Konflik Rusia Vs Ukraina
Dirudapaksa Berkali-kali oleh Tentara Rusia 19 Tahun, Ibu Ukraina: Saya Diperlakukan Seperti Pelacur
Seorang warga desa di sekitar wilayah Kiev telah menjadi korban rudapaksa oleh tentara Rusia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Seorang wanita Ukraina memberikan kesaksian atas kejadian nahas yang dialami.
Warga desa di sekitar wilayah Kiev itu telah menjadi korban rudapaksa oleh tentara Rusia.
Ia dan tetangganya berkali-kali dipaksa melayani nafsu bejat sang tentara yang ternyata baru berusia 19 dan 21 tahun.

Baca juga: Ukraina Rilis Foto dan Identitas Tentara Rusia Pelaku Rudapaksa dan Kekerasan di Bucha
Baca juga: Sambil Tertawa, Istri Tentara Rusia Bebaskan Suaminya untuk Rudapaksa Wanita Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Senin (16/5/2022), sambil menunjuk ke sofa abu-abu yang kotor di sudut sebuah ruangan kecil di rumah tetangganya, ibu Ukraina itu mengatakan bahwa di sanalah seorang remaja tentara Rusia memperkosanya.
Vika (42), memutuskan untuk berbicara tentang rudapaksa itu untuk mendorong penyintas lainnya di Ukraina agar mau berbicara tentang apa yang dilakukan pasukan Rusia terhadap mereka.
"Saya ingin wanita yang juga (telah diperkosa), saya tahu ada banyak dari mereka, untuk tidak tinggal diam," kata Vika kepada Sky News di sebuah ruang suram tempat serangan itu terjadi.
"Anda perlu bicara. Mereka (tentara Rusia) perlu dihukum."
Vika harus hidup dengan kenyataan tentang apa yang diduga dilakukan oleh seorang tentara Rusia, yang menyebut namanya sebagai Daniel, 19, padanya pada malam 9 Maret.
Seorang tetangga, Natasha (44), juga dirudapaksa di rumah yang sama pada waktu yang sama oleh tentara kedua yang pertama kali menembak mati suaminya.
Prajurit itu menyebut namanya sebagai Oleg, 21.
Kedua wanita itu mengatakan serangan dimulai setelah gelap, ketika mereka berada di rumah masing-masing, hanya beberapa pintu dari satu sama lain di jalan sepi yang sama.
Ketika itu, pasukan Rusia menguasai desa sebagai bagian dari upaya yang gagal menuju Kyiv.
Sekitar pukul 9 atau 10 malam, tiga tentara Rusia yang berbau alkohol mengetuk pintu rumah Vika dan meminta agar dia ikut dengan mereka.
Takut akan hidupnya, Vika tidak punya pilihan selain menurut.
Sekitar waktu ini, tembakan dilepaskan oleh Oleg.
Baca juga: 260 Tentara Ukraina Berhasil Dievakuasi dari Pabrik Baja Mariupol, Ini Tawaran yang Disetujui Rusia
Peluru itu menyerempet kaki prajurit ketiga, yang digambarkan sebagai komandan.
Dia pergi mencari bantuan medis.
Dua prajurit lainnya, masih bersama Vika, melanjutkan perjalanan ke rumah Natasha.
Vika mengatakan bahwa suami Natasha, Sasha, membuka pintu untuk Oleg, yang mengarahkan senjatanya ke arahnya dan mengatakan bahwa dia menginginkan istrinya.
Sasha menyuruhnya pergi, mengatakan Oleg pasti tidak akan membunuhnya karena dia juga orang Rusia.
Tetapi ketika dia berbalik untuk kembali ke rumahnya, tentara muda itu melepaskan tembakan lagi, menembak Sasha di bagian belakang leher.
Prajurit itu kemudian membangunkan Natasha dan memaksanya keluar.
Kedua wanita itu diseret ke sebuah rumah kosong di jalan yang sama.
Pemiliknya telah melarikan diri pada awal perang.
Kelompok itu masuk melalui jendela yang terbuka.
Oleg membawa Natasha ke atas, sementara Vika didorong ke sebuah ruangan kecil di lantai bawah.
