, contohnya adalah restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS) McDonald's (McD).
Ditutupnya McD di Rusia ternyata menuai protes dari warga Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, beredar sebuah video menampilkan seorang pria di Rusia memprotes penutupan McD.
Pria yang diketahui bernama Luka Safronov itu melakukan protes sesaat sebelum McD ditutup.
Luka yang bertubuh gemuk itu melakukan aksi protes dengan cara merantai dirinya di pintu masuk McD.
Sambil marah-marah, Luka memprotes penutupan McD.
"Penutupan (ini) adalah tindakan kebencian terhadap saya dan warga yang lain," kata Luka.
Beberapa pelanggan McD lainnya tampak ramai mengunjungi McD sebelum restoran cepat saji itu ditutup.
Sejumlah warga lainnya tertawa melihat aksi Luka.
Pada akhirnya pihak kepolisian mengamankan Luka dan membawa pergi Luka dari McD.
McD diketahui memiliki total 850 cabang di Rusia dengan 62 ribu pegawai.
Untuk sementara ini, ratusan cabang McD di Rusia ditutup hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
CEO McD, Chris Kempckinski menyatakan penutupan McD di Rusia adalah hal yang benar untuk dilakukan.
"Mustahil untuk memprediksi kapan kita akan bisa membuka kembali restoran kita di Rusia," ujar Chris.
Chris menyatakan, sisi kemanusiaan juga akan menjadi pertimbangan McD apakah akan buka kembali di Rusia atau tidak.
Selain McD, perusahaan makanan dan minuman yang juga tutup di Rusia adalah Starbuck, dan Coca-Cola.
Sejumlah perusahaan multinasional di bidang lain seperti teknologi hingga fesyen juga ikut menutup bisnisnya di Rusia.(TribunWow.com/Via/Anung)