Vika mengatakan dia mencoba berunding dengannya tetapi tentara itu mengatakan kepadanya untuk tidak mengalihkan perhatiannya dan hanya melakukan pekerjaannya.
Dia telah diperingatkan bahwa dia akan dibunuh jika dia tidak bekerja sama.
Vika mengaku diperkosa berkali-kali.
"Dia memperlakukan saya tidak seperti seorang wanita atau seorang ibu tetapi, saya minta maaf untuk mengatakan ini, seperti seorang pelacur," ujar Vika.
"Dia sangat agresif... Saya tidak tahu, apakah dia minum Viagra? Atau mungkin obat-obatan. Dia gila. Syukurlah dia tidak membunuh saya dan saya (akhirnya) bisa melarikan diri."
Pada saat yang sama, Oleg merudapaksa Natasha di kasur di kamar tidur lantai atas yang lebih besar.
Sejak itu Natasha melarikan diri ke Austria bersama putranya yang masih remaja.
Baca juga: Disaksikan Ibunya, Bocah Laki-laki 11 Tahun di Ukraina Jadi Korban Rudapaksa Tentara Rusia
Baca juga: Tentara Rusia Dituding Rudapaksa 25 Gadis di Ruang Bawah Tanah Bucha, 9 di Antaranya Hamil
Rudapaksa sebagai Strategi Perang
Ukraina menuding pasukan Rusia sengaja melakukan aksi rudapaksa sebagai bentuk instrumen perang.
Hal ini terlihat dari banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di kota-kota Ukraina yang diserang.
Menurut pejabat Ukraina, kejadian yang serupa pernah dilakukan Rusia pada tahun 1945 ketika telibat perang dunia kedua.
Dilansir The Sun, Kamis (24/3/2022), Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova membuka penyelidikan pemerkosaan resmi pertama setelah perang.
Dilaporkan dua tentara Rusia yang mabuk membunuh seorang suami dan berulang kali merudapaksa istrinya.
Dia mengatakan orang-orang biadab menyerang wanita itu di Brovary, di timur Kyiv, setelah membobol rumah keluarga itu.
Jaksa menambahkan bagaimana dua tentara itu bahkan melakukan perbuatan bejat tersebut di depan anak keluarga itu.
Mereka kemudian mengancam anak itu dengan senjata.
Wanita yang selamat dari serangan tersebut dikatakan telah memberikan bukti-bukti kepada penyelidik.
Seorang pelaku dilaporkan telah diidentifikasi dan tuduhan sedang diselidiki.
Sementara itu, Anastasia Taran (30), dari Irpin, mengatakan pasukan Rusia telah menyerbu ruang bawah tanah dan menembaki keluarga-keluarga yang ketakutan di kotanya.
"Mereka memperkosa wanita dan orang yang mati dibuang begitu saja. Mereka mendobrak ruang bawah tanah tempat orang bersembunyi dan menembak mereka," beber Taran dikutip TribunWow.com.
Menanggapi kasus-kasus tersebut, anggota parlemen Ukraina, Lesia Vasylenko mengambil kesimpulan.
Ia mengatakan pasukan Rusia sengaja menggunakan aksi rudapaksa sebagai alat perang untuk menciptakan trauma dan ketakutan.
"Dua juta orang diperkosa di Jerman oleh Rusia selama Perang Dunia Kedua," kata Lesia Vasylenko.
"Rusia kembali menggunakan pemerkosaan sebagai alat perang. Kali ini di Ukraina. Sejarah berulang."
Ia mengacu pada pendudukan Soviet di beberapa bagian Jerman pada tahun 1945 .
Saat itu tentara Rusia dicurigai melakukan serangan pemerkosaan tanpa ampun terhadap wanita.
Adapun Jaksa Venediktova sebelumnya mengatakan dia memiliki banyak data untuk membuktikan Presiden Rusia Vladimir Putin adalah penjahat perang.
Dia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa saat ini ada daftar 127 tersangka yang ingin dibawa ke pengadilan internasional.
Di sisi lain, Menteri luar negeri Ukraina pun juga telah mengkonfirmasi ada laporan tentang tentara Putin yang melakukan pelecehan seksual terhadap wanita Ukraina.(TribunWow.com/Via